Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Cahaya Untuk Mentari PART III (END) - Pena Malam

 

Sumber Foto : Freepik.com


Sebelumnya : PART I | PART II



   Mentari sudah tak dapat menahan rindunya lagi. Berbekal informasi dari ibu panti, Mentari pergi kerumah sahabatnya. Ternyata dia bukan gadis biasa, dia orang terpandang. Kenapa dia mau berteman dengannya? Ini bukan saatnya berfikiran negatif.


   “Permisi” ujarnya sambil menekan bel. 


   “Iya, ada yang bisa kubantu?” suara bas yang berasal dari seorang lelaki yang masih memegang knop pintu itupun terdengar, membuat Mentari sedikit terlonjak. 


   “Aku ingin bertemu Cahaya, apa dia ada didalam?” lelaki itu tampak terdiam cukup lama sambil menatap tepat pada matanya. 


   “Masuklah” jawabnya singkat.


   Hal pertama yang dilihatnya adalah sepasang pria dan wanita paruh baya yang tengah duduk disofa dengan wajah lusuh. Mentari dapat menebak itu adalah orang tua dari Cahaya, “Duduklah” Mentari kembali menurut dan mulai merasakan hal yang janggal saat lelaki itu meletakkan sebuah laptop didepan mereka.


   Lelaki itu memperlihatkan sebuah video. Awalnya hanya gambar hitam tak jelas. Tapi setelah itu mata barunya menangkap sosok yang sangat dirindukannya. Dia sangat berbeda dari yang ada di ingatan Mentari.


   “Ekheemm..ee..Hai semua!” ujarnya berusaha seceria mungkin. 


   “Maaf aku tak sopan dengan bicara seperti ini, aku.. hanya ingin menyampaikan beberapa hal pada kalian karena mungkin sekarang aku sudah tenang diduniaku sendiri” kami semua terkejut mendengar perkataan Cahaya, kecuali lelaki yang hanya terdiam dengan wajah sedihnya 


   “Untuk ayah dan ibu, jika kalian ada disana aku ingin mengucapkan terimakasih untuk semua yang telah kalian berikan, semua kenangan indah masa kecilku yang tak 'kan pernah terlupakan. Aku hanya minta satu hal dari kalian.. Jangan tinggalkan kak Surya, Jangan biarkan dia sendiri” lelaki yang Mentari yakini sebagai kak Surya itu tampak mengusap air matanya.


   “Dia.. adalah kakak terbaik yang kupunya. Terimakasih kak, untuk semuanya.. waktu dan semua yang telah kakak lakukan sungguh berarti bagiku. Jangan lupakan juga dia, orang yang juga berarti bagiku, dia sahabatku, Mentari. Hai Mentari!” Mentari tak dapat menahan air matanya untuk turun saat mendengar suara parau itu. 


   “Aku tak tau harus berkata apa, kamu lebih daripada sahabat bagiku, kamu malaikat penyemangat hidupku. Maaf dan terimakasih untuk semuanya. Aku sungguh menyesal jika mengingat kebodohanku dulu... Tolong jangan menangis ya, jaga mata itu dan lihatlah betapa indahnya dunia ini, jangan pernah bersedih dengan kepergianku, karena saat ini aku memperhatikan kalian diatas sana. Aku menyayangi kalian semua. Selama tinggal” semua orang termenung setelah video itu selesai. 


   Tetesan air mata tak lagi dapat terbendung terlebih dari kedua orang tua Cahaya yang hanya bisa menyesali semua perbuatannya. Mentari sendiri tak dapat berhenti terisak, kenapa dia harus melihat cahaya dalam keadaan seperti itu? Kenapa semuanya terlambat? “Kamu dengar perkataan adikku 'kan, jangan menangis jangan biarkan mata adikku mengeluarkan air matanya lebih banyak lagi” ucap kak Surya berusaha tegar meski nyatanya tidak.


   Semua telah pergi Mentari telah mendapat penglihatan dari sahabatnya. Sekarang dia hanya dapat terdiam memandangi gundukan tanah merah dengan nisan bertuliskan Cahaya Mauralinsya. 


   “Terimakasih atas cahaya yang telah kau berikan sahabatku” ucap Mentari tulus.




Selesai...

Diberdayakan oleh Blogger.