Sumber Foto : Google
Kesultanan Utsmani yang ber ibu kota di Istanbul adalah saksi sejarah kejayaan islam. Konstantinopel adalah nama awal kota ini. Kota yang menjadi bukti kebenaran nubuat Nabi Saw. tentang sebaik - baik pemimpin dan pasukan adalah mereka yang berhasil menaklukkannya. Lebih dari 560 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 1453 M, Sultan Muhammad II atau dikenal sebagai Sultan Muhammad Al - Fatih berhasil mengumandangkan adzan disana. Membuka gerbang Konstantinopel di usianya yang ke-21 tahun. Bayangkan, seorang pemimpin muda di usianya yang baru 21 tahun berhasil menaklukkan kota penting imperium besar Byzantium. Yang dalam sejarahnya, belum mampu ditaklukkan oleh kakek buyut Al - Fatih, yang memiliki pengalaman perang berpuluh - puluh tahun.
Tentang nubuat Nabi saw. sebenarnya sudah menjadi motivasi yang amat ingin diwujudkan. Sejak zaman Muawiyah, percobaan penaklukkan itu telah dimulai. Tahun 669 M, Muawiyah mengirim pasukan untuk menaklukkan Konstantinopel. Salah satu sahabat mulia yaitu Abu Ayyub Al - Anshari ikut dalam pasukan itu. Namun percobaan Muawiyah gagal, dan Abu Ayyub Al - Anshari syahid dalam medan perang. Abu Ayyub adalah sahabat mulia yang rumahnya menjadi tempat persinggahan nabi saat hijrah dari Mekkah ke Madinah. Sebelum wafat beliau berwasiat "Aku ingin mendengar gemerincing pedang pasukan terbaik dengan pemimpin terbaiknya yang berhasil membebaskan negeri ini.". Ia pun dimakamkan tidak jauh dari benteng Konstantinopel.
Percobaan lainnya juga pernah dilakukan Thariq bin Ziyad. Ia dan pasukannya bercita - cita untuk menaklukkan Konstantinopel dari arah barat. Negeri - negeri di Semenanjung Iberia berhasil ia bebaskan. Namun Thariq bin Ziyad pun belum berhasil. Karena ia menyadari Konstantinopel memiliki armada laut yang sangat kuat. Perjuangan pun kembali dilanjutkan pada masa - masa berikutnya. Terkhusus dilakukan oleh Utsman Al - Ghazi dan keturunannya. Sampai akhirnya pada masa sultan Muhammad II penaklukkan itupun berhasil dilakukan.
Baca Juga : Sultan Murad II Ayah Al - Fatih Penakluk Konstantinopel 1453 M
Sultan Muhammad II, lahir pada tanggal 29 Maret 1432 M. Dalam sebuah riwayat, ketika sultan Muhammad II lahir, ayahnya, sultan Murad II sedang menderas Al - Qur'an surat Al - Fath. Dimana surat tersebut berisi janji Allah akan kemenangan umat islam. Sebuah takdir Allah yang begitu indah, nama Al - Fatih tersemat begitu gemilang kepada sultan Muhammad II, yang dalam lingkup sejarah terabadikan sampai sekarang.
Pada mulanya, sultan Muhammad II (Al - Fatih), Tidak direncanakan untuk menggantikan posisi ayahnya. Hal itu dikarenakan, Al - Fatih memiliki dua kakak laki - laki, yaitu Ahmed dan Ali. Pada usia 6 tahun, Al - Fatih sudah diberikan tanggung jawab untuk menjadi gubernur Amasya menggantikan posisi Ahmed kakaknya yang meninggal secara tiba - tiba. Dua tahun ia memimpin Amasya, Sultan Muhammad II bertukar tempat dengan kakaknya yang kedua, yaitu Ali di Manisa. Qadarullah, Ali kemudian terbunuh. Kejadian itu sontak membuat Ayahnya, yakni sultan Murad II terpukul, karena Ali adalah anak kesayangan sultan Murad II yang digadang - gadang akan menggantikan posisinya.
Meninggalnya Ali membuat sultan Murad II sedih. Peristiwa itu menjadi salah satu sebab mundurnya ia dari posisi sultan. Akhirnya, ia menyerahkan kekuasaan kepada sultan Muhammad II, padahal ketika itu Al - Fatih baru berusia 11 tahun. Sultan Murad II merasa aman menyerahkan posisinya, karena terlebih dahulu ia menandatangani perjanjian damai dengan raja Hongaria Ladislas dan sekutunya, agar tidak terjadi peperangan selama 12 tahun. Waktu yang menurutnya cukup untuk sultan Muhammad II belajar agar cakap dalam mengurus kesultanan. Namun, hal itu ternyata dijadikan kesempatan oleh musuh - musuh islam, mereka menganggap kesultanan akan lemah karena dipimpin oleh sultan yang baru berusia 11 tahun. Paus Eugene IV membujuk raja Ladislas agar mengkhianati perjanjiannya dengan kesultanan Utsmaniyah. Sehingga terjadilah kekacauan antara dua kekuasaan ini yang disebabkan pengkhianatan Ladislas.
Al - Fatih yang merasa masih belum mampu memimpin kekuasaan. Akhirnya mengirim surat yang sangat terkenal kepada ayahnya, yakni sultan Murad II. Seperti yang dikutip dalam bukunya Ustadz Felix Siauw, Muhammad Al - Fatih 1453 :
"Siapakah yang menjadi sultan saat ini, saya atau ayahanda? Bila ayahanda yang menjadi sultan, datanglah kemari dan pimpin pasukanmu. Tapi bila ayahanda menganggap saya sebagai sultan, dengan ini saya meminta ayahanda segera kemari dan memimpin pasukan saya."
Baca Juga : Inkisyariyah (Jeniseri) Pasukan Legendaris Kesultanan Utsmaniyah
Akhirnya, Pada tanggal 17 Oktober 1448 M, terjadilah pertempuran besar di lembah Pentallaria, selama tiga hari dengan sultan Murad II memimpin pasukan. Ia membawa 40 ribu pasukan dan meraih kemenangan disana. Setelah peperangan berakhir, sultan Murad II kembali menjadi pemimpin Kesultanan Utsmaniyah. Sedangkan Sultan Muhammad II kembali juga menjadi gubernur di Manisa.
Sultan Murad II adalah sosok yang baik hati. Dia mendapat anugrah kecerdasan, keberanian dan sangat dermawan. Sebagian besar hidupnya ia dedikasikan untuk berjihad di jalan Allah Swt. Sayangnya sultan Murad II tidak berumur panjang. Ia meninggal pada usia 47 tahun. Sepeninggalan ayahnya, Al - Fatih yang berada di Manisa pun kembali ke Edirne ibu kota kesultanan Utsmaniyah pada saat itu. Ia diangkat menjadi sultan untuk kedua kalinya. Dan dari sinilah ia mulai mengatur dan menyiapkan pasukan untuk misi penaklukkan Konstantinopel.
Sejak kecil, sultan Muhammad II telah bercita - cita untuk menaklukkan Konstantinopel. Setiap langkahnya terinternalisasi cita - cita tersebut. Guru Al - Fatih, yaitu Ahmad bin Ismail Al - Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin selalu memberi motivasi kepadanya, Muhammad II adalah sang pembebas Konstantinopel. Motivasi itu membuat Al - Fatih kecil sangat yakin bahwa ialah yang akan memimpin sebaik - baik pasukan dan ia adalah sebaik - baik pemimpin, sebagaimana yang di nubuat kan Nabi saw. Keyakinan itu akhirnya dapat terwujud pada tahun 1453 M, Al - Fatih di usianya yang ke 21 tahun berhasil membuka gerbang Konstantinopel seperti yang ia cita - citakan.
Pada hari jum'at, 1 Juni 1453 M. Adzan perdana berkumandang di Konstantinopel. Namun saat itu, belum ditentukan seorang imam untuk shalat jum'at. Muhammad II (Al - Fatih) pun bertanya kepada seluruh pasukannya. "Siapa yang pernah meninggalkan shalat wajib, sekali saja semenjak baligh, duduk." Ucapnya. Pertanyaan itu direspon seluruh pasukan Al - Fatih dengan tidak ada yang duduk satupun. Lalu Al - Fatih kembali bertanya, "Siapa yang pernah meninggalkan shalat sunah, sebelum dan sesudah shalat wajib sekali saja semenjak baligh, duduk." Pertanyaan Al - Fatih sontak membuat sebagian pasukannya duduk. Karena masih ada pasukannya yang berdiri, Al - Fatih melanjutkan pertanyaannya. "Siapa yang pernah meninggalkan shalat tahajud, sekali saja semenjak baligh, duduk." Akhirnya semua pasukannya duduk kecuali Al - Fatih yang tetap berdiri. Maka pantaslah Al - Fatih menjadi pemimpin terbaik dengan pasukan terbaiknya, membenarkan nubuat Nabi Saw. Menaklukkan Konstantinopel.
Daulah Utsmaniyah sendiri adalah bangsa yang jaya. Dalam sejarah, kesultanan Utsmaniyah mampu menguasai 2/3 wilayah dunia. Membentang dari Mesir, Hijaz, Irak, Yaman, Palestina sampai Maroko, ke Bulgaria, Hongaria bahkan sampai wilayah Nusantara. Aceh adalah salah satu wilayah Nusantara yang tercatat memiliki hubungan baik dengan kesultanan Utsmaniyah, bahkan Istanbul pernah mengirim pasukan untuk membantu aceh melawan Portugis. Bukan hanya pasukan, Istanbul juga mengirim ahli strategi militer. Mereka mendirikan tempat - tempat pelatihan, dimana Laksamana Malahayati dan Sultan Iskandar Muda mendapat pelatihan ditempat itu.
Kini, kejayaan Utsmaniyah masih terasa adanya. Walaupun sudah hampir satu abad kesultanan ini runtuh, namun peninggalan - peninggalannya masih berdiri kokoh. Kita bisa melihat keindahan Hagia Sophia yang kembali menjadi masjid, Blue Mosque sampai Istana Topkapi. Serta peninggalan - peninggalan lain yang tak kalah bersejarah. Semoga islam kembali mengukir sejarah dengan tinta emasnya, menggoreskan kejayaan dan menciptakan kedamaian didunia. Aamiin
Baca Juga : Hubungan Baik Antara Kesultanan Utsmaniyah Dengan Kesultanan Aceh