Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw. tidak terlepas dari keberadaan orang - orang yang tidak atau belum (saat itu) bergabung dalam barisan umatnya. Namun, tidak semua dari mereka yang tidak atau belum bergabung tersebut mengingkari nabi dan memusuhinya. Ada diantaranya yang malah mendukung dan mencintai Nabi Muhammad Saw. Lima contoh sosok tersebut adalah :
1. Waraqah bin Naufal
Seorang yang hanif, itulah yang biasa dinisbatkan kepada Waraqah bin Naufal. Ketika Awal Nabi Muhammad Saw. menerima wahyu, nabi sangat terguncang dan merasa ragu. Apakah yang menemuinya di Gua Hira itu benar malaikat Jibril atau bukan. Saat itulah Khadijah membawa Nabi Saw. menemui Waraqah. Waraqah berkata, "Ini adalah orang yang sama yang membawa wahyu yang telah dikirim Allah kepada musa (malaikat jibril)." Setelah ia menyimak cerita nabi tentang 5 ayat pertama yang diterimanya. Nabi Saw. pun merasa lebih tenang dengan pernyataan dan kesaksian Waraqah ini.
2. Abu Thalib
Abu Thalib yang merupakan paman Nabi Saw. adalah sosok yang paling terdepan melindungi Nabi Saw. ketika mendapat ancaman di Mekkah. Ia merupakan kepala suku Quraisy, semua orang menghormatinya dan itu membuat Nabi Saw. terjaga keamanannya.
Saat itu, sistem klan begitu kental. Siapapun yang mendapat perlindungan dari suatu klan maka jiwa raganya aman. Karena bila sedikit saja orang tersebut dicelakakan, maka orang yang mencelakainya akan berurusan dengan klan tersebut. Namun, bagaimana pun nabi Saw. yang mendapat perlindungan dari Abu Thalib, tetapi sahabat yang masuk islam lainnya tidak. Sehingga banyak sahabat yang menjadi target penyiksaan karena mengikuti ajaran Nabi Saw. ini. Akhirnya Nabi Saw. memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Habasyah dan mendapat perlindungan disana. Bukankah saat itu Habasyah bukan negeri Islam? Ya, saat itu Habasyah adalah negeri Kristen. Secara tidak langsung, Raja Habasyah dan penduduknya berjasa kepada Nabi Saw.
Setelah Abu Thalib wafat. Perlindungan kepada Nabi Saw. dilepaskan. Suku Quraisy yang dikomandani oleh Abu Lahab bebas melakukan apa saja kepada Nabi. Nabi hendak dicelakakan, dikejar - kejar, bahkan bercucuran darah di lempari penduduk Thaif. Untunglah masih ada kepala suku yang bernama Mu'thim bin Adi yang bersedia melindunginya.
Baca Juga : Mengapa Rasul Berperang, Padahal Islam Cinta Damai?
Pesan Buku : 081282478744 atau Klik Disini!
3. Mu'thim bin Adi
Mu'thim bin Adi adalah kepala suku kecil yang bersedia memberi perlindungan kepada Nabi Saw. Namun, setelah peristiwa Isra Mi'raj, Mu'thim melepaskan perlindungan tersebut karena menyangka dan menuduh Nabi Saw. berbohong. Secara tidak langsung Mu'thim berjasa menyelamatkan Nabi Saw. dari kekerasan Quraisy yang melepaskan perlindungan setelah Abu Thalib wafat. Meskipun pada akhirnya Mu'thim melepaskan perlindungan karena menuduh tersebut diatas.
4. Abdullah bin Arqat
Ketika Nabi Saw. hijrah ke Yatsrib. Nabi Saw. ditolong oleh seorang non-muslim bernama Abdullah bin Arqat (saat itu belum masuk islam). Ia memimpin perjalanan Nabi Saw. dan Abu Bakar ke Yatsrib melalui jalan - jalan dan rute yang tidak biasa. Hal ini dilakukan agar bisa mengelabui dan sampai dengan selamat dari kejaran kafir jahiliyah.
5. Mukhayriq
Seorang rabbi Yahudi bernama Mukhayriq. Ia sangat kaya raya dan sangat mencintai Nabi Saw. Bahkan, ia sampai memutuskan untuk ikut perang Uhud dibariskan kaum Muslimin. Saat itu, ia berwasiat, jika ia terbunuh dalam perang itu maka semua harta kekayaannya di wariskan kepada Nabi Muhammad Saw.
Sebagaimana yang kita ketahui, seorang Yahudi harusnya berdiam diri dirumah pada hari sabtu. Namun, Mukhayriq tetap memutuskan untuk ikut perang di hari sabtu tersebut. Sampai akhirnya terdengar kabar kematiannya. Nabi pun berkomentar, "Dia Yahudi terbaik!".
Dalam sejarah kehidupan Nabi Saw. tidak hanya menceritakan kemanisan berinteraksi sesama kaum muslimin. Namun, dengan non-muslim pun Nabi Saw. mencontohkan saling berbuat baik dan berbalas kasih. Jangan sampai kita mudah tersulut emosi, hanya karena berbeda agama. Namun, seyogianya kita harus saling bertoleransi dan membantu satu sama lain.
Baca Juga : Syarat Menjadi Seorang Pemimpin Menurut Ulama Klasik