Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Aku Akan Berjuang! - Nurul Beauty Shafera

 


    Saat diriku lulus SMA, seolah ceritaku berakhir pada saat itu. Sebuah rangkai masa telah sampai di titik terminasi.
 
    Teman-temanku sudah tahu mau ke mana. Teman-temanku sudah menemukan jalan untuk mewujudkan cita-cita. Di terima di universitas impian. Bekerja di perusahaan ternama. Mengajar di sekolah-sekolah. Merantau ke kota orang nan indah. Menikah dengan orang yang dicintai dan lain sebagainya, membuatku semakin iri. Sedangkan aku masih liburan di pulau kapuk sambil membuka instagram dan berangan-angan.
 
    “Kapan aku bisa seperti mereka diterima di universitas impian? Diriku selalu saja bertanya-tanya.
Aku mengingat masa-masa sekolah yang sangat indah, sungguh indah. Pada saat itu, diriku sangat ingin menjadi seorang guru. Mengajar dan mendidik generasi penerus bangsa. Bercanda dan berbagi cerita pada saat jam istirahat. Namun sekarang, aku harus berusaha dan belajar ikhlas.
     
    Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Kalimat itulah yang selalu teringat di saat ku ingin menyerah.
 
    Kemarin aku pernah berjuang begitu keras. Ke sana kemari mengurus berkas. Namun, kata maaf yang aku dapatkan.
 
    Maaf, anda belum diterima di SNMPTN. Silakan melanjutkan ke SBMPTN.
 
    Kalimat itu berhasil membuat hatiku patah. Namun, aku menolak untuk menyerah.
 
    “Ini awal dari perjuangan,” kataku dengan penuh semangat.
 
    Handphoneku berdering pertanda pesan masuk. Aku meraih ponselku untuk melihatnya. Ternyata sebuah pesan grup yang ingin bertukar kabar.
 
    “Adakah yang diterima?” tanya Nisa dari kelas IPS.
 
    “Belum rezeki,” jawab Rara.
     
    “Kabarnya ada tiga orang yang diterima,” jelas Nisa.
 
    “Siapa?” tanya Rara dan diikuti yang lainnya.
 
    Aku mematikan ponselku untuk menenangkan hati yang perih. Ternyata banyak dari kami yang belum diterima. Sakit rasanya ditolak Universitas yang diimpikan sejak kecil. Benar kata pepatah, ditolak Universitas Impian lebih sakit daripada ditolak gebetan.
 
    Tenang, ini awal dari perjuangan. Masih banyak jalan lain,” batinku.
Aku menyemangati diri sendiri supaya tetap kuat. Kalau tidak diri sendiri yang menyemangati siapa lagi. Orang tua? Sudah pasti. Bagaimana dengan doi? Tidaklah, aku memutuskan untuk tidak berpacaran sejak tiga tahun yang lalu. Ya, tiga tahun yang lalu, di saat aku dan dia berpisah.
 
    “Jika berjodoh pasti bertemu lagi,” ucapku kala itu.
 
    “Bagaimana?” tanya ibuku.
 
    “Ada kabar baik?” sambung ibuku.
 
    “Belum rezekiku, kabarnya cuma tiga orang yang diterima,” jawabku menahan air mata untuk jatuh.
 
    “Semua orang ada bagian masing-masing. Ini awal dari perjuangan,” kata ibuku menguatkanku.
 
    Aku mengingat lagi masa sibuk mengurus nilai dan berkas untuk mendaftar SNMPTN. Begitu menyenangkan dan kami mendukung satu sama lain. Berharap bisa satu kampus nantinya.
 
    “Apakah yang salah denganku? Apa yang kurang dariku? Apa aku salah memilih jurusan? Atau perjuangan yang kurang maksimal.
 
    Apa aku memang tak pantas kuliah di sana?” Aku selalu saja menyalahkan diriku sendiri.
Waktu itu, aku memutuskan untuk mendaftar di Universitas Sriwijaya dengan jurusan Manajemen dan Teknik Informatika. Entah apa yang ada di pikiranku saat itu. Aku memilih jurusan yang banyak saingan yang harus diperhitungkan.
   
    “Tenang, masih ada PMDK, SBMPTN dan lainnya. Pasti ada hikmah dibalik semua ini,” ucapku.
 
    Aku berusaha untuk selalu berpikir positif, sabar dan ikhlas saat semuanya tak sesuai harapan. Itulah sebab, aku disukai banyak orang.
 
    “Kamu hebat, sudah sampai di titik ini,” ucapku lagi.
 
    Selanjutnya, aku mengikuti jalur seleksi PMDK-PN di Politeknik Sriwijaya jurusan Teknik Telekomunikasi. Memutuskan memilih jurusan ini juga dengan berpikir panjang. Tidak lupa berdoa kepada Yang Maha Kuasa supaya diberikan kemudahan dan kelancaran dalam melewati semua ini. Namun sayang, kata maaf bahwa aku belum diterima pun tertulis lagi.
 
    Beberapa kali gagal tidak membuat aku menyerah. Aku memutuskan untuk mengikuti tes UTBK supaya bisa mendaftar SBMPTN. Waktu itu, tes di SMA Negeri 6 Palembang yang lumayan jauh dari rumahku.
 
    Di tahun ini, harus tes UTBK terlebih dahulu supaya mendapatkan nilai. Setelah itu baru bisa mendaftar SBMPTN. Jurusan yang di pilih harus di sesuaikan dengan nilai UTBK. Jika nilai memuaskan, bisa optimis mendaftar ke universitas favorit. Akan tetapi, jika nilai kurang memuaskan, harus berpikir tujuh keliling untuk menentukan jurusan supaya bisa bersaing. Nilai UTBK keluar sepuluh hari setelah melakukan tes. Aku mendaftar SBMPTN mengambil jurusan kimia di Universitas Bengkulu. Entahlah, orang tuaku kurang mengizinkanku daftar di Universitas Sriwijaya.
 
    Sambil menunggu pengumuman SBMPTN, aku mendaftar Beasiswa Aperti BUMN dan Universitas Swasta. Namun, beasiswa Aperti BUMN dan SBMPTN juga belum menerimaku. Aku berharap Universitas swasta ini tempatku berjuang selanjutnya.
 
    Hingga pada akhirnya, aku diterima di salah satu Universitas Swasta melalui jalur Bidikmisi dengan jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian. Berat rasanya melalui semua ini. Karena aku tahunya Universitas Swasta tidak sebaik Universitas Negeri. Universitas Swasta lebih sulit mendapatkan pekerjaan nantinya.
 
    “Apakah semua yang dikatakan orang-orang benar?” batinku yang mulai bimbang.
 
    “Sudahlah, jangan dengarkan perkataan orang-orang!” kataku.
     
    Awalnya aku terpaksa kuliah di Universitas Swasta. Namun, aku berusaha menjalani segala prosesnya, perbanyak bersyukur dan berhenti menyesali apa yang terjadi sebelumnya. Gagal itu pasti, hampir semua orang pernah gagal.
 
    Aku berusaha meningkatkan kualitas pada diriku. Membaca buku di waktu luang, menambah relasi dari berbagai daerah dan lain sebagainya. Di manapun aku berada aku tetaplah aku yang mempunyai semangat membara untuk mewujudkan impianku.
 
    Aku memang Mahasiswa Universitas Swasta, namun semangatku takkan pernah kalah dari semangat Mahasiswa Universitas Negeri.
 
    Aku memang Mahasiswa Universitas Swasta, namun kualitasku takkan lebih buruk dari Mahasiswa Universitas Negeri.
 
    Aku memang Mahasiswa Universitas Swasta, namun aku akan menjadi penulis Best Seller yang karyanya akan tetap abadi.
 
    Aku akan membuktikan bahwa yang dikatakan orang-orang tidak benar. Aku juga bersyukur menjadi Mahasiswa Universitas Swasta, sebab pikiranku terbuka untuk menulis semua ini. Sungguh, Allah telah menyiapkan sesuatu yang lebih indah dari apa yang kuharapkan.
 
    Kata-kata itulah yang selalu aku ucapkan di saat patah semangat.
 
    Kuliah di Universitas Swasta bukan berarti aku harus pasrah dengan keadaan. Bukan berarti aku harus mendengarkan omongan tetangga yang mematahkan semangatku.
 
    Dan, bukan berarti aku tidak mendapatkan pekerjaan setelah lulus nanti. Itu sebuah tantangan untukku membuktikan bahwa aku yang akan membuka lapangan pekerjaan.
 
    “Buang jauh-jauh pikiran negatif, semua Universitas sama. Sama-sama tempat menuntut ilmu, menambah pengalaman dan menambah relasi. Tetap semangat, buktikan bahwa kamu bisa sukses dengan caramu sendiri.” Kata-kata ini juga yang selalu aku ucapkan di saat patah semangat.
 
    “Iya, dan, benar. Orang sepertiku tidak pantas untuk menyerah. Apapun rintangan dan tantangannya aku, akan berjuang!” kataku dengan sangat optimis.
 
    Tetaplah semangat, jangan menyerah dalam menggapai cita-cita. Kita tidak akan tahu apa yang terjadi akhirnya. Semuanya akan indah untuk dikenang dan akan menjadi cerita suatu hari nanti. Jangan lupa berdoa karena Allah menjamin segalanya.

Diberdayakan oleh Blogger.