Nabi Muhammad Saw. adalah pemimpin keagamaan sekaligus pemimpin pemerintahan. Beliau adalah nabi terakhir, penutup para nabi (Khataman Nabiyyin) tidak ada nabi setelah beliau. Sehingga dalam kepemimpinan keagamaan setingkat nabi, tidak ada yang dapat menggantikannya. Namun, dalam urusan kepemerintahan dapat diteruskan atau digantikan oleh para sahabat. Hal ini menimbulkan pertanyaan, siapa yang menggantikan beliau sebagai pemimpin pemerintahan islam? Bagaimana proses terjadinya?
Ketika islam kehilangan purnamanya (wafatnya nabi), umat bersedih hati dan bertanya - tanya. Bagaimana kelangsungan agama yang lurus ini, dan siapakah yang akan memimpin umat menggantikan baginda nabi Saw. Ternyata, sebagian sahabat terkemuka sudah memikirkan hal itu. Diawali oleh golongan Anshar yang melakukan perkumpulan di Saqifah Bani Sa'idah membicarakan pengganti nabi Saw. (lebih jelasnya, peristiwa Saqifah Bani Sa'idah ini dalam kitab Tarikh al - Umam wa al - Muluk karya Imam al - Thabari)
Baca Juga : 5 Non - Muslim yang Berjasa Kepada Nabi Saw
Mendengar perkumpulan itu, Umar bin Khattab mencari Abu Bakar Ash - Shidiq dan menerangkan gawatnya persoalan yang sedang terjadi. Bagaimana tidak, golongan Anshar yang terdiri dari suku Aus dan suku Khazraj sebelum kedatangan nabi, mereka sering bermusuhan. Dan dikhawatirkan terjadi peperangan antara keduanya lagi yang bisa melemahkan umat islam saat itu. Abu bakar yang mendengar penjelasan Umar pun mengerti dan mengikuti Umar yang akan pergi ke Saqifah. Diperjalanan mereka bertemu dengan Abu Ubaidah bin Jarrah yang diajak ikut serta. Abu Ubaidah pun ikut bersama Umar dan Abu Bakar.
Ketika mereka sampai ke perkumpulan, ternyata sudah ada disana kaum Muhajirin yang sedang berdebat hebat dengan kaum Anshar. Umar yang melihat perdebatan itu hampir - hampir tak kuasa menahan amarahnya. Karena perdebatan itu bisa menyebabkan perpecahan didalam umat islam. Saat hendak bersuara, Umar ditahan Abu Bakar. Setelah mengerti dengan perdebatan yang terjadi, Abu Bakar mulai membuka suara dengan tenang. Ia mengingatkan bahwa nabi pernah bersabda, al - aimmah min Quraisy (Kepemimpinan itu berada ditangan suku Quraisy). Ia juga mengingatkan akan sejarah permusuhan kaum Khazraj dan kaum Aus. Yang bila terjadi kembali, akan membawa mereka ke alam jahiliyah lagi. Setelah itu, Abu Bakar menawarkan dua tokoh yakni Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Ditengah suasana yang penuh dengan emosional, perdebatan dan pertentangan pikiran tersebut, Abu Bakar berhasil menenangkan umat. Umar yang menyadari hal itu pun mengangkat suara, mengatakan kepada hadirin, tentang Abu Bakar yang diminta nabi Saw. menggantikannya menjadi imam shalat bilamana nabi sakit. Segera Umar dan Abu Ubaidah membai'at Abu Bakar, tapi mereka di dahului seorang tokoh kaum Khazraj bernama Basyir bin Sa'ad. Kemudian semua hadirin Saqifah membai'at Abu Bakar sebagai pengganti rasul memimpin umat. Keesokan harinya, Abu Bakar naik ke mimbar dan menerima bai'at dari semua penduduk Madinah.
Baca Juga : Pengertian Ulil Amri Menurut Kitab Tafsir
Maka sejak saat itu, Abu Bakar Ash - Shidiq menjadi khalifah menggantikan rasulullah Saw. untuk memimpin umat islam. Sebagaimana yang kita ketahui, Abu Bakar terpilih melalui jalan Musyawarah dan kesepakatan bersama. Dan dalam kepemimpinannya beliau terkenal dengan lemah lembut dan tegas. Ketenangan beliau dalam menyelesaikan masalah sangatlah luar biasa dan patut untuk diteladani.