Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

Teknik Membuat Karya : Persiapan dalam Membuat Karya - Kelas Menulis Penadiksi

 Teknik Membuat Karya

Ada peribahasa yang mengatakan gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama. Dari peribahasa ini kita bisa menafsirkan bahwa meski manusia telah tiada di muka bumi, namanya akan selalu dikenang. Dalam hal ini nama seperti apakah yang akan kita tinggalkan, nama baikkah atau nama buruk?

Ada pula yang mengatakan bahwa manusia akan abadi ketika dia memiliki karya, atas dasar ini pula kita haru memiliki karya. Bentuk karya sendiri beragam, ada karya musik, kerajinan, dan untuk penggiat literasi seperti kita karya tersebut adalah karya tulis.

Karya tulis sendiri terdapat 2 jenis, yaitu :

1. Karya tulis fiksi

Karya yang ditulis berdasarkan imajinasi, ide, dan pikiran penulis dan tidak berdasarkan kenyataan. Namun di beberapa kasus, terdapat karya yang dibuat berdasarkan pengalaman pribadi atau kisah nyata dengan tambahan imajinasi atau pengembangan ide penulis. Karya fiksi ini termasuk ke dalam karya sastra yang mana pada umumnya tujuan utama dari pembuatannya adalah estetika atau hiburan.

2. Karya tulis non fiksi

Karya yang ditulis berdasrkan pengamatan, penelitian, dan fakta yang terjadi di lapangan yang ditulis oleh penulis dengan bahasa dan struktur yang terikat serta biasanya dibuat untuk tujuan tertentu.

Fokus bahasan pada kesempatan kali ini adalah karya tulis fiksi. Setelah kita mengetahui pengertian dari karya tulis fiksi, selanjutnya muncul pertanyaan apa saja yang termasuk ke dalam karya tulis fiksi?

Karya yang termasuk karya tulis fiksi diantaranya adalah :

• Fiksi historis, yaitu cerita fiksi yang masih berkaitan dengan fakta sejarah.

• Fiksi biografis, yaitu cerita yang berdasarkan fakta biografi.

• Fiksi sains, yaitu cerita yang berdasarkan ilmu pengetahuan.

• Cerita pendek (cerpen), yaitu cerita fiksi yang ditulis berdasrkan imajinasi penulis dan biasanya berjumlah paling banyak 2000 kata.

• Novel, yaitu cerita fiksi yang ditulis berdasarkan imajinasi penulis dan biasanya berkisar antara 35000 - 40000 kata, dalam penyampaiannya lebih kompleks dengan berbagai pengembangan unsur cerita.

• Novelet, yaitu cerita fiksi yang berdasarkan imajinasi penulis yang jumlah katanya lebih banyak dari cerpen tetapi tidak melebihi novel.

• Dongeng, yaitu cerita yang sepenuhnya merupakan hasil imajinasi atau khayalan dan biasanya bisa tentang hal – hal fiksi seperti putri duyung, peri, dsb.

• Legenda, yaitu cerita yang isinya menceritakan asal – usul tempat, kejadian, benda, atau hal – hal lain yang disinyalir menjadi alasan sesuatu.

• Fable, yaitu cerita yang seluruh tokohnya merupakan hewan.\

• Mite, yaitu cerita yang ditulis berdasarkan latar belakang sejarah dan biasanya menceritakan hal – hal gaib/mitos yang berkembang di masyarakat.

Di zaman yang serba canggih ini kita dapat menemukan banyak sekali penulis – penulis yang membagikan karyanya di platform kepenulisan, namun entah teman – teman menyadari atau tidak semakin hari kualitas karya, isi bacaan, atau konten cerita yang diangkat semakin monoton dan tak jarang menyajikan pornoaksara yang sayangnya lebih diminati daripada tulisan atau cerita dengan konten yang lebih berbobot.

Hal ini membuat Minpena bertanya – tanya, ada apa dengan penulis penerus di Indonesia?

Mungkin penyebab dari minimnya kualitas cerita pada zaman sekarang adalah kurangnya persiapan dan pengetahuan kepenulisan. Untuk itu Minpena juga akan membahas tentang hal – hal yang perlu dipersiapkan untuk membuat karya.

Baca Juga :

Sebelumnya, mari kita sama – sama mengulas unsur – unsur cerita yang pernah kita pelajari di bangku sekolah. Secara umum unsur cerita terdiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Menurut Sabarti Akadiah, unsur – unsur cerita terdiri atas organisasi isi, aspek kebahasaan, dan Teknik penulisan.

a) Organisasi isi terdiri dari beberapa unsur yang telah kita pelajari di bangku sekolah, yaitu tema, tokoh, latar, alur/plot, sudat pandang, dan amanat.

b) Aspek kebahasaan berkaitan dengan diksi yang digunakan dalam cerita. Bahasa yang digunakan dalam penulisan cerita perlu diperhatikan karena berpengaruh pada cerita yang akan di sampaikan. Usahakan untuk menggunakan bahasa yang dikuasai, apabila ingin menggunakan bahsa formal atau baku, gunakan dalam keseluruhan cerita. Namun, apabila ingin menggunakan bahasa gaul atau non-formal usahakan dengan bahasa yang tidak terlalu kasar. Aspek kebahasaan juga berkaitan erat dengan PUEBI dan KBBI, karena setiap bahasa yang digunakan bersumber dari 2 hal tersebut. Saat ini banyak platform dan aplikasi yang menyajikan PUEBI dan KBBI, sehingga penulis tidak perlu khawatir apabila merasa kesulitan.

c) Teknik penulisan ini berkaitan erat dengan bahasa. Dalam penulisan cerita, penulis dapat memilih untuk menggunakan bahasa baku atau gaul. Hindari penggunaan bahasa campuran, yaitu bahasa baku dan gaul karena hal ini bisa membuat pembaca tidak nyaman.

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah hal – hal pendukung di luar karya, unsur ini dapat berkaitan dengan latar belakang penulis, keadaan sosial, lingkungan, maupun perasaan penulis itu sendiri. selanjutnya, apa yang perlu kita persiapkan untuk membuat cerita atau karya?

1. Tentukan tema, topik dan judul.

Tema adalah gagasan, pokok persoalan, atau ide yang mendasari terbentuknya sebuah cerita. Sedangkan, topik adalah pokok persoalan yang akan atau telah dikembangkan. Pembuatan karya tidak akan lepas dari 3 hal ini. Selama pengalaman Minpena, permasalahan yang sering terjadi berada pada penentuan judul. Ada penulis yang belum memulai menulis karena belum menemukan judul yang tepat, maka untuk menanggulangi hal tersebut penulis dapat menentukan judul ketika kerangka cerita telah selesai secara keseluruhan.

2. Mengumpulkan bahan atau riset.

Meski jenis tulisan kita adalah karya fiksi, riset juga dibutuhkan. Seperti yang pernah kita bahas sebelumnya bahwa riset berperan cukup penting dalam penulisan sebuah karya, hal ini untuk menjamin bahwa karya fiksi yang kita buat realistis dan relevan dengan kenyataan, serta dapat dipertanggung jawabkan melalui sumber yang telah kita temukan.

3. Menyeleksi bahan.

Penyeleksian bahan dimaksudkan untuk menyesuaikan hasil riset yang telah kita temukan dengan tema atau topik bahasan yang akan kita angkat.

4. Membuat kerangka

Pembuatan kerangka ini dilakukan untuk mengukur permasalahan agar lebih terarah dan fokus. Pembuatan kerangka ini akan dibahas lebih mendalam di pertemuan selanjutnya.

5. Mengembangkan kerangka

Susunan kerangka yang telah dibuat selanjutnya dikembangkan dan disusun sehingga membentuk cerita.

6. Meminta masukan dari pembaca

Tahapan ini sebenarnya opsional, teman – teman bisa meminta pendapat pembaca untuk mengetahui kekuragan adri tulisan yang telah di bentuk. Kembali lagi Minpena ingatkan, bahwa penulis hebat tidak akan menutup mata dari kritik dan saran karena hal tersebut salah satu modal untuk terus berkarya.

Penulis : Rizka Awaliah

Diberdayakan oleh Blogger.