Hari mulai gelap. Jam menunjukkan pukul 7 malam. Reno tengah bersiap di kamarnya dengan menggunakan jersey biru khas dari tim sepakbola kegemarannya. Pintu kamarnya terbuka, dan muncul ibunya dari balik pintu.
"Le, jadi berangkat?" Tanya ibu Reno.
"Jadi buk, ini lagi siap siap" Jawab Reno sambil melihat pantulan dirinya di cermin.
Ibu Reno berjalan masuk ke dalam kamar Reno. Sambil mengelus pundak Reno, sang ibu berkata.
"Le, gausah jadi berangkat ya, firasatnya ibuk kok nggak enak".
Reno memegang tangan ibunya.
"Kenapa to buk? biasanya juga gapapa. nanti habis selesai pertandingannya Reno langsung pulang".
"Yaudah, tapi tetep ngabarin ibuk ya, sudah sholat isya’ kan?".
“Iya buk, Reno sudah sholat tadi buk”.
Terdengar suara ketokan pintu dari luar rumah, disusul suara Andi mengucap salam.
Tok tok tok.
”Assalamualaikum”.
“Waalaikumsalam, masuk dulu ndi” Teriak Reno dari dalam rumah.
Andi masuk dan mencium tangan ibunda Reno, diikuti oleh Reno.“Buk, Reno sama Andi berangkat dulu ya, Assalamualaikum”.
“Waalaikummussalam, hati hati ya le. Langsung pulang jangan ikut ikutan kalo ada rusuh”.
“iya buk”.
Motor Andi meninggalkan pekarangan rumah Reno.
Jam menunjukkan pukul 19.45, 15 menit sebelum pertandingan dimulai. Motor Andi sudah terparkir di depan Stadiun K. Stadiun K penuh dengan supporter dari 2 tim yang akan bertanding hari ini. Andi dan Reno berhasil masuk ke tribun setelah berdesak desakkan dengan banyak orang.
Pukul 20.00, Wasit meniup peluit. Tanda pertandingan dimulai. Semua supporter terfokus di lapangan, pertandingan berlangsung sengit, hingga jam menunjukkan pukul 21.30 peluit panjang kembali berbunyi tanda pertandingan telah berakhir. Tim yang didukung oleh Reno dan Andi mengalami kekalahan.
“Oalah, kalah” Ucap Andi.
Reno menepuk pundak Andi,
“Namanya juga pertandingan, pasti ada yang kalah dan menang, wes rapopo” Ucap Reno.“Iya bener. Pulang nunggu sepi aja ya, ini pasti lagi rame ramenya” Ucap Andi.
“Iya”.
Tak lama setelah peluit panjang berbunyi terlihat mulai ada kerusuhan di tengah lapangan, beberapa supporter turun dan terjadi keributan.
“Ndi ini kayaknya bakalan ada rusuh, ayo pulang sekarang aja” Ajak Reno.
“Gabisa Ren, itu loh pintu keluar masih rame banget, gabisa keluar kita” Kata Andi.
Kericuhan di tengah lapangan mulai membesar, hingga terjadi bentrokan antara polisi dan supporter, keadaan mulai tidak terkendali, hingga polisi akhirnya menyemprotkan gas air mata. Para supporter mulai panik berhamburan menuju pintu keluar tidak terkecuali Reno dan Andi, keadaan sangat menyesakkan. Pintu keluar yang kecil dipaksa mengeluarkan massa yang begitu banyak.
Keadaan yang sangat mencekam banyak orang yang mulai pingsan karena kehabisan oksigen efek dari gas air mata yang disemprotkan serta berdesak desakkan di pintu keluar. Suara teriakan dan tangisan terdengar menjadi satu.
Naasnya Andi dan Reno terpisah, Andi berhasil keluar, namun Reno masih terjebak di dalam. Andi menunggu Reno dengan harap harap cemas. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, Andi tak juga melihat Reno keluar dari stadiun. Andi semakin cemas ketika mulai dinyatakan banyak yang menjadi korban jiwa, satu per satu tubuh para korban jiwa dievakuasi. Hingga akhirnya kecemasan Andi menghilang ketika melihat Reno keluar dari stadiun sambil membantu membopong tubuh salah seorang korban jiwa.
“Kalo sampe terjadi apa apa sama kamu, aku gatau mau ngomong apa ke ibukmu” Ucap Andi.
“Udah udah, aku gapapa, ayo pulang sekarang, ibukku pasti khawatir”Ajak Reno.
Motor Andi melesat meninggalkan stadiun, menuju ke rumah Reno.
Sesampainya di rumah Reno, Ibunda Reno sudah berdiri di depan pintu. Melihat Reno turun dari motor Andi, Ibu Reno langsung berlari memeluk Reno.
“Ya Allah le, Alhamdulillah kamu sama Andi ga kenapa napa, ibu khawatir banget, ada yang ngasih tau ibuk di stadiun ada kerusuhan banyak korban jiwa, ibu takut kamu kenapa napa, ibuk doa terus minta kamu sama Andi dilindungi sama Allah. Alhamdulillah Allah denger doa ibuk.
“Reno minta maaf ya buk udah bikin khawatir, harusnya tadi Reno nurut sama ibuk buat gausah berangkat”.
“Udah yang penting kamu ga kenapa - napa, kalo sampai kamu kenapa - napa, mungkin ibuk bakalan benci sepakbola seumur hidup ibuk”