Hutan selalu penuh dengan kejutan. Di sana tinggal berbagai macam hewan, ada yang buas, ada pula yang jinak. Ukurannya ada yang besar, ada pula yang kecil. Hewan-hewan yang tinggal di hutan hidup saling berdampingan dengan rukun.
Seekor beruang hidup di sebuah gua, dia tinggal Bersama ibunya di sana. setiap hari beruang bermain dengan teman-temannya, si macan dan harimau. Mereka bermain mendaki bukit, berenang di sungai, atau bermain akar pohon. Mereka Bahagia bermain Bersama.
Beruang pulang ke guanya pada sore hari. Perutnya terasa lapar, dan langsung saja dirinya membuka lemari penyimpanan makanan.
Matanya mencari sebotol madu kesukaannya.
“Di mana maduku?” tanyanya.
Raut wajahnya berubah kesal.
“Ibu!” teriak beruang memanggil ibunya.
Berkali-kali beruang berteriak, namun taka dan jawaban yang terdengar.
“Lagi-lagi ibu lupa menyiapkan aku madu, aku sangat lapar sekarang,” ujarnya ketus.
Beruang berjalan keluar gua dengan perasaan kesal. Kakinya dihentak dengan kencang untuk melampiaskan kekesalannya.
Di tengah perjalanan, dirinya melihat sarang madu yang sangat besar. Mata beruang itu berbinar senang.
“Wah, sarang madu ini sangat besar. Pasti banyak madu di dalamnya,” ujar beruang bersemangat.
Namun, sarang madu itu berada di atas pohon yang cukup tinggi. Beruang itu melompat untuk meraih sarang madu tersebut. Satu lompatan, dua lompatan, tidak juga berhasil.
“Pohon ini terlalu tinggi,” gumamnya.
Beruang meraih sebuah kerikil dan melemparkannya. Lemparan itu tidak menghasilkan apapun, dari sekian banyak lemparannya hanya satu yang mengenai sarang madu. Tapi kerikil kecil tidak membuat sarang madu terjatuh.
Satu kerikil yang berhasil mengenai sarang madu itu membuat seekor lebah terbangun dari tidurnya. Sang lebah keluar dari sarang dan menghampiri beruang.
“Hei, jangan merusak sarangku!” ujarnya pada beruang.
Beruang menatap lebah dengan marah dan berkata, “aku lapar dan aku ingin madu, pergilah dan buat sarang baru.”
“Aku membuat sarang ini Bersama teman-temanku dengan bekerja keras, dan kau seenaknya menyuruh kami untuk pergi. Dasar beruang egois!” teriak lebah.
“Memangnya kenapa? Tubuhku lebih besar daripada tubuhmu, kalua aku melawan kau pasti akan kalah. Jadi pergilah sekarang!” ujar beruang berkata dengan kasar.
Lebah meninggalkan beruang, dan Kembali masuk ke sarangnya. Percuma meladeni beruang keras kepala sepertinya, pikir lebah.
“Apa yang bisa aku lakukan?” beruang itu mulai berpikir Kembali untuk membuat sarang madu jatuh.
Matanya melihat sebuah kayu yang cukup besar berada di bawah pohon pinus, “aku bisa menggunakan kayu itu.”
Beruang segera mengambil kayu tersebut dan memukul sarang madu beberapa kali. Sarang madu itu pun terjatuh dan hancur.
Beruang menatap sarang madu yang hancur dengan perasaan senang karena di sana terlihat madu yang banyak.
"Aku bisa makan sampai kenyang,” ucapnya puas.
Zzzzz ….
Tiba-tiba sebuah suara mengalihkan perhatiannya. Beruang melihat segerombol lebah yang terbang di atas sarang madu, jumlah mereka sangat banyak hingga membuah beruang merinding.
“Kau telah menghancurkan sarang kami!” teriak lebah marah.
Beruang terdiam sesaat, dan baru tersadar Ketika telinganya merasakan satu sengatan. Ternyata salah satu lebah menyengatnya di sana. sengatan itu bertambah di pipi, kemudian di perut, dan bokongnya.
Beruang mulai panik dan berlari untuk menghindari lebah yang marah.
Kawanan lebah terus mengejar beruang, sesekali beruang masih dapat disengat.
Beruang berlari semakin kecang, dia kehabisan akal untuk kabur dari kawanan lebah. “Bagaimana aku bisa lari dari mereka, mereka terus mengejarku,” tangis beruang.
Beruang terus berlari hingga berhadapan dengan sebuah sungai, tanpa berpikir Panjang dia melompat ke dalam suangai. Lebah tidak dapat menyengat beruang yang berada di dalam air, namun selama beberapa saat lebah itu terus menunggu beruang untuk keluar dari sungai.
“Huaaa!!! Aku ingin pulang,” tangis beruang terdengar keras.
Malam tiba, lebah sudah pergi dan akhirnya beruang bisa keluar dari sungai.
Beruang berjalan perlahan menuju goanya, bulunya basah dan tubuhnya menggigil kedinginan.
“Apa yang terjadi padamu?” tanya ibu beruang.
“Aku mencari madu di hutan, dan para lebah mengejarku.”
“Kau dan emosimu, berapa kali ibu harus bilang bahwa kau harus belajar mengendalikan emosimu. Ibu sudah menyimpan madumu di lemari, itu … madumu tertutup buah,” petuah sang ibu.
Beruang hanya dapat tertunduk menyesal.
___________________
Oleh : Rizka Awaliah
Sc picture: https://www.istockphoto.com/id/vektor/beruang-kutub-putih-arktik-yang-lucu-dengan-syal-gm1442188598-481648193