Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Senandita - Amelia Sholehah

Sumber foto : https://pixabay.com/id/photos/bima-sakti-bintang-langit-malam-2695569/

Mentari pagi menyinari dirgantara, burung-burung berkicau, para semut keluar mencari makanan sedangkan aku segera memakai seragam. Hari ini, hari pertama aku secara resmi pindah sekolah.

Kemarin aku bersekolah di salah satu sekolah elite di kota ku tapi, sekarang aku pindah ke sekolah yang biasa-biasa saja bukan karena masalah biaya melainkan ada janji seorang laki-laki yang berucap dulu di hadapan ku. Dia berkata,"Nanti kalau sma kita harus bersama!"

Sebut saja namanya Erlan, dia laki-laki pintar yang hobinya bermain game di sepanjang harinya. Mungkin, perasaan Erlan saat ini sudah berubah. Hatinya bukan lagi ada namaku di sana melainkan ada seorang wanita yang mungkin lebih cantik dari ku.

Aku menatap pantulan diriku di cermin, "Sempurna," ucapku seraya tersenyum.

"El, ayo berangkat!" seru temanku yang bernama Lia, dia sangat baik hingga menjemput ku di rumah. Tak mau dia menunggu lama aku mengambil sepasang sepatu berwarna hitam polos dan segera memasangnya.

Tak lama aku duduk di belakang Lia dan dia menancap gas-nya. Hembusan angin menerpa wajah kami membuat Lia terus membenarkan kerudung yabg tertiup angin.

"El, lo kenapa pindah sekolah?" tanya Lia yang suaranya bercampur dengan angin membuat aku sulit memahami perkataannya.

"Ada janji yang harus di tepati," ucap ku di belakang dengan menaikan volume agar di dengan Lia.
15 menit kemudian...

Lia segera memarkirkan motor matic-nya di parkiran sekolah kami segera memasuki kelas XI-IPS 1. Ramai. Itulah yang mendominasi kelas tersebut.

Tak lama setelah aku masuk sepertinya aku menjadi pusat perhatian ada yang menatap ku bingung ada juga yang acuh.

"El, lo pindah sekolah?" tanya Dini teman smp ku dulu ia segera menghampiri ku.

"Iya, Din," ucapku dengan tersenyum.

Mungkin Dini sedikit tak suka dengan kehadiran ku karena mungkin saja aku bisa menggeser posisi dia menjadi juara kelas. Dulu sewaktu sd dan smp kamu bersaing dengannya untuk mendapatkan juara kelas.

"El," ucap seorang laki-laki di belakang dengan volume kecil namun, aku dapat mendengar jelas apa yang ia ucapkan.

"Erlan...." Aku menatap ke arahnya dengan tersenyum tipis.

"Perkenlakan diri dulu," suruh Lia yang segera duduk di kursinya.

Aku segera melangkah menuju depan papan tulis dan mulai memperkenalkan diri ku.

"Hai, perkenalkan nama aku Elsya Amalia, kalian bisa memanggil aku dengan sebutan El dan aku pindah sekolah karena ada janji yang harus di tepati."

"Janji?"

Aku hanya tersenyum dan segera melangkah menuju kursi kosong yang kebetulan di depan Erlan laki-laki yang membuat ku pindah sekolah. Segera aku mendudukkan diri ku di sana.

Tringg

Suara pesan masuk berbunyi di hp ku segera aku mengeceknya.

[ Kamu tadi bilang janji? janji apa?

Aku membaca pesan tersebut, tidak ada nama di nomor itu dan photo profile kontaknya hanya gambar kartun anime.

[ Siapa?] Aku membalas pesan itu, bertanya siapakah pemilik namor itu.

Aku memandangi centang abu-abu yang mulai membiru pertanda ia sudah membaca pesan ku.

[ Cinta pertama kamu. ]

[ Erlan? ]

[ Iya, janji apa? ]

[ Dulu kamu bilang sma kita harus sama-sama lagi, kan? ]

[ Iya, tapi bukannya kamu nggak suka aku? ]

Aku membaca pesan dari Erlan namun naas pak guru datang dengan membawa buku mengajarnya,

"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak."

"Waalaikumsalam, pagi pak," ucap kami serentak.

"Kamu anak baru?" tanya pak guru menunjuk ke arah ku yang belum aku ketahui siapa namanya.

"Iya pak," jawab ku dengan gugup.

"Siapa namanya?"

"Ersya Amalia pak."

Mendengar itu pak guru langsung menulis sesuatu di kertas mungkin absensi.
Segera aku mengambil handphone yang tadi aku taruh di laci membuka aplikasi whatsapp segera membalas pesan dari Erlan.

[ Er, nanti ya, aku jelasin?] setelah mengirimkan pesan itu aku menaruh kembali handohone ku di laci segera mengambil beberapa buku dan pulpen. Mata kami bertemu saat aku membuka tas ku dia tersenyum kepadaku.

Tak berapa lama pak guru membereskan buku-buku mengajarkannya, "Oke, anak-anak cukup untuk pembelajaran hari ini." "Bapak akhir wassalamualaikum warahmatulahi wabaraktuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," ucap kami bersamaan.

Beberapa anak-anak yang lain langsung lari keluar dari kelas. Lia tadu pamit kepada ku ia ingin ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku.

Sementara, aku di sini duduk, menunggu Erlan membuka suaranya.

Jujur aku sangat gugup. Aku takut dia akan marah jika aku jujur bahwa aku mencintainya.

Aku menggigit bibir bawahku sembari meremas rok seragam ku.

"El, aku mau nanya, kamu suka aku?" tanya Erlan menghampiri tempat duduk ku dia berjongkok di samping kiri ku. Aku tidak berani menatap matanya.

"El," panggilnya hingga membuat aku menoleh, "Kamu suka sama aku?" "Iya."

"Kenapa nggak bilang?"

"Aku orangnya pemalu, Er."

"Dan gara-gara itu aku nggak tau perasaan kamu ke aku."

"Maaf ya?"

"Buat?" tanya Erlan mengernyitkan dahinya.

"Dulu aku sering mukulin kamu."

"Iya nggak papa kok."

Erlan menatap teduh kepadaku membuat sudut bibirku terangak membentuk senyuman.

"Dulu mulut aku bilang nggak suka kamu tapi batin aku bergejolak untuk mengucapkan aku suka kamu," ucap ku dengan tersenyum lebar kepadanya membuat Erlan membalas senyuman ku.

"I love you, El."

"Kalian ngapain?" tanya Diyat yang kebetulan kami dulu satu sekolah dia juga tau bahwa dulu Erlan menyukai ku.

Baca Juga : Curahan Pesan Moral dari Film Kartun Sing

Mendengar pertanyaan Diyat aku keluar dari kelas menahan gugup. Ternyata Erlan mengikuti ku sampai di tangga sekolah.

"Kenapa keluar?" tanya Erkan menyentuh bahu ku.

"Gugup," jawab ku menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya.

"Masih aja suka gugup," cibir Erlan membuat aku menggembungkan kedua pipi ku.

"Er, kamu udah punya pacar?"

"Udah," jawabnya singkat ia langsung duduk di salah satu anak tangga.

"Semoga langgeng ya?"

"Aku akan putusin dia."

"Kenapa?"

"Ya, karena aku nggak cinta sama dia."

"Trus, kenapa kalian pacaran?"

"Dia maksa aku buat jadi pacarnya."

"Oh." Aku hanya ber-oh-ria tak ingin tau lebih dalam.

"Cie ... cie ... cie...." Sorak beberapa anak perempuan kepada kami termasuk Lia. Mereka semua tau kalau Erlan dulu mengejar-ngejar cintaku.

"Gue cinta Ersya!" teriak Erlan membuat pipi ku bersemu. Aku tersenyum lebar ke arahnya.
Erlan adalah laki-laki yang berbeda, dia lumayan tampan dan dia sopan kepada ku mungkin dulu dia kurang ajar sampai-sampai mencium pipi ku namun karena itulah sampai saat ini kami terikat.
Hari ini, di tempat ini, sesuatu yang baru telah mengubah status di antar kami, Aku mencintai Erlan dan Erlan mencintai diri ku.

Diberdayakan oleh Blogger.