Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

GURU HARUS TAHU: Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini

Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini

Bapak Pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara mendefinisikan bahwa arti Pendidikan; “Pendidikan yaitu tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiian setinggi-tingginya” Pendidikan ditujukan agar potensi setiap peserta didik dapat berkembang agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung jawab.

Pendidikan yang menjadi salah satu kebutuhan primer manusia telah mengalami banyak perkembangan. Hal ini didasari oleh kebutuhan peserta didik dan tuntutan zaman yang mengharuskan segala aspeknya beradaptasi agar peserta didik di masa depan dapat menempatkan diri dengan kognisi, emosi, dan sosial yang sesuai zaman.

Dewasa ini perkembangan anak semakin terlihat berbeda dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Kasus kekerasan, penyimpangan, penyalahgunaan, dan kasus yang merujuk pada hal-hal negatif lain yang kini banyak dilakukan oleh anak-anak. Hal ini membuktikan bahwa adanya dekadensi moral yang terjadi pada anak bangsa. Perkembangan tidak dapat diukur, tetapi dapat dirasakan. Perkembangan bersifat maju kedepan, sistematis dan berkesinambungan.

1.      Pengertian Psikologi Perkembangan Anak

Psikologi berasal dari Bahasa Yunani pshyce yang artinya jiwa. Logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, psikologi diatikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Objek psikologi tidak hanya membahas tentang makhluk hidup, namun lebih luas dan umum. Dalam proses kehidupan manusia, psikologi mengambil peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya dalam aspek pendidikan karena kajiannya mengenai segala hal yang berkaitan dengan perkembangan manusia. Hal ini dimulai dengan perkembangan fisik, emosi, perasaan, dan sosial yang dialami oleh manusia.  Perkembangan fiksik manusia umumnya juga disebut dengan pertumbuhan.

Perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Dalam perspektif psikologi, perkembangan merupakan perubahan progresif yang menunjukan cara tingkah laku dan berinterakasi dengan lingkungannya. Dalam sumber lain, perkembangan diartikan sebagai perubahan psikologis sebagai hasil dari peroses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa. Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ dan sistem-sistem, perolehan keterampilan, kemampuan yang lebih siap untuk beradaptasi terhadap stres dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal dan memperoleh kebebasan dalam mengekperesikan kreativitas.

Menurut Kementrian Pendidikan Nasional tentang peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2013 indikator tingkat percapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun adalah sabagai berikut (Kemendikbud, 2015):

1)        Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasiinformasi secara.

2)        Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari perasaan diri dan orang lain.

3)        Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol.

4)        Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.

2.      Pengertian dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Sosial Anak

Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon politicon). Perkemgangan sosial dapat diartikan sebagai sequence dari perubahan berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial. Proses perkembngannaya berlangsung bertahap, sebagai berikut:

1.        Masa kanak-kanak awal (0-3 yahun) subjektif

2.        Masa krisis (3-4 tahun) tort alter

3.        Masa kanak-kanak akhir (4-6 tahun) subjektif menuju objektif.

4.        Masa anak sekolah (6-12 tahun) objektif

5.        Masa kritis II (12-13 tahun) pre-puber (anak tanggung).

Perilaku sosial anak mulai meniru, kerja sama, simpati, emapti, suka berbagi dan punya dukungan sosial. Sedangakan realitas pola prilaku tidak sosial misalnya seorang anak suka berpikir negatif, egois, merusak dan suka prasangka menunjukan prilaku yang tidak baik dalam kehidupan bersosial.

Menurut Catherine Lee dalam Hasnida tahapan perkembangan sosial anak di mulai sejak ia dilahirkan atau dengan kata lain sejak terjadi interaksi antara anak sebagai individu dengan orang-orang yang berada disekitarnya. Misalnya pada usia pasca lahir anak lebih suka di tinggal tampa di ganggu, usia satu sampai tiga tahun anak lebih suka dia ajak bermain dan bercanda, usia tiga sampai lima tahun anak mulai bebas bermain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak usia dini adalah sebagai berikut:

a.         Faktor Keluarga

1)        Hubungan orang tua, antar saudara, antar anak dengan orangtua, hubungan anak dengan orangtua ataupun saudara akan terjalin rasa kasih sayang, dimana anak akan lebih terbuka dalam melakukan interaksi karena terjadinya hubungan yang baik yang ditunjang oleh kominikasi yang tepat. Perang orang tua akan membimbing anak untuk mengenal lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

2)        Urutan anak dalam keluarga (sulung tengah bungsu) Urutan anak dalam keluarga berpengaruh pada anak misalnya sang anak merupakan anak terakhir maka dipastikan sang anak bergantung pada orangtua dan saudaranya. Jika hal ini terjadi akan berpengaruh pada tingkat kemandirian anak tersebut.

3)        Jumlah keluarga Pada dasarnya jumlah anggota yang besar berbeda dengan jumlah anggota yang sedikit. Jika dalam suatu keluarga mempunyai anak yang sedikit, maka perhatian, waktu dan kasih sayang lebih banyak tercurahkan, dimana segala bentuk aktivitas dapat di temani ataupun dibantu, hal ini berbeda dengan keluarga yang besar.

4)        Perlakukan keluarga terhadap anak Adanya perlakuakn keluarga terhadap anak prasekolah secara langsung mempengaruhi pribadi dan gerakan sang anak. Dimana dalam keluaraga tertanam rasa saling perhatian, tidak kasar dan selalu merespon setiap kegiatan anak, maka dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak yang lebih baik dan terarah.

5)        Harapan orangtua terhadap anak Setiap orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik, cerdas dan terarah dalam masa depannya. Harapan orangtua mempunyai anak yang memiliki perkembanagan pra sekolah yang sekolah bertujuan mempunyai arah sesuai perkembangannya.

b.        Faktor diluar keluarga

1)        Interaksi dengan tema sebaya Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik maka secara alami dapat berinteraksi dengan temannya tampa harus disuruh atau ditemani keluarga karena anaka memiliki arahan yang jelas.

2)        Hubungan dengan orang dewasa diluar rumah Jika seorang anak selalu diperkenalkan dengan lingkungan luar dan diberi arahan bergaul dengan siapa saja maka sang anak dapat menyusuiakan lingkungan orang dewasa dimana anak tampa malu-malu berinteraksi dengan orang yang lebih dewasa dari dirinya.

3.         Pengertian dan Karakteristik Emosi pada Anak

Istilah emosi berasal dari kata emotus atau emovere atau mencerca (to stir up) yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, misal emosi gembira mendorong untuk tertawa, atau dengan perkataan lain emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hamper keseluruhan diri individu. Menurut Sarlito Wirawan Sartono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif.

Emosi merupakan suatu keadaan pada diri organisme ataupun individual pada suatu waktu tertentu yang diwarnai dengan adanya gradasu efektif dimula dari tingkatan yang lemah sampai pada tingkatan yang kuat (mendalam). Emosi ditimbulkan oleh adanya peristiwa atau persepsi yang dialami oleh manusia, dan pada umumnya emosi berlangsung secara singkat. Emosi yang biasa muncul dalam diri manusia seperti sedih, marah, gembira, kecewa, ataupun benci. Sebutan yang diberikan pada emosi tersebut akan memengaruhi bagaimana anak berpikir dan bertindak mengenai perasaan tersebut. sejak kecil ia telah mulai membedakan antara perasaan yang satu dengan yang lain karena perbedaan tanggapan yang diberikan orang tua terhadap berbagai perasan dan tingkah lakunya. Dapatlah dikatakan bahwa perkemangan emlsi anak tidak lepad dari hubungan sosial dengan sesamanya.

Karakteristik emosi pada anak berbeda dengan karakteristik yang terjadi pada orang dewasa, dimana karakteristik emosi pada anak itu antara lain:

1)        berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba,

2)        terlihat lebih hebat atau kuat,

3)        bersifat sementara atau dangkal,

4)        lebih sering terjadi,

5)        dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya,

6)        reaksi mencerminkan individualitas.

Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan belajar.

Metode belajar yang dapat menunjang emosi pada anak, antara lain:

1)      belajar dengan coba-coba

2)      Belajar dengan cara meniru

3)      Belajar dengan cara menyamakan diri dengan orang yang dikagumi

4)      Belajar melalui pengkondisian proses sosialisasi

5)      Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi.



Sumber:

Ab Marisyah1, Firman2, R. (2019). PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN. 3, 2–3.

Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, 2011, Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, hlm. 7

Fakhrudin, A. U. Mendidik Anak Menjadi Unggulan. 2010. Yogyakarta: Manika Books.

Supriyadi, O. Perkembangan Perserta Didik. 2010. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.

Ilham, I. Perkembangan emosi dan sosial pada anak usia sekolah dasar. EL-Muhbib: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Dasar, 2020. 4(2), hlm. 167-168

Yeni Rachmawati, Modul 1 Perkembangan Sosial Emosional pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Diakses pada tanggal 02 mei 2018. Pukul 20:07

Heleni Filtri, Perkembangan Emosional Anak Usia Dini Usia 5-6 Tahun Ditinjau Dari Ibu Yang Bekerja, PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 1, No 1, Oktober 2017

Sukatin, Q. Y. H., Alivia, A. A., & Bella, R. (2020). Analisis psikologi perkembangan sosial emosional anak usia dini. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 6(2), hlm. 84

Harlock b. elizabeth, psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, Jakarta: Erlangga, 1960, hlm 266

Diberdayakan oleh Blogger.