Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara mendefinisikan bahwa arti
Pendidikan; “Pendidikan yaitu tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiian setinggi-tingginya” Pendidikan ditujukan agar
potensi setiap peserta didik dapat berkembang agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung
jawab.
Pendidikan
yang menjadi salah satu kebutuhan primer manusia telah mengalami banyak
perkembangan. Hal ini didasari oleh kebutuhan peserta didik dan tuntutan zaman
yang mengharuskan segala aspeknya beradaptasi agar peserta didik di masa depan
dapat menempatkan diri dengan kognisi, emosi, dan sosial yang sesuai zaman.
Dewasa ini perkembangan anak semakin terlihat berbeda dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Kasus kekerasan, penyimpangan, penyalahgunaan, dan kasus yang merujuk pada hal-hal negatif lain yang kini banyak dilakukan oleh anak-anak. Hal ini membuktikan bahwa adanya dekadensi moral yang terjadi pada anak bangsa. Perkembangan tidak dapat diukur, tetapi dapat dirasakan. Perkembangan bersifat maju kedepan, sistematis dan berkesinambungan.
1. Pengertian
Psikologi Perkembangan Anak
Psikologi berasal dari Bahasa Yunani pshyce
yang artinya jiwa. Logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, psikologi diatikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Objek psikologi tidak hanya
membahas tentang makhluk hidup, namun lebih luas dan umum. Dalam proses
kehidupan manusia, psikologi mengambil peran penting dalam berbagai aspek
kehidupan, salah satunya dalam aspek pendidikan karena kajiannya mengenai
segala hal yang berkaitan dengan perkembangan manusia. Hal ini dimulai dengan
perkembangan fisik, emosi, perasaan, dan sosial yang dialami oleh manusia. Perkembangan fiksik manusia umumnya juga
disebut dengan pertumbuhan.
Perkembangan adalah proses perubahan dalam
pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan
lingkungan. Dalam perspektif psikologi, perkembangan merupakan perubahan
progresif yang menunjukan cara tingkah laku dan berinterakasi dengan
lingkungannya. Dalam sumber lain, perkembangan diartikan sebagai perubahan psikologis sebagai
hasil dari peroses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang
ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu
tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam
kehidupan anak menuju dewasa. Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ
dan sistem-sistem, perolehan keterampilan, kemampuan yang lebih siap untuk
beradaptasi terhadap stres dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal
dan memperoleh kebebasan dalam mengekperesikan kreativitas.
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional
tentang peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor
137 tahun 2013 indikator tingkat percapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun
adalah sabagai berikut (Kemendikbud, 2015):
1)
Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari
kaidah dan aturan yang berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia.
Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut
kemampuan untuk menyembunyikan informasiinformasi secara.
2)
Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi
pada masa ini anak telah menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat
menverbalsasikan konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak,
anak semakin menyadari perasaan diri dan orang lain.
3)
Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur
ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress
emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi
negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih,
marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat
dikontrol.
4)
Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian
anak tentang baik buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang
berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak
sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian
baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi
munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.
2. Pengertian
dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Sosial Anak
Plato secara potensial (fitrah) manusia
dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon politicon). Perkemgangan sosial dapat
diartikan sebagai sequence dari perubahan berkesinambungan dalam
perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial. Proses perkembngannaya
berlangsung bertahap, sebagai berikut:
1.
Masa kanak-kanak awal (0-3 yahun)
subjektif
2.
Masa krisis (3-4 tahun) tort alter
3.
Masa kanak-kanak akhir (4-6 tahun)
subjektif menuju objektif.
4.
Masa anak sekolah (6-12 tahun) objektif
5.
Masa kritis II (12-13 tahun) pre-puber
(anak tanggung).
Perilaku sosial anak mulai meniru, kerja
sama, simpati, emapti, suka berbagi dan punya dukungan sosial. Sedangakan
realitas pola prilaku tidak sosial misalnya seorang anak suka berpikir negatif,
egois, merusak dan suka prasangka menunjukan prilaku yang tidak baik dalam
kehidupan bersosial.
Menurut Catherine Lee dalam Hasnida
tahapan perkembangan sosial anak di mulai sejak ia dilahirkan atau dengan kata
lain sejak terjadi interaksi antara anak sebagai individu dengan orang-orang
yang berada disekitarnya. Misalnya pada usia pasca lahir anak lebih suka di
tinggal tampa di ganggu, usia satu sampai tiga tahun anak lebih suka dia ajak
bermain dan bercanda, usia tiga sampai lima tahun anak mulai bebas bermain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial anak usia dini adalah sebagai berikut:
a.
Faktor Keluarga
1)
Hubungan orang tua, antar saudara, antar
anak dengan orangtua, hubungan anak dengan orangtua ataupun saudara akan
terjalin rasa kasih sayang, dimana anak akan lebih terbuka dalam melakukan
interaksi karena terjadinya hubungan yang baik yang ditunjang oleh kominikasi
yang tepat. Perang orang tua akan membimbing anak untuk mengenal lingkungan
sekitar tempat tinggalnya.
2)
Urutan anak dalam keluarga (sulung tengah
bungsu) Urutan anak dalam keluarga berpengaruh pada anak misalnya sang anak
merupakan anak terakhir maka dipastikan sang anak bergantung pada orangtua dan
saudaranya. Jika hal ini terjadi akan berpengaruh pada tingkat kemandirian anak
tersebut.
3)
Jumlah keluarga Pada dasarnya jumlah
anggota yang besar berbeda dengan jumlah anggota yang sedikit. Jika dalam suatu
keluarga mempunyai anak yang sedikit, maka perhatian, waktu dan kasih sayang
lebih banyak tercurahkan, dimana segala bentuk aktivitas dapat di temani
ataupun dibantu, hal ini berbeda dengan keluarga yang besar.
4)
Perlakukan keluarga terhadap anak Adanya
perlakuakn keluarga terhadap anak prasekolah secara langsung mempengaruhi
pribadi dan gerakan sang anak. Dimana dalam keluaraga tertanam rasa saling
perhatian, tidak kasar dan selalu merespon setiap kegiatan anak, maka dapat
berpengaruh terhadap perkembangan anak yang lebih baik dan terarah.
5)
Harapan orangtua terhadap anak Setiap
orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik, cerdas dan terarah dalam
masa depannya. Harapan orangtua mempunyai anak yang memiliki perkembanagan pra
sekolah yang sekolah bertujuan mempunyai arah sesuai perkembangannya.
b.
Faktor diluar keluarga
1)
Interaksi dengan tema sebaya Setiap anak
jika mempunyai perkembangan yang baik maka secara alami dapat berinteraksi
dengan temannya tampa harus disuruh atau ditemani keluarga karena anaka
memiliki arahan yang jelas.
2)
Hubungan dengan orang dewasa diluar rumah
Jika seorang anak selalu diperkenalkan dengan lingkungan luar dan diberi arahan
bergaul dengan siapa saja maka sang anak dapat menyusuiakan lingkungan orang
dewasa dimana anak tampa malu-malu berinteraksi dengan orang yang lebih dewasa
dari dirinya.
3.
Pengertian dan Karakteristik Emosi
pada Anak
Istilah emosi berasal dari kata emotus
atau emovere atau mencerca (to stir up) yang berarti sesuatu yang mendorong
terhadap sesuatu, misal emosi gembira mendorong untuk tertawa, atau dengan
perkataan lain emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian
diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hamper keseluruhan diri individu.
Menurut Sarlito Wirawan Sartono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif.
Emosi merupakan suatu keadaan pada diri
organisme ataupun individual pada suatu waktu tertentu yang diwarnai dengan
adanya gradasu efektif dimula dari tingkatan yang lemah sampai pada tingkatan
yang kuat (mendalam). Emosi ditimbulkan oleh
adanya peristiwa atau persepsi yang dialami oleh manusia, dan pada umumnya
emosi berlangsung secara singkat. Emosi yang biasa muncul dalam diri manusia
seperti sedih, marah, gembira, kecewa, ataupun benci. Sebutan yang diberikan pada
emosi tersebut akan memengaruhi bagaimana anak berpikir dan bertindak mengenai
perasaan tersebut. sejak kecil ia telah mulai membedakan antara perasaan yang
satu dengan yang lain karena perbedaan tanggapan yang diberikan orang tua terhadap
berbagai perasan dan tingkah lakunya. Dapatlah dikatakan bahwa perkemangan
emlsi anak tidak lepad dari hubungan sosial dengan sesamanya.
Karakteristik emosi pada anak berbeda
dengan karakteristik yang terjadi pada orang dewasa, dimana karakteristik emosi
pada anak itu antara lain:
1)
berlangsung singkat dan berakhir
tiba-tiba,
2)
terlihat lebih hebat atau kuat,
3)
bersifat sementara atau dangkal,
4)
lebih sering terjadi,
5)
dapat diketahui dengan jelas dari tingkah
lakunya,
6)
reaksi mencerminkan individualitas.
Sejumlah penelitian tentang emosi anak
menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan
dan belajar.
Metode belajar yang dapat menunjang emosi
pada anak, antara lain:
1) belajar
dengan coba-coba
2) Belajar
dengan cara meniru
3) Belajar
dengan cara menyamakan diri dengan orang yang dikagumi
4) Belajar
melalui pengkondisian proses sosialisasi
5) Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi.
Sumber:
Ab Marisyah1, Firman2, R. (2019). PEMIKIRAN
KI HADJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN. 3, 2–3.
Yudrik
Jahja, Psikologi Perkembangan, 2011, Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, hlm.
7
Fakhrudin, A. U. Mendidik Anak
Menjadi Unggulan. 2010. Yogyakarta: Manika Books.
Supriyadi, O. Perkembangan
Perserta Didik. 2010. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.
Ilham, I. Perkembangan emosi dan sosial pada anak usia
sekolah dasar. EL-Muhbib: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan
Dasar, 2020. 4(2), hlm. 167-168
Yeni Rachmawati, Modul 1 Perkembangan Sosial Emosional pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Diakses pada tanggal 02 mei 2018. Pukul 20:07
Heleni Filtri, Perkembangan Emosional Anak Usia Dini Usia 5-6 Tahun Ditinjau Dari Ibu Yang Bekerja, PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 1, No 1, Oktober 2017
Sukatin, Q. Y. H., Alivia, A. A., & Bella, R. (2020). Analisis
psikologi perkembangan sosial emosional anak usia dini. Bunayya:
Jurnal Pendidikan Anak, 6(2), hlm. 84
Harlock b.
elizabeth, psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,
Jakarta: Erlangga, 1960, hlm 266