Keberbakatan yang dimiliki seorang anak tidak serta merta dapat mengubah pribadi seorang anak menjadi orang dewasa. Anak-anak tetap pada kodratnya yang perlu diberi perhatian, ingin di sayang, dan memiliki sifat manja pada orang tua. Anak berbakat menekankan pada kemampuan berpikir dan bertindak dalam segi pengetahuan serta pengolahan, daripada perubahan karakter. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan adanya karakter-karakter dominan baik postif maupun negatif yang muncul pada anak berbakat.
Adanya perbedaan pola pikir, cara bertindak maupun kemungkinan pengaruh karakter pada anak berbakat perlu ditangani dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memerhatikan pendidikan anak berbakat yaitu cara mendidik, membimbing, dan mengajar anak berbakat sesuai dengan kemampuannya.
Keberbakatan yang dimiliki seseorang hanya akan dapat berkembang baik jika lingkungan sekitarnya mendukung berkembangnya keberbakatan yang dimilikinya, sebaliknya seberapapun besar bakat yang dimiliki individu, akan tetapi lingkungannya tidak kondusif bagi berkembang bakatnya, maka bakat yang telah ada tidak dapat berkembang secara optimal. Bahkan mungkin akan hilang begitu saja. Pada sisi ini, peran pemberian atau layanan pendidikan pada anak berbakat, agar keberbakatan yang dimiliki individu dapat berkembang sesuai dengan yang seharusnya. [1]
Meski anak berbakat terlihat memiliki ciri dan karakteristik berbeda, namun permasalahan anak berbakat merupakan permasalahan yang komplek. Hal ini dikarenakan setiap anak berbakat juga memiliki kemampuan, minat, dan kebutuhan yang berbeda. Maka diperlukan identifikasi untuk memecahkan permasalahan ini.
Identifikasi dapat diartikan proses mengenali anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa sehingga diperlukan layanan berdiferensiasi agar mereka dapat berkembang secara penuh sesuai potensi yang dimilikinya. [2] Dalam identifikasi anak berbakat, ada dua langkah penting, yaitu penjaringan (screening) dan assessmen.
1. Penjaringan (Screening)
Screening atau penjaringan dapat dilakukan dengan beberapa cara, berikut ini:
a. Nominasi guru
Observasi guru memungkinkan evaluasi perkembangan sepanjang waktu. Guru dapat mempertimbangkan cara siswa memecahkan masalah, seperti juga mempertimbangkan jawabannya. Guru-guru dapat juga melihat bagaimana siswa menggunakan waktunya, dan bagaimana beberapa indikator keberbakatan yang telah dikutip untuk diterapkannya. Juga, meminta siswa lain menjawab siapa yang paling pintar dan paling membantu, di antara mereka dapat membantu guru dalam melakukan identifkasi.
b. Nominasi orangtua
Orangtua dapat memungkinkan pemberian rekomendasi berdasarkan pengamatannya yang lama terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitan dengan itu, orangtua dapat memperhatikan tingkat penguasaan anak dalam tugas intelektual, minat dan keingintahuan yang bervariasi. Pada kenyataannya, meminta orangtua untuk mempertimbangkan bakat anak adalah suatu cara yang baik untuk melibatkan orangtua dalam memberikan informasi yang sangat berharga bagi pemahaman anak yang lebih komprehensif.
c. Nominasi teman sebaya (peer nomination)
Penunjukkan teman sebaya dapat memberikan informasi tentang keunggulan anak berbakat dalam sekolah, baik berkenaan dengan keunggulan bidang akademik maupun bidang non-akademik, terutama kemampuan anak memecahkan masalah, kemampuan kepemimpinan, dan sikap kejujuran anak.
d. Prestasi akademik anak
e. Portofolio
f. Produk kerja atau Kinerja yang bagus sekali
g. Observasi
h. Mereview catatan siswa
i. Tes kelompok (group test).
2. Asesment/Test
a. Tes inteligensi kelompok
1.
Karakteristik
guru anak berbakat Semua anak di sekolah memerlukan guru yang baik, tidak hanya
anak berbakat. Guru menentukan tujuan dan sasaran belajar, membantu dalam
pembentukan nilai pada anak (nilai hidup, nilai moral, nilai sosial), memilih
pengalaman belajar, menentukan metode atau strategi mengajar, dan yang paling
penting, menjadi model bagi prilaku bagi siswa.
2.
Persiapan guru
anak berbakat
a.
Program
bergelar
1)
Mengetahui
tentang sifat dan kebutuhan anak berbakat
2)
Mempunyai
keterampilan dalam pengembangan kemampuan berfikir tingkat tinggi
3)
Mengetahui
tentang kebutuhan afektif dan kognitif dari anak berbakat
4)
Mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan anak berbakat
5)
Mempunyai
kemampuan untuk melakukan penelitian.
b.
Pelatihan dalam
jabatan
Pelatihan
dalam jabatan dapat di berikan oleh sekolah, yayasan, dan sebagainya dan
berbeda dari program bergelar dalam hal bahwa pelatihan dalam jabatan lebih
memberikan pengalaman dengan tujuantujuan khusus.
3. Siapa saja yang dapat mengembangkan kreativitas berbakat
a. Mentor pada anak berbakat
b. Psikolog
c. Konselor
4. Membangkitkan kreativitas di sekolah
b. Falsafah mengajar
c. Anak patut di hargai dan di sayangi sebagai pribadi yang unik
6. Strategi mengajar
Untuk itu, bagi mereka yang diidentifikasi memiliki keberbakatan, maka layanan pendidikan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Mengelompokkan pada kelas khusus, yaitu siswa yang diidentifikasi memiliki keberbakatan dimasukkan dalam kelas khusus, dengan para peserta didik yang memiliki tingkat kemampuan yang sama. Adanya kemampuan yang sama ini akan menjadikan setiap individu dalam kelas tersebut merasa tertantang, dan pada akhirnya mereka akan menunjukkan kemampuan mereka yang sebenarnya. Metode kelas khusus ini tentunya tidak memungkinkan dengan jumlah peserta didik yang banyak, tetapi terbatas pada anak-anak pilihan yang oleh Plato disebut sebagai "men of gold". Tentunya desain kelas khusus bukan hanya sekadar mengelompokkan anak gifted dalam kelompok yang sama saja, tetapi juga hams mendesain ulang model pembelajarannya, kurikulum yang digunakan, sistem evaluasi yang diterapkan, model pemberian tugas.
a. Berikan tugas-tugas yang terindividualisasi, yaitu tugas yang disesuaikan dengan kemampuan individual peserta didik;
[1] Muhammad Idrus, Layanan Pendidikan bagi Anak Gifted, Jumal Bimbingan dan Konseling "PSIKOPEDAGOGIA", Vol. 2, No. 2, 2013, hlm. 117
[2] Abdul Latif Syafwan, dkk, Teori Dan Konsep Anak Berbakat, …, hlm. 38
[3] Rochmat Wahab, Mengenal Anak Berbakat Akademik Dan Upaya Mengidentifikasinya, hlm. 9-10
[4] Abdul Latif Syafwan, dkk, Teori Dan Konsep Anak Berbakat, …, hlm. 39
[5] Ahmad Masrur Firosad, Pola Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat, Jurnal Al-Taujih, Vol. V, No. 2, (Juli-Desember: 2019), hlm. 139-140
[6] Muhammad idrus, Layanan Pendidikan Bagi Anak Gifted, …, hlm. 127-129
______________________________________
Oleh: Rizka Awaliah
Mahasiswi PGMI Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor