Dalam senja yang terus memudar, kisah berbunga selalu layu, jejak langkah kita berlarut, menyatu dalam rindu.
Takkan pernah kembali lagi, itulah lintas pikiran di malam hari, di tepi ruang dan waktu, kisah kita pun berserakan.
Tiap malam ku selalu bertanya, bertanya kepada bulan dan bintang, tanyakan perasaanmu yang semakin hilang.
Di genggaman waktu yang bergulir cepat, kita terjebak dalam perasaan, yang kini menjadi kenangan.
Takkan pernah kembali lagi, kata-kata itu terngiang-ngiang, seiring senja yang meredup, kisah kita pun terlupa.
Hati ini membeku dalam dinginnya rasa diam, bertanya kenapa ku dapat bertahan sampai sejauh ini.
Takkan pernah kembali lagi, deru ombak dalam ingatan menggema, menyaksikan pertemuan dalam gelombang yang berlalu.
Di antara kerinduan dan rasa berharap yang tak terucap, kita berdansa dalam kenangan, meski kini takkan lagi bermesraan.
Pada tiap langkah hariku dan harimu, kita saling melengkapi, tinggallah jejak yang takkan hilang oleh waktu.
Takkan pernah kembali lagi, seperti bayangan yang hilang, mungkin hanya sebatas impian, dalam ingatan malam yang sunyi.
Dalam genggaman waktu yang takkan pernah terulang, ku temui kehampaan, mungkin kau telah temukan seorang pengganti.
Sudah cukup ku mengalah, ku menyerah kali ini karena telah lelah.
Takkan pernah kembali lagi, itulah puisi malam, dalam dinginnya air hujan, kisah kita pun tenggelam.
Namun, biarkanlah kenangan itu tetap hidup, sebagai cahaya di dalam gemerlapnya malam, mengawal mimpi yang terpendam amat dalam.
Kali ini biarkan ku pergi,
Dan takkan pernah kembali lagi.
Terima kasih,
Dan selamat tinggal kasih.
_______________________________
Mutawarudin
Bimbingan dan Konseling Islam
Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor
Baca Juga Puisi Lainnya :