Biasanya jika ingin melakukan refleksi, itu di akhir dan awal momen. Contohnya, akhir dan awal tahun, ramai orang melakukan evaluasi setahun belakang, agar dapat menyusun resolusi untuk setahun ke depan. Lumrah akhir dan awal tahun memang dijadikan momentum muhasabah.
Akhir tahun bisa dijadikan sebagai refleksi setelah melewati 12 bulan, apakah perbuatan baik atau perbuatan yang buruk justru yang mendominasi diri. Muhasabah ini diperlukan sebab ini adalah karakter khas seorang mukmin. Fudhail bin 'Iyadh menyebutkan mukmin itu rajin menghisab (memperhitungkan) dirinya dan ia mengetahui bahwa ia akan berada di hadapan Allah kelak.
Alasan setiap insan perlu bermuhasabah dikarenakan banyaknya dosa yang diperbuat. Siapa manusia yang tak pernah berbuat buruk dan dosa? Padahal, al-insanu makholul khoto' wa nisyan, manusia itu tempatnya salah dan lupa.
Sejak bangun tidur, bisa jadi sudah langsung berbuat salah dengan shalat subuh yang terlambat. Saat belanja di supermarket menggunakan credit card yang jelas haram ribanya. Sebelum tidur ditutup dengan lupa shalat isya. Belum lagi banyak kebiasaan buruk lainnya hingga semakin melengkapi kemaksiatan yang merajelela di muka bumi.
Sebut saja tindak kriminal pembunuhan. Bukan lagi maling yang membunuh korbannya ketika ketahuan. Bahkan hari ini ada berita seorang istri yang membakar hidup-hidup suaminya. Ada ibu yang nekat mendekap anaknya hingga mati. Seorang ibu stres dan memarahi anaknya karena beban sekolah daring. Juga pembunuhan para aktivis Islam oleh oknum aparat keamanan negeri ini. Rakyat tak lagi aman tinggal di rumahnya sendiri.
Baca juga : Bagaimana Menghadapi Cobaan yang Terasa Berat
Banyaknya dosa dan perbuatan buruk yang dilakukan inilah, umat Islam penting untuk melakukan muhasabah. Disebabkan tak ada satu pun manusia yang tak luput dari dosa. Bahkan Islam melarang muslim merasa dirinya suci tak pernah berbuat salah dan dosa. Allah SWT berfirman :
"Janganlah kamu merasa diri suci. Karena dialah Allah yang mengetahui siapa yang bertakwa." (QS. An-Najm : 32)
Rasulullah SAW pun mengingatkan dalam sabdanya :
"Bertakwalah di mana pun kamu berada. Dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik. Maka kebaikan itu akan menghapuskan keburukannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." (HR. Tirmidzi)
Hadits ini menjelaskan bahwa setiap perbuatan buruk yang dilakukan harus ditutupi dengan perbuatan baik. Di sinilah letak pentingnya muhasabah. Muhasabah sebagai aktivitas menghitung diri, menghasilkan kalkulasi amal di dunia. Apakah lebih berat pada neraca amal kebaikan atau sebaliknya, terjadi pergeseran ke amal yang buruk. Perhatikanlah diri agar bisa dihitung amal kebaikan sudah cukup atau masih kurang dan tertutupi dengan banyaknya dosa.
Baca Juga : Puisi tentang Usia oleh Mutawarudin
Jika 365 hari di setiap tahun dilalui dengan lebih banyak maksiat, maka saatnya mengubah keburukan itu menjadi kebaikan. Caranya dengan memperbanyak aktivitas yang diridhoi Allah, seperti beribadah. Atau lebih giat mencari nafkah yang halal untuk keluarga yang menjadi tanggungannya bukan dengan cara korupsi. Mulai memilih jalan hijrah dan belajar Islam dalam kajian intensif. Mencoba ikut berdakwah walau diri belum sempurna keimanannya, dsb. Melakukan berbagai kegiatan yang baik ini bisa menghapuskan berbagai keburukan di tahun lalu. Semua itu dilakukan dalam rangka mengejar ridho ilahi.
Baca Juga : Hiasi Hidup dengan Bersyukur (Leli Awalia)