BUDAYA SYAWIR DENGAN NGOPI
Moch. Karim Amirudin 2A Ulya
Rotasi dinamika ilmu agama yang paling tajam, itu berada di pondok pesantren. Dengan demikian corak perkembangan moral akan tercipta seiring perjalanan waktu. Di pondok pesantren pula, sangat di tuntut untuk siap dan sigap menghadapi permasalahan mendatang, jika tuntutan itu memang sudah mengakar dalam sanubari para santri serta siap untuk menghadapinya. Banyak sekali permasalahan yang di ampu oleh para santri, saat mereka berada di zona sebenarnya yaitu ketika sudah keluar atau boyong dari pondok. saat itulah kesiapan dan kesigapan para santri di uji dan keadaan itu akan mengkalkulasi seberapa kuat mereka, para santri bertahan. Dengan ikut serta menekuni kegiatan kelembagaan yang ada di pondok pesantren, akhirnya mereka bisa optimis dan percaya diri berada di depan menjadi sosok yang cakap dalam mensosialisasi disiplin ilmu agama dengan konteks pembahasan yang dalam namun di kemas dengan bahasa yang ringan. Semunya itu telah di persiapkan oleh pondok pesantren yang memang memprioritaskan para santri untuk syi’ar agama terkait kelembagaan dan sosialisasi.
Baca Juga : Pesantren dan Akulturasi Jawa - Moch. Karim Amirudin
Dalam pembahasan kali ini, akan lebih di fokuskan terhadap sebuah proses para santri dalam menekuni ilmu agama berbasis syari’at dengan merelasikan kebiasaan santri yakni “ngopi”. Budaya ngopi merupakan budaya yang tidak akan pernah terlepas dari santri. Dengan menimbang banyaknya santri yang sering muthola’ah kitab di malam hari menyebabkan kopi menjadi minuman wajib bagi santri. Sedang, Kopi sendiri mengandung kafein yang membuat mata tetap terjaga –google. Selain mengurangi rasa kantuk kopi juga bisa membentuk sebuah harmonisasi antar santri mengapa demikian ?.
Dalam aspek sosial, ngopi akan menarik para santri enjoy dalam muthola’ah berbagai macam kitab dengan berbagai macam fan ilmu. Salah satu budaya santri yang bertajuk sosial, menjadi salah satu sistem lembaga pendidikan yang ada di pondok pesantren adalah “syawir”. Syawir adalah metodhe penalaran kitab kuning dengan membandingkan ibaraot yang pas dengan konteks pembahasan atau permasalahan, menggunakan kitab-kitab berbasis ringan dan muthowwalat. Aktivitas ini di lakukan oleh 2 orang atau lebih dan terkadang di dalamnya ada mushohhih yakni orang yang meluruskan permasalahan jika memang belum di temukan titik terangnya atau ia menjadi pengukuh bagi pendapat yang benar. di sini akan terbentuk hubungan sosial santri yang sama-sama mencari ibarot. Kadang kala terjadi gojlokan, paidu dll. Yang semuanya akan menimbulkan suatu guyonan berkualitas. Point plus lain dari sosialisasi karena memakai methode syawir akan menimbulkan sikap optimis yang tinggi karena peserta di tuntut untuk berargumentasi sesuai dengan apa yang di ketahui berlandaskan pada kitab yang ada di pangkuannya.
Baca Juga : Literasi Baca Tulis - Uli Nasifa
Namun salah satu organsme yang paling penting yang berada di antara mereka adalah kopi. Ada yang mengatakan “syawir lek ora ono kopine ora marem”-wawancara dengan kolega syawir. Itu bisa membuktikan betapa urgen yang namanya ngopi. Ngopi dalam konteks sosialisasi dalam dunia luar selain di pondok pesantren ternyata juga menjadi budaya di masyarakat. Bahkan di warkop samping rumah juga banyak diminati banyak-bapak yang biasanya melakukan cangkrukan. Memang perbandingan antara ngopi ala santri dengan ngopi ala bapak – bapak berbeda. Jikalau ngopinya santri yang berada di depannya kitab-kitab ulama’ salaf sedangkan ngopinya bapak-bapak yang ada di depannya gaple. Namun jangan di ambil segi negative. Orientasinya yaitu segi positif. dari ngopi ala bapak-bapak, dapat di ambil nilai kebersamaan yaitu harmonisasi antar sesama.
Kembali lagi pada budaya santri yaitu belajar di malam hari serta kopi yang siap menemani oyiii..... syawir kitab denga ngopi akan lebih memfokuskan apa yang di bahas. ex fiqih. Pernah ada suatu kejadian salah satu siswa madin di kelas diniyyah jam 01.00 dini hari saya bersama teman-teman di kelas melakukan aktivitas syawir seperti biasa ada lima orang termasuk saya. Selang setengah jam semuanya tiba-tiba merasakan kantuk yang luar biasa akhirnya saya dan teman teman bugung kenapa ini. Salah satu teman saya menimpali “awakmu lali ora nggowo pusokone”. Saya pun balik nanya “opo iku”. Teman saya menjawab dengan suara yang keras. “NGOOOOPIIIII.... OYYYY...!!!!”. dan saya akhirnya teringat. Dan setelahnya ngopi menjadi agenda wajib bagi saya saat melaksanakan syawir.- wawancara dengan peserta syawir perpus tahun 2021.
Baca Juga : Bahasa, Ejaan, Huruf dan Kata Baku [Materi 2 Kelas Menulis Penadiksi]
Maka dari itu, terbuktilah bahwa kopi merupakan wasilah untuk melancarkan prosesi pembelajaran kitab baik secara munfarid atau kelompok. Pada akhirnya budaya ngopi di pondok pesantren menjadi sangat penting karena dapat melancarkan proses tela’ah kitab serta merangkul aspek sosialisasi antar sesama. Output dari itu santri akan lebih fokus terhadap apa yang di pelajari guna menjadi pribadi yang tangguh ber-ihktilath dengan masyarakat lewat kefokusan belajar kemudian mengajar di masyarakat. ed-ayo ngopi bareng.