Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Buka Puasa Bersama - Uli Nasifa

Sumber gambar : https://pixabay.com/illustrations/ai-generated-children-friends-8649574/

Buka Puasa Bersama

Oleh : Uli Nasifa


Mengelola dan mengawasi operasional toko sudah menjadi tanggung jawab Amira sebagai pemimpin. Selain itu, seringkali ia membantu rekan kerja lainnya seperti mengecek barang yang kosong kemudian mengisinya kembali. Menyusun barang yang berserakan akibat tersepak-sepak pelanggan. Memberikan senyum sapa yang manis, meskipun terkadang tidak semua orang meresponnya dengan baik. Semua itu biasa ia lakukan untuk membantu meringankan pekerjaan pramuniaga.


"Napa lu? enggak kayak biasanya." Rio tiba-tiba menghamiri Amira yang tengah duduk di lantai, dibalik tumpukan kaleng biskuit. 


"Nyeri nih." 


"Oh, dateng bulan lu yah?" 


"He-em." Amira mengagguk pelan.


"Hahaha, kasian. Gue balik dulu yah". Rio meledeknya melenggak-lenggokkan badan mirip penyanyi terkenal Michael Jackson.


"Cepet pergi dah lu sono!" Berdiri kembali dan menumpuk kaleng-kaleng biskuit yang terjatuh dari tempatnya. 


"Tuh kan sensi, pe em es sih." Ia langsung berlari menjauh.


Tidak seperti Chief of Store (CoS) pada umumnya, Amira tidak begitu ditakuti oleh pramuniaga nya, karena sikap yang ramah dan baik kepada siapapun. Awalnya ia hanya seorang pramuniaga biasa, tetapi berkat kesabaran, ketekunan serta kegigihannya, gadis yang memiliki bola mata kecoklatan itu diangkat menjadi seorang pemimpin toko.


Sesekali ia berkeliling ruangan, memastikan kondisi toko dalam keadaan kondusif aman dan terkendali. Meskipun kamera cctv sudah terpasang di setiap sudut ruangan tetapi saat inventory tetap saja banyak barang yang hilang. Dan mereka harus mengganti kerugiannya.


"Ka, keteteran yah?" Ucap Amira meraih mouse komputer yang berada di sebeleh Raka.


"Iya Mir, bantuin dong. Panjang banget tuh antrian." Dagunya digerakkan mengarah ke pelanggan yang sedang baris mengantri. 


Terlihat di sebelah Raka, Shindy pun memasang mimik wajah memelas akibat kelelahan menghadapi pelanggan yang begitu banyak. Keduanya merupakan teman dekat Amira sejak awal dia bekerja di toko.


Mengacungkan jempol ke arah mereka. "Aman."

Baca Juga : [Cerpen] Hari Raya Di Kampung Halaman - Jean


Kembali mereka mengulum senyum sapa kepada para pelanggan, menghitung jumlah belanjaan kemudian memasukkannya ke dalam kantong yang sudah disediakan. Makanan dan non makanan di masukkan dalam kantong yang berbeda.


Teman kasir yang lainnya juga terlihat sangat sibuk  bergerak cepat melayani pelanggan dengan baik. Memang semenjak menjelang ramadhan hingga memasuki bulan ramadhan ini suasana toko semakin ramai. 


Antrian yang semula panjang, sudah mulai lenggang, nampak hanya tinggal satu dua orang saja. Jarum jam menunjukkan pukul 17.00. Sudah mendekati waktu berbuka puasa. Ia segera bergegas meninggalkan mesin kasir dan pergi ke gudang belakang tempat lokernya berada.


"Ngapa lu, ikutan gue kemari?" Menyadari ada yang mengikuti dirinya.


"Aelah, Mir dah jam berapa nih, masa gue mau puada dua puluh empat jam."


"Kali aja, lu nggak percaya gue masuk loker mau nyolong duit elu, kan loker elu nggak ada kuncinya"


"Sensi amat, lagi dateng bulan lu ya?" 


"Emang! Weeekkk!" Bola matanya berputar ke atas, menjulurkan lidah ke arah Shindy


"Dasar ni bocah!"


"Dah lah, gue pergi bentar ya, beliin dulu ayam penyet sama es jeruk buat buka puasa nanti." Ucap Amira sambil berlalu pergi membawa tas nya. 


"Yaelahh, tetap aja gue yang beliin dulu, nggak nitip duit." Rutuknya seraya membuka loker mencari dompet.


Setiap sore menjelang berbuka puasa, banyak para pedagang kaki lima yang sudah mulai berjejeran menjajakan dagangannya. Mulai dari makanan ringan hingga makanan berat, dari minuman yang hangat hingga minuman yang dingin. Semua telah tersedia di sepanjang jalan menuju toko serba ada dengan brand ambassador artis terkenal, Rapih Amad."

Baca Juga : [Cerpen] Yang Pernah Hilang - Uli Nasifa

*

Langit sudah gelap, begitu Amira balik ke toko. Langkahnya terus bergerak melewati gudang tempat keluar masuk barang. Menyusuri tiap lorong yang gelap dan pengap. Lampu pijar pun belum ada yang dinyalakan. Sepi, hanya ada suara ketukan alas kaki Amira. Sesekali ia menoleh ke arah belakang dan kesamping memastikan tak ada yang mengikutinya.


Langkah nya terhenti, saat melihat Raka dan Shindy sedang duduk berdua, dengan lahap menyantap ayam bakar taliwang makanan khas daerah Lombok yang di balur sambal merah merona penuh diatasnya. Tetapi keduanya saling diam tidak ada percakapan. Ia berjalan mendekati mereka.


"Tega bener sih lu, makan duluan gue ditinggal." Amira mendengkus kesal.


Mereka berdua sontak mendongak ke arah Amira yang berdiri di depannya. Kemudian Raka menyodorkan satu paket nasi dan ayam penyet beserta air minum nya. Dingin, tidak sengaja jarinya menyentuh tangan Raka. Keduanya hanya tersenyum memandangi Amira.


"Pucet, amat si lu Shin, Raka? Kecapean banget lu ya?" Amira bertanya memecah hening. Namun, keduanya kembali hanya membalas senyuman. 


Tanpa menghiraukan gelagat aneh mereka, Amira langsung menyambar makanan dan minumannya. Setelah dirasa cukup istirahat, ia berpamitan untuk shalat maghrib terlebih dahulu. Meninggalkan mereka berdua yang masih saling bertatapan.


Dirinya sudah terlewat loyal menjadi karyawan. Sudah dari jam 10.00 ia berangkat untuk memantau keadaan toko sampai jam 18.00 masih saja berkutat dengan pekerjaannya. Seharusnya ia pulang tak selang lama, setelah kepulangan Rio tadi.

Baca Juga : [Cerpen] Tragedi Cinta Di Bumi Prambanan - Yohana Restu


Selesai menunaikan shalat maghrib ia kembali ke toko. Membantu menata barang yang berjatuhan, membantu pelanggan yang kebingungan mencari produk dan memastikan toko dalam keadaan aman.


Terlihat dari kejauhan Raka dan Shindy yang sedang berdiri di mesin kasir masing-masing menunjuk-nunjuk ke arah nya. Ia pun merasa sedang di bicarakan oleh mereka segera berjalan menuju ke meja kasir.


"Ngapain sih lu, lama amat. Gue nungguin di loker ampe lumutan." Shindy meyodorkan satu paket nasi plus ayam penyet yang di bungkus dengan kertas putih sedikit tebal dengan logo ayam jago merah. 


"Nih es nya, dah mencair tuh." Ucap Raka.


"Loh kalian kok udah disini?" Amira keheranan melihat mereka berdua.


"Jadi, yang tadi buka puasa bersama ku, siapa?" Suaranya semakin melemah.


"Bruk!" Tubuhnya limbung dilantai.

Diberdayakan oleh Blogger.