CINTA BERSEMI DI MUSIM GUGUR
By Maya Asytaqu Ilayk
Setelah teriknya musim panas menerjang, musim gugur pun datang dengan membawa angin yang sejuk dan langit yang cerah. Pemandangan dedaunan musim gugur menjadi warna yang menakjubkan di Jepang.
Meskipun musim bunga sakura adalah yang paling disukai oleh Azura, pohon maple musim gugur menjadi sangat mengesankan baginya di bulan September ini. Selain karena keindahannya, ada hal lain yang membuat gadis bermata sipit itu menyukai dedaunan pohon maple. Musim gugur tahun ini, tepatnya pada bulan November, Azura akan dinikahi oleh tunangannya-Enju.
Seperti halnya masyarakat Jepang lainnya, pada pertengahan September hingga akhir Oktober keluarga Azura turut merayakan tradisi 𝘵𝘴𝘶𝘬𝘪𝘮𝘪, perayaan melihat bulan pada musim gugur. Tradisi ini mencerminkan hubungan erat masyarakat Jepang dengan alam dan siklus bulan.
Momen ini tidak hanya untuk merayakan keindahan alam, tetapi juga untuk menghormati perubahan musim dan menyambut kedatangan musim gugur dengan penuh kehangatan.
Halaman rumah Azura dihias dengan lentera berwarna-warni yang menciptakan atmosfer romantis. Mereka berkumpul bersama menikmati pesona bulan purnama yang menawan sambil menikmati 𝘵𝘴𝘶𝘬𝘪𝘮𝘪 𝘥𝘢𝘯𝘨𝘰, yakni kue bulan purnama yang menjadi makanan khas selama perayaan.
Baca Juga : [Cerpen] Fatin Karya Maulidya
Malam itu, Enju dan keluarganya memenuhi undangan makan malam bersama di rumah kekasihnya. Di tengah percakapan hangat, kedua keluarga ini merencanakan pernikahan putra-putri mereka. Azura dan Enju telah bertunangan selama dua tahun. Pada akhir musim gugur ini, mereka sepakat untuk membawa hubungan baik itu ke jenjang pernikahan.
Hari, tanggal dan bulan pernikahan sudah ditetapkan. Akhir November ini akan menjadi hari bahagia bagi Azura dan Enju. Kedua keluarga ikut gembira, terlebih lagi kedua calon pengantinnya.
****
Beberapa hari sebelum pernikahannya dilangsungkan, Enju mengajak kekasihnya berlibur akhir pekan ke Danau Hyoko. Akhir November adalah puncak musim migrasi bagi angsa liar. Setiap tahun ada sekitar 6.000 angsa yang kembali ke tempat itu. Danau Hyoko dikenal sebagai tempat pertama dimana orang bisa memberi makan angsa liar dan menjadi terkenal karena alasan itu.
Tentu saja Azura menerima ajakan Enju dengan gembira. Kesibukan keduanya sebagai dosen di Universitas Farmasi dan Ilmu Hayati Terapan Niigata membuat mereka jarang sekali bisa berakhir pekan bersama.
Sabtu sore Enju menjemput Azura di rumahnya. Mereka akan ke Danau Hyoko dengan kereta api. Kedatangan Enju disambut hangat oleh Azura. Tak perlu menunggu lama karena kekasihnya itu sudah bersiap sejak tadi. Mereka pun berangkat bersama.
Baca Juga : [Cerpen] Suatu Pertanda - Fukuda Maruyama
Udara di akhir November cenderung lebih dingin karena sebentar lagi akan peralihan ke musim dingin.
Azura membalut tubuh rampingnya dengan kaos putih lengan pendek yang dilapisi 𝘤𝘢𝘳𝘥𝘪𝘨𝘢𝘯 navy senada dengan rok panjang kotak-kotak yang ia kenakan. Syal marun melingkar di lehernya.
Enju tampak gagah mengenakan 𝘴𝘸𝘦𝘢𝘵𝘦𝘳 cokelat yang dipadukan dengan kaos putih lengan pendek di dalamnya dan syal putih di leher. Celana 𝘫𝘦𝘢𝘯𝘴 berwarna cokelat tua senada dengan 𝘣𝘰𝘰𝘵𝘴 yang dipakainya membuat pria tiga puluh tujuh tahun itu tampak lebih muda dari usianya.
Dari Stasiun Nittsu di Akiha-ku mereka naik kereta api tujuan Stasiun Suibara, Agano. Lewat Jalur Utama Uetsu. Perjalanan sejauh 10.2 kilometer yang mereka tempuh memakan waktu sekitar 1 jam 20 menit.
Sepanjang jalur yang dilalui mereka disuguhkan pemandangan indah dari jendela kereta. Hutan-hutan dan pegunungan yang megah telah berubah warna menjadi rona oranye, kuning, jingga ataupun merah cerah. Membuat pemandangan begitu indah dan berwarna.
Baca Juga : [Cerpen] Gambar Diri Yang Merusak - Bundo Milanisto
Setibanya di Stasiun Suibara, mereka melanjutkan perjalanan ke Danau Hyoko dengan berjalan kaki selama tiga puluh menit.
Mulanya sepasang kekasih itu berjalan kaki sambil bergandengan. Namun, Enju yang pemalu akhirnya menyerah dengan keinginan Azura, gadis itu ingin memainkan daun-daun maple yang berguguran.
Kedua tangannya tak henti-hentinya meraup daun-daun maple di sepanjang jalan. Membawa dedaunan itu sambil berlari ke sana ke mari, lalu melemparkannya ke atas dengan tawa riang. Terkadang wajah Enju ikut terkena tumpukan daun-daun yang sengaja ia lemparkan.
"Cukup, Azura! Bisakah kamu berjalan dengan santai?" Enju membersihkan dedaunan yang melekat di 𝘴𝘸𝘦𝘢𝘵𝘦𝘳-nya.
"Ayolah, Enju. Biarkan aku menikmati musim gugur yang akan segera berakhir ini. Apa kamu tahu, jika tahun ini musim gugur berlangsung lebih lama dari biasanya?" Mata sipit itu mengerling manja pada kekasihnya.
"Oh, ya, benarkah? Mengapa bisa begitu?" Kedua alis Enju menyatu. Pria tampan itu membenarkan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya. Wajah serius khas dosen saat bertanya pada mahasiswanya membuat Azura tak bisa menahan tawa.
"Itu karena aku sudah tak sabar menunggu hari pernikahan kita, Enju," ucap Azura sambil membenarkan syal di leher Enju.
Kekasihnya yang pemalu mengulas senyum, lalu mengacak rambut Azura. Satu sentuhan hangat dari bibirnya mendarat di pipi Azura. Membuat pipi bening itu merona seketika.
Sebenarnya ia juga sudah tak sabar ingin mengakhiri masa lajangnya dengan gadis ceria di depannya.
Baca Juga : [Cerpen] Mimpiku Bersama Sahabat - Siti Khusnul Shoffiyah
Tingkah aktif kekasihnya yang bertolak belakang dengan kepribadiannya ternyata memberi warna tersendiri dalam hidup Enju. Pria itu sangat menyayangi Azura.
Setibanya di Danau Hyoko, mereka tidak langsung masuk ke sana. Azura menarik tangan Enju, membawa kekasihnya masuk ke salah satu 𝘴𝘩𝘰𝘬𝘶𝘥𝘰 ( tempat makan) yang terdapat di sekitar lokasi wisata. Perjalanan yang lumayan panjang dengan tingkah aktifnya, membuat perut Azura keroncongan.
Musim gugur menjadi musim panen beras pertama di Jepang. Masakan nasi dari panen beras pertama itu disebut 𝘴𝘩𝘪𝘯𝘮𝘢𝘪. Teksturnya lebih lembut dan rasa yang lebih manis.
Mereka menyantap 𝘴𝘩𝘪𝘯𝘮𝘢𝘪 bersama 𝘬𝘢𝘳𝘪, 𝘶𝘥𝘰𝘯 dan 𝘥𝘰𝘯𝘣𝘶𝘳𝘪.
Senja di Danau Hyoko menjadi hal yang paling dinantikan oleh seluruh wisatawan. Mereka ingin menyaksikan ribuan 𝘉𝘦𝘸𝘪𝘤𝘬'𝘴 𝘚𝘸𝘢𝘯 mengunjungi situs yang ditunjuk oleh Ramsar ini pada puncak musim gugur.
Baca Juga : [Cerpen] Tragedi Cinta Di Bumi Prambanan - Yohana Restu Wilistya
Azura dan Enju berdiri di tepi danau, memberi makan angsa-angsa. Menikmati pemandangan yang elegan dari angsa-angsa yang terbang di pagi hari dan kembali saat senja. Danau Hyoko berwarna ungu memantulkan langit senja.
Di tengah asyiknya menikmati keindahan senja, Enju memberi kejutan. Sebuah kotak kecil ia keluarkan dari sakunya.
Pria tampan itu berlutut di depan Azura sambil memberikan kotak kecil yang terbuka.
Azura tak menyangka, ternyata kekasih pemalunya itu bisa romantis juga.
"Kau sudah memberiku cincin di musim semi dua tahun yang lalu saat kita bertunangan, Enju. Lihatlah! Aku bahkan masih memakainya hingga sekarang." Azura menunjukkan cincin di jari manisnya.
"Ini cincin yang berbeda, Azura. Cincin ini menandakan musim gugur akan segera berakhir."
"Apa sekarang kamu sudah tak sabar ingin menikahiku, Enju?" Azura menatap lekat kekasihnya. Bibir mungilnya mengulas senyum.
Baca Juga : [Cerpen] Aksara Hati Sang Penyair - Dyramifth Dyra
Enju mengangguk. "𝘞𝘪𝘭𝘭 𝘺𝘰𝘶 𝘮𝘢𝘳𝘳𝘺 𝘮𝘦, 𝘈𝘻𝘶𝘳𝘢?"
"𝘠𝘦𝘴, 𝘐 𝘸𝘪𝘭𝘭."
Musim gugur pun berakhir dengan berseminya cinta Azura dan Enju. Kuil Hakusan menjadi saksi bersatunya dua insan karena cinta. Upacara pernikahan mereka berlangsung sakral.
TAMAT.
Tarakan, 20 April 2024.