Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Kuterima Takdirmu dengan Ikhlas - Lusi Rahmawati

Sumber gamber : https://pixabay.com/illustrations/muslim-embarrassed-cover-character-7038128/

KUTERIMA TAKDIRMU DENGAN IKHLAS 

Oleh : Lusi Rahmawati


Keluarga sederhana yang berjumlah 2 anak itu ternyata ibunya menginginkan mempunyai anak lagi, yaitu anak laki-laki. Karena kedua anaknya itu perempuan semua, mereka keluarga yang sederhana namun senantiasa selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. 


Dan akhirnya setelah beberapa lama menunggu, Allah memberikan ibu Aisyah itu seorang anak di dalam kandungannya. Keluarganya sangat bersyukur karena doa-doanya yang di jawab oleh Allah. 


"Pak, pak.. Alhamdulillah pak"ucap ibu setelah diperiksa ke bidan dengan wajah yang girang bahagia.

"Kenapa Bu? Apa kata dokter? Ibu gapapa kan?"tanya bapak penasaran.

"Ibu gapapa pak. Tapi Alhamdulillah doa-doa kita sudah di jawab oleh Allah, Ibu hamil, pak." Jawab ibu 

"Ibu beneran? Ya Allah Alhamdulillah"


Keluarga ibu Aisyah dan pak hafidz begitu bahagia dan tak ada konflik yang melanda keluarganya, karena sebentar lagi mereka akan menyambut anak ketiganya itu. Pak hafidz menjaga ibu dan anak-anaknya dengan senang hati dan penuh dengan kehangatan.

Tapi setelah kandungan ibu Aisyah menginjak 4 bulan, ibu Aisyah mengalami hal-hal yang aneh, mulai dari pusing, mual-mual dan yang lebih parahnya lagi ia sakit kepala terus menerus. 


"Aduh, Hana..Hasyila.. tolong ibu nak" ucap ibu Aisyah kesakitan

"Kenapa Bu?" Ucap Hana dan Hasyila bersamaan khawatir.

"Ibu gak kuat, kepala ibu sakit banget nak"

"Ya Allah, gimana ini dek? Kita bawa ibu ke dokter aja yuk"jawab kak Hana.

Baca Juga : [Cerpen] Suatu Pertanda - Fukuda Maruyama


*POV Hana*


Seketika Situasi rumah menjadi khawatir, sedih, panik tak karuan karena kondisi ibu. Dan ayahpun tidak ada di rumah, ia begitu panik minta bantuan tetangga untuk membawa ibu ke dokter...

Aku dan adikku seketika meneteskan air mata karena rasa khawatir. Aku juga bingung, aku tak bawa hp ke rumah sakit padahal aku ingin menelpon ayah..

"Kak? Gimana ini? Adek khawatir sama ibu hikshikshiks"ucap adek kepadaku dengan tangisan yang deras.

"Dek? Kita berdo'a aja ya sama Allah, In Syaa Allah ibu bakal sembuh ya" jawabku meyakinkan adikku.


"Disini ada suaminya ibu Aisyah?" Ucap suster.

" Sus.. a a yah saya belum kesini" ucapku dengan nada gemetar.

"Yasudah adek boleh masuk dulu ya menemui Bu Aisyah, nanti setelah ayahnya datang urus biaya administrasinya ya dek" suster memberitahuku.

Akupun mengangguk paham, dan langsung saja masuk. Dan Alhamdulillah ibu sudah sadar, walaupun ibu begitu kelihatan pucat sekali.


Pak Hafidzpun datang ke rumah sakit, ia tak tahu mau bicara apa, ia langsung memeluk istrinya, ia begitu khawatir dan setelah ia memegang kepala istrinya dan istrinya susah untuk bicara seakan kaku tak berdaya.

'Ya Allah ini istriku kenapa? Ko ucapannya jadi terbata-bata tak seperti biasanya'(ucap pak hafidz di dalam hatinya ). 


Pak Hafidz menemui dokter, dan ternyata Bu Aisyah mempunyai penyakit kanker otak di kepalanya yang menyebabkan kesulitan untuk berbicara dan sering merasakan sakit di kepalanya. seketika pak hafidz tercengang bingung, sejak kapan istrinya memiliki penyakit itu. Ia pun tidak memberitahukan penyakit itu kepada istirinya karena khawatir akan selalu ia pikirkan dan berdampak kepadanya juga kepada anak yang ada di kandungannya.

Baca Juga : [Cerpen] Fatin Karya Maulidya

Pak Hafidz selalu tersenyum dan selalu menguatkan, memberikan motivasi kepada istrinya agar jangan khawatir karena penyakitnya. Yang bu Aisyah ketahui hanya ia selalu merasa kesakitan di kepala dan merasa pusing.

Bu Aisyah pikir itu hanyalah efek dari kehamilannya.


Bu Aisyah sedikit aneh terhadap kehamilannya, sudah menginjak 5 bulan tapi belum kelihatan gendut sama sekali, ia pun bicara kepada suaminya ia begitu aneh, lalu Bu Aisyah pun pergi ke rumah sakit untuk di periksa. 


Dan ternyata....

lagi-lagi tangisan itu datang, kepada keluarganya pak hafidz. 

"Kenapa istri saya dok?"Tanya pak hafidz.

"Mohon maaf pak, istri bapak kandungannya hilang makanya perut istri bapak tidak kelihatan berisi"ucap dokter. 


Bu aisyah pun menangis menjadi-jadi. Pak hafidz sebetulnya ingin menangis juga tapi ia tak ingin menangis di depan istrinya, pak Hafidz menguatkan istrinya untuk sabar dan terima semuanya dengan ikhlas.

Baca Juga : [Cerpen] Saksi Sekejap - Egi David Perdana

" Jangan nangis ya Bu, In Syaa Allah pasti Allah bakal ganti lagi, dan pasti ini semua ada hikmahnya" ucap pak hafidz menguatkan. 


Seminggu kemudian, Bu Aisyah mengalami kesakitan kepelanya lagi. Pak hafidz membawa istrinya kembali ke rumah sakit, karena istrinya begitu kesakitan. 

Dan akhirnya Bu Aisyah di rawat selama 2 Minggu di rumah sakit.


Tapi perubahan tak kunjung ada, malah Bu Aisyah semakin parah. Pak hafidz, Hana, dan Hasyila selalu berdoa untuk ibunya agar segera sembuh dan di angkat penyakitnya. 

"Hana, Hasyila, ayah mau beli makanan dan minum dulu ya untuk kalian makan dan minum"Izin pak Hafidz kepada anaknya.

"Iya yah"jawab Hasyila dan Hana bebarengan.


Beberapa menit setelah ayah keluar untuk membeli makanan, ibu sadar tapi ibu meringis Tah tahan merasa kesakitan, tangan ibu memegang kepalanya dengan begitu kuat. Akhirnya dokterpun datang karena di panggil oleh Hana.

Akhirnya Hana dan Hasyila pun di suruh keluar karena ibunya mau di periksa dokter. Dokterpun keluar dari ruangan ibu Aisyah.

Baca Juga : [Cerpen] Aku Dan Depresi - Ainur Hasanah

" Hemmm" dokter menghela nafasnya.

"Kenapa dok? Ibu saya baik-baik saja kan?"tanya Hana.

"Kalian yang sabar ya, bapak juga berat ngomongnya ke kalian, saya sudah memberikan yang terbaik buat Bu aisyah. Tapi takdir Allah berkata lain, ibu kalian telah kembali kepada sang kuasa"Ucap dokter.


Desss( Hana dan Hasyila terjatuh karena ibunya telah tiada) 

"Nak, ini ayah bawakan makanan dan minuman kita makan ya nak, a a a ada apaa ini? Dok? Hana? Hasyila, ibu kenapa ?" Tanya pak hafidz bingung.

"Mohon maaf pak, istri bapak telah meninggal dunia" ucap dokter.

" A a a apaa? Ya Allah"makanan dan minuman yang di pegang pak Hafidz seketika langsung terjatuh dan menghampiri ruangan Bu Aisyah. Ia belum nangis karena untuk tetap tegar di dekat anak-anaknya. 


Tapi setelah beberapa hari kemudian di tempat sendirian pak hafidz mangis sejadi-jadinya ia pun berkata "Ya Allah, aku masih tak percaya dengan apa yang menimpa diriku ya Allah, hikshiks... Pertama aku harus kehilangan anakku di dalam kandungannya Aisyah, kedua aku harus kehilangan istriku sendir hikshiks" tangis pak hafidz sembari bicara kepada dirinya sendiri. 


Di rumah selalu ramai pengajian, dan ada salah satu ustadz yang selalu mengingatkan dan menguatkan pak hafidz. 

"Pak hafidz, yang sabar ya. Ini sudah takdirnya Allah dan semoga istri bapak di terima amal ibadahnya In Syaa Allah, karena istri bapak itu orang yang baik pak, jadi bapak yang ikhlas ya pak" Nasihat ustadz yang sudah mengingatkan kepada pak hafidz.


"Aamiin Allahuma Aamiin,  Terima kasih banyak pak Ustadz atas Do'anya. In Syaa Allah saya sudah ikhlas menerima takdir ini dan saya akan menjalankan amanah sebagai seorang ayah dan juga ibu untuk anak-anak saya. Do'akan saya pak semoga saya selalu Istiqomah di jalan Allah untuk menerima takdirnya dengan ikhlas" jelas Pak hafidz.


'In Syaa Allah, KUTERIMA TAKDIRMU DENGAN IKHLAS ya Allah' ( ucap pak hafidz di dalam hati).


TAMAT

Diberdayakan oleh Blogger.