PERJALANANKU BERSAMA HIJABKU
Oleh : Lusi Rahmawati
Desa kenangan yang penuh dengan gunung dan pepohonan sungguh sejuk ketika memandang. Aira Humaira ia tinggal di desa tersebut dengan keluarganya yang notabenenya bukan berasal dari kalangan yang agamis dan religius, tetapi perjalanan Aira untuk memperbaiki dirinya sangat tinggi dan terus berjuang sampai berhasil.
Aira dari SD memang sangat tertarik untuk mengenakan hijab sepanjang masanya, tetapi ya namanya juga anak SD ya ia masih ikut-ikutan dengan teman-temannya rambutnya di ikat, di gelung begitu suka dengan reka-reka rambutnya. Tetapi semenjak masuk SMP keadaan merubah Aira.
"Assalamualaikum Aira... Aira..." Suara beberapa orang yang memanggil Aira di depan pintu rumah Aira.
"Waalaikumssalam, oh Ira dan Nisa, bentar yah ibu panggilkan Aira nya"jawab ibu Anita, ibunya Aira.
Ketikan ibu memanggil Aira, akupun langsung bergegas untuk langsung berangkat sekolah bersama teman-temanku.
"Bu, Aira berangkat sekolah dulu ya"
"Iya, hati-hati ya"jawab ibu.
"Assalamualaikum"ucapku bersamaan dengan temanku
"Waalaikumssalam" jawab ibu.
Aira, Ira dan Nisa saling ngobrol ketika di jalan padahal ini pertama aktif belajar di kelas setelah mpls seminggu yang lalu.
"Ayo ii jangan becnda Mulu nanti kita telat"ucap Aira
"Iya Ra iya sabar Napa"balas Nisa
Akhirnya mereka bertigapun masuk ke kelas setelah kegiatan duha rutin sebelum masuk ke kelas.
Baca Juga : Wanita Dan Fashion Bejad - Moch. Karim Amirudin
"Assalamualaikum anak-anak, perkenalkan nama ibu, ibu Laila.. ibu yang akan menjadi wali kelas kalian ya! Dan selamat bagi anak-anak ibu yang sedang duduk di bangku kelas 7 hari ini. Boleh tepuk tangan untuk semuanya" ucap Bu Laila( wali kelas)
Setalah kami bertepuk tangan serentak sekelas Bu Laila pun melanjutkan pembicaraannya.
"Ada yang ingin di pertanyakan? Untuk perkenalkan ibu hari ini?"
Kelas pun begitu sepi dan tidak ada yang bertanya, mungkin karena kami di kelas masih murid baru walaupun sudah mpls tetapi ini pertemuan pertama ketika di kelas, dan belum kenal ke semuanya dan mereka pun mungkin masih malu untuk melontarkan pertanyaan kepada Bu guru.
" Baik kalau tidak ada yang ingin di tanyakan gapapa, mungkin anak-anak masih malu-malu nih, tapi ibu titip pesan kepada kalian yah jaga sopan santun serta pakaian kalian yah, harus memakai yang rapih, terutama bagi perempuan, ibu sampaikan kalau di sekolah kami ini perempuannya harus mengenakan Ciput, atau Daleman kerudung" pesan Bu Laila.
"Apa ? Harus pakai Daleman kerudung?"
" Ya ampun apa-apaan sih kan gerah pakai yang kaya gitu"
"Isss kaya ibu-ibu nantinya"
Seketika kelas menjadi berisik karena harus memakai Ciput.
Seiring berjalannya waktu akupun memakai Ciput, padahal gak betah pakai ini udah mah tebel di kepala ya Allah serasa nanggung beban segunung, tapi tetap harus di paksa walaupun itu berat.
"Aira, tumben banget kamu pakai hijab siang-siang gini, emang gak gerah?" Tanya ibu kepadaku.
"Bu, Aira mau belajar memakai kerudung setiap saat yah, kecuali mandi sama tidur"jawabku
Ibuku tidak bicara apa-apa lagi selain pergi di dapur, tapi pasti ia izinkan, mungkin aku gak di dukung sama orang tuaku.
Baca Juga : [Flash Fiction] Air Mata Derita - Egi David Perdana
"Neng mau kemana, tumbenan siang-siang pakai kerudung" tanya salah satu tetangga yang ada di warung.
Aku hanya membalasnya tersenyum kepada sang tetangga tadi.
" Ya ampun, kaya mau pepergian kemana aja neng, panas gini, gerah neng gerah" ucap teman tetangga yang ada di warung.
_Ya Allah sakit banget, udah mah gak di dukung sama orang tua, dan tetangga di sekitar akupun begitu tak mendukung_ ( ucapku di dalam hati).
Bukan hanya keluarga, tetangga dan teman-temanku di sekolah aja pada nanyain terus dan mungkin gak mendukung diriku, hemm rasanya memang tak mudah untuk berjuang hijrah merubah penampilan ke yang lebih baik.
Begitu banyak omongan dan ocehan yang gak enak sampai di hatiku. Tetapi aku ingat pepatah guruku bahwa "niat hijrah itu harus karena Allah, jangan karena manusia". Aku semakin yakin dengan kata-kata itu bahwa aku jangan menyerah karena omongan manusia karena Allah selalu ada untukku.
Baca Juga : Etika Wanita Dalam Berkarier - Moch. Karim Amirudin
Beberapa lama kemudian hijabku merubah diriku menjadi lebih baik lagi, lebih memperdalam ilmu agama, lebih menjaga dalam bicara, lebih hati-hati ketika bertindak. Maa Syaa Allah begitu banyak manfaat dari perjalananku bersama hijabku. Kulalui Lika likunya tetapi aku bahagia karena bisa Istiqomah mempertahankan hijabku sampai aku dewasa.dan akhirnya karena keterbiasaanku keluargaku menerima dengan begitu saja, tetangga, teman-temanku sekarang menerima dengan baik dan tidak mencemooh diriku lagi, dan ada dari sebagian mereka juga yang hijrah bersama dengan diriku.