Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

Kartini Masa Kini dan Pendidikan Mental Anak - Anak Perempuan Indonesia - Theo Kiik

Sumber gambar : https://pixabay.com/id/illustrations/buku-harian-lembaran-kertas-1449287/Kartini Masa Kini dan Pendidikan Mental Anak-anak Perempuan Indonesia

(Sebuah Refleksi Singkat di Hari Kartini)


Ibunda Raden Adjeng Kartini, banyak berita tentangmu telah ku baca. Tentang karirmu, tentang perjuanganmu melawan penjajah bangsa hanya melalui tulisan. Ini luar biasa bukan? Hebat. Perempuan hebat yang harus diteladani oleh perempuan-perempuan masa kini.


Kartini. Banyak hal mengenai engkau harus ditoreh kembali. Busana adat dan pakaian yang engkau kenakan, santun dalam bertutur kata juga hal positif yang tak ku uraikan disini.


Melihat perempuan Indonesia saat ini, dari Sabang sampai Merauke, dari pelosok-pelosok negeri hingga ibu kota negara. Ada ratusan kasus perempuan yang di diskriminasi seakan menghilangkan kesetaraan gender dan hak perempuan di bangsa ini. 


Disisi lain, sebagian besar kekayaan mental dan moral serta budaya khas Indonesia yang harus dijaga dan dirawat oleh kaum perempuan justru hilang satu-satu dari bangsa ini. Kekayaan itu Bukan dirampok oleh bangsa asing, tetapi dibiasakan kebiasaan asing tersebut menelisik melalui ruang media sosial dan merasuk-rusak moral anak-anak bangsa.

Baca Juga : Keberbakatan dan Anak Berbakat, Apa Bedanya?


Saat ini, tidak sedikit pula perempuan yang tidak menelanjangi diri tetapi menjajalkan diri dalam ruang publik media sosial, seperti Facebook, WhatsApp Instagram, Telegram, Michat, dan aplikasi media sosial lainnya. Seolah media sosial diatas dan media sosial lainnya yang tidak disebutkan penulis menjadi pasar online bagi para pedagang raga tersebut. Hal ini diperparah dengan adanya oknum-oknum tertentu yang membangun jaringan prostitusi tersebut dengan penyedia jasa keamanan, hingga akhirnya kebiasaan amoral itu pun langgeng hingga membudaya di Indonesia.


Tentu tidak sedikit pula kaum Adam hidung belang pasti tertarik bahkan cendrung berkunjung ke tempat prostitusi tersebut. Dampak dari hal ini adalah perselingkuhan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) perceraian hingga berujung kekerasaan fisik dan kematian. 


Ada pun berbagai alasan, mengapa mereka (para pedagang raga) berbuat demikian karena dua hal ; Kebutuhan Biologis dan kebutuhan ekonomi. 


Kebudayaan, atau budaya dengan ciri khas adat Indonesia merupakan hasil ciptaan manusia dengan filosofinya yang tentu sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Namun budaya tersebut terkikis, terkelupas seiring berubahnya zaman.


Apa yang terjadi setelah canggihnya teknologi telah mengubah cara pandang setiap individu terlebih kaum perempuan yang sebenarnya sangat dihormati oleh kaum laki-laki. Tetapi, setelah tergiur dengan ribuan bujuk ragu yang menggiurkan hati, mengoyah iman,  sehingga begitu mudahnya beberapa kaum perempuan justru mengekspose tubuh tanpa busana di ruang media sosial dan saat itu pula ditonton, dilihat oleh ribuan mata dari segala usia.

Baca Juga : Isu Kaum Lemah dan Undang - Undang Penengah


Saat ini, lebih laris pakaian kurang bahan dibanding baju panjang yang menutup aurat. Saking larisnya pakaian kurang bahan ini, tidak sedikit pula pabrik pakaian yang terus hasilkan pakaian ini dalam jumlah yang sangat banyak.


Budaya berpakaian harus dipulangkan kembali kepada kaum perempuan dengan mengambil teladan dari tokoh perempuan yang satu ini, ia Ibunda Raden Adjeng Kartini. 


Hari ini bukan sekedar suatu penghargaan kepada ibu Kartini. Tetapi kartini masa kini perlu berjuang melawan arus perubahan zaman yang serba modern dengan mendidik anak-anak sejak dini agar kelak tetap dalam kendali orang tua yang bersifat positif.


Malaka, 21 April 2024

Diberdayakan oleh Blogger.