DIALOG ANTARA PRAHARA DAN HENING
Oleh : Dewis Pramanas & Galuh Duti
Masih terngiang jawaban sayang,
Dari lembut suaramu manja,
Seketika bahagiaku memuncak,
Mengalir tenang sungai-sungai,
Pun secerah cahaya mentari pagi.
Wajahmu yang embus angin,
Kelopak-kelopak aster pun berterbangan,
Menjadi ribuan buluh perindu,
Lalu hinggap di sejuk wai,
Tetaplah dingin di setiap percik itu.
Satu hal yang sesal menguar jiwaku,
ilialah hilang berbukit-bukit waktu bersama,
Sedang bunga-bunga mulai kelakar,
Menuntut kupu-kupu singgah,
Di sepanjang masa yang purna,
Kau tetap teguh memeluk janji.
Dalam bahasa kita di antara puisi-puisi,
Dalam hidup dan degup,
Meski melalui ujung mimpi,
Perihal kau dan aku,
Kita tumbuh dalam benih harapan.
Terjagalah tatapku dari ilusi sesaat,
Sementara raga terjeda ruang maya,
Jangan pernah reranting itu patah,
Terpangkas oleh terjang badai curiga,
Lalu remuk berserakan prahara.
Di sini bening di atas keningku,
Dan terang di atas punggungmu,
Tak ada derai membuat kita kuyup,
Meski nanti sedikit basah karena rintik,
Tapi akan ada hangat di atas kulit kita.
Ruang Kata, 1 April 2024.