Description :
Tentang seseorang yang cintanya ditolak dan terpuruk serta berusaha membunuh rasanya sedangkan yang dicintai tidak peduli dan hidup dengan rutinitasnya sendiri.
(*)
Pukul lima pagi menjelang,
Sayup-sayup bisikan mendengung kencang,
Kepalaku bagai senapan, diisi gelap,
Gelap yang tak secuilpun mengizinkan terang,
Tuk meraba dan mengatakan,
"Tenang"
(**)
Demi masamu adalah pemicu pelatuk,
Kuarahkan pada optimisme ku,
Mati hidup aku yang rasa,
Dan sapaanmu 'tuk mencegah,
Kematian hidupku yang baru,
Tak pernah datang.
(***)
Entah sudah berapa lama,
Aku menanti kelahiran hidup baruku,
Dan kemarin sore kau meremukkan,
Lewat diammu yang begitu asing,
Pemicu aku mengisi selongsong,
Dan menembaknya meski ia prematur.
(#)
Dengan percaya diri kuhabisi peluangku,
Dengan penuh keyakinan ku leburkan,
Rasa percaya kau cinta aku.
(##)
Ia mati.
Hanya isak-ku yang datang ke pemakaman,
Kau tetap seperti biasa,
Jauh,
Hidup dengan rutinitasmu.
Rekomendasi Buku Kumpulan Puisi Terbitan Penadiksi :