Siul di Ruang Megah
Guruku,
marahmu membuat cemburu,
Mengapa hanya aku?
Yang tak luput dari amukan emosimu.
Guruku,
Aku menahan malu,
Hatiku ragu,
Melafal kata-kata baru.
Guruku,
Aku tidak bodoh,
Jangan katai aku bodoh,
kata itu, melukai tanpa menyentuh.
Hingga terkadang aku lelah,
Lelah untuk bersekolah,
Walau kedua orang tuaku gigih,
Mengokoh setiap derap langkah.
Tetapi itu semu,
Di sana, di gedung itu,
Aku dikatai dungu,
Bodoh seperti moyang terdahulu.
Mama, papa,
Aku takut,
Takut dibully kakak - kakak tingkat.
Luka kemarin dahulu,
Saat aku menjadi sumber terlucu,
Kini masih memar membiru.
Malaka, 06 April 2024.
Theo kiik.
Baca Juga Puisi Lain Di Penadiksi :