DIA
Hijau.
Hingga banyak yg meliriknya
Tak lapuk oleh hujan.
Tak retak oleh panas.
Dia ada.
Selalu.
Jika salah satu dari kami berpelesir,
Kerinduan akannya menggelayuti hati.
Keajaiban manapun belum mampu menyibak kecintaan kami padanya.
Jika salah satu dari mereka bertanya,
Pada siapa kami tetap jatuh cinta...
Maka jawablah,
Pada negeriku.
IBU PERTIWI
Menyebar penuh pesona.
Menyibak asa.
Porak-porandakan fatamorgana.
Kesemrautan memang pernah ada.
Tapi ia tetap berjaya.
Mempesona.
Riak-riak harapan yang memancar disetiap binar mata.
Tak pernah ia khianati.
Ia berikan cinta.
Ia sematkan telaga untuk makhluk-makhluk yang dahaga.
Keberagaman bangsa juga kekayaannya.
Tak hanya anaknya, turunan yang lain pun ia peluk.
Dalam kasih sayang tiada tara.
Tak salah, ada yang menyebutnya Ibu Pertiwi.
Ibu dari segenap hati yang ingin dilindungi.
Pelipur lara ketika hati sepi.
Jika yang lain terus bercengkrama nila.
Ia hanya tersenyum saja.
Aku tak akan begitu, ujarnya.
Maka tak pernah lekang prasasti cinta ini untuk negeriku.
Walau dunia fana telah beralih suasana.
UNTUKMU
Riak ombakmu mengusir lara.
Debur indahmu mengusik mereka bercengkrama.
Gemerisik pasirmu mengalunkan harmoni tentang cinta.
Lautmu.
Pulaumu.
Polusi-polusi yang ditimbulkan pendudukmu.
Tak kuasa berlagak mengusir cinta pada setiap insan yang sudah jatuh hati padamu
Engkau memang perebut hati.
Selalu memenangkan tempat terbesar disanubari.
Untuk selalu mencintai.
Setiap kejadian yang kau hadirkan setiap hari, wahai negeriku.
Rekomendasi Buku Kumpulan Puisi Terbitan Penadiksi :