Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Puisi] Untuk Negeriku - Gita

Sumber gambar : https://pixabay.com/id/illustrations/komunikasi-kelompok-tim-umpan-balik-7245136/

Ibu seperti malaikat

Malaikat tak bersayap merasakan cinta kasih tak terbatas,

Dilahirkan penuh pengorbanan.

Didewasakan penuh cinta kasih seorang perempuan,

Rasa enggan terhadap diriku yang penuh penderitaan.

Oh, ibu...

Tanpamu aku berdaya,

Tanpamu aku menangis,

Tanpamu namaku tak akan disebut,

Engkau rela di hakimin,

Engkau rela menangis berdoa demi diriku,

Engkau rela banting tulang demi membimbingku,

Sekujur jariku, engkau memegang,

Kakiku tak bisa berjalan, engkau selalu hadir membantu,

Ketakutan, engkau timang dengan pelukan,

Ibu panggilan yang terindah..

Malaikat kecilmu berterimakasih akan kehadiranmu.


Negaraku Indonesia

Negaraku Indonesia penuh perjuangan, tanpa lelah bercucur darah demi,

Mempertahankan fondasi persatuan dan kesatuan.

Negaraku Indonesia, menjujung nilai nilai Bhineka Tunggal Ika.

Melambangkan bendera merah putih dengan simbol berani dan suci.

Berjejer beribu-ribu pulau Indonesia dari Sabang sampe Merauke menandakan keadilan kuat demi bangsa dan negaraku,

Berdiri di panasterik, berdiri mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia,

berdiri dengan hakikat akan perjuangan Pahlawan Indonesia,

Berkeringat merasakan darah yang menetes,

Berjatuhan merasakan sakit tanpa menangis, menderita dengan tetesan keringat.

Keadilan datang demi Indonesiaku dan Merdeka menarikan bendera merah putihku.


Tangisan Jeritanku

Jeritan terdengar dengan nada mengaung,

Jeritan terdengar dengan tetesan keringat dan air mata,

Menangis,

Berteriak,

Emosi tak tertahan,

Perlahan-lahan oksigen terkuras..

Luapan akan tangisan Jeritanku,

Terdengar sangat jelas di alam gaibku,

Tergelatak tak berdaya,

Pikiran tak menentu,

Tergores dengan batang kayu mengeluarkan tetesan darah..

Jeritanku perlahan lahan hilang dan harapanku lenyap seketika tiap detik-detik terakhir.


Diberdayakan oleh Blogger.