TANAH AIRKU
Ku lahir ditanah pertiwi,
Sumpah bakti terukir abadi,
Tercetak dalam sejarah hingga masa kini,
Bagaimana mereka berjuang sepenuh hati.
Tak ada kata yang bisa ku ucapkan,
Kuangkat topi tuk mewakili perasaan,
Mengenang jasa para pahlawan,
Berjuang mempertahankan kedaulatan.
Tanah Airku,
Tumpah darah jatuh tuk membela mu,
Kini kau terbebas dari belenggu,
Di jajah dan di tindas di masa lalu.
Semua berkat kerja keras para pahlawan,
Pejuang tanpa tanda jasa garda terdepan,
Tanpa takut apalagi ragu,
Mereka maju atas namamu.
Mereka berjuang segenap jiwa raga,
Hingga kini engkau merdeka,
Semua berkat kerja keras mereka,
Bermodal bambu sebagai senjata.
HUJAN
Derai suara air menghantam tanah,
Memberi hawa dingin menusuk jiwa,
Tak kalah intensitas semakin parah,
Awan gelap menyelimuti dunia.
Suara gelak tawa kian sirna,
Terganti oleh sunyi tanpa cela,
Tak ada cahaya yang menyapa,
Hanya gelaplah yang tersisa.
Hujan,
Membawa segudang arti bagi kehidupan,
Bisa saja di anggap berkah,
Atau sebaliknya malah sebuah musibah.
Namun tak ada yang bisa menerka,
Kapan hujan akan datang menyapa,
Kita yang harus bersiap sedia,
Menyambut kedatangan mereka.
SEUNTAI ASA
Ku panjatkan doa di bentang sajadah,
Ku untaikan kata setulus jiwa,
Berharap semua tersenyum bahagia,
Selalu aman dan sejahterah.
Tak ada konflik yang melanda,
Semua hidup berkumpul bersama,
Tak peduli siapapun mereka,
Terpenting toleransi tonggak utama.
Biarlah kita berbeda,
Sudah seharusnya hidup bewarna,
Bukankah di dunia hanya sementara,
Tidak perlu serakah dengan apa yang ada.
Jadikan yang kita punya ladang ibadah,
Membantu dan menolong sesama,
Bukan malah mencari celah,
Karena semua akan berakhir sia-sia.
Palembang, 06 Mei 2024.