Aku Tidak Selemah Itu Kawan
Oleh: Annisa
Matahari terbit di ufuk timur, menandakan bahwa hari telah pagi.
Kring, kring, kring.
Bunyi alarm terdengar, membangunkan seorang gadis dari mimpinya.
"Hoaam, udah pagi aja. Cepet banget, padahal kayaknya tidur baru sebentar." ucap gadis itu.
Namanya Yunda Amerta.
Seorang gadis yang baru memasuki jenjang pendidikan sma.
Dan hari ini, adalah hari pertama Yunda masuk sekolah.
Yunda tinggal sendiri, alias ngekos.
Karena jarak dari rumah ke sekolahnya amat jauh.
Alhasil, Yunda pun harus mandiri di kota Bandung ini, tanpa ada orang tua dan kerabat.
Yunda melangkahkan kakinya ke kamar mandi, sekalian juga mandi.
Setelahnya, Yunda mengecek barang-barangnya, siapa tahu saja ada yang tertinggal.
"Oke, udah semua. Sekarang, mending aku sarapan dulu deh," ucap Yunda.
Yunda memilih memasak telur dadar, yang simple.
5 menit kemudian, Yunda telah asik dengan sarapanya.
Yunda adalah anak yang ceria, baik hati dan suka menolong. Di desanya, Yunda juga sering membantu para warga yang kesulitan.
15 menit telah berlalu, Yunda telah menyelesaikan sarapanya.
Yunda memakai sepatu sekolahnya, lalu mengunci pintu rapat-rapat.
Jam telah menunjukan pukul 07.00, Yunda sedang berjalan mencari angkutan umum untuk iya naiki hingga ke sekolah.
Namun lama berjalan, angkot yang dicari tak kunjung terlihat.
"Waduh, apa aku kesiangan ya?" ucap Yunda heran, karena biasanya jam segini angkutan umum telah lewat.
Setelah lama berjalan, akhirnya ada 1 angkot yang lewat.
"Kiri!" ucap Yunda menyetop angkot itu.
Angkot itupun berhenti di depan Yunda.
Melihat itu, Yunda segera bergegas naik.
Ternyata, di dalam angkot itu sudah ada penumpang lain.
Yunda memilih duduk dekat jendela, supaya iya bisa leluasa melihat keluar.
Tak membutuhkan waktu lama, sampailah Yunda di sekolah yang akan jadi tempat iya menimba ilmu selama 3 tahun itu.
"Ini ya, Mang." ucap Yunda menyerahkan uang kepada sang supir angkot lalu turun.
Yunda menghela napas ketika berdiri di depan gerbang sekolah.
Sekolah itu adalah sekolah elite di kota ini, dan nama sekolahnya yaitu. Sekolah SMA N 2 kota Bandung.
"Bismillahirahmanirahim, semoga semuanya baik-baik saja," ucap Yunda sebelum memasuki gerbang.
Sekolah tampak telah ramai, siswa siswi berlalu lalang.
Yunda berjalan ke ruang guru, untuk memberi tahu kedatanganya.
Setelah itu, jam pelajaran pun di mulai.
Yunda menunggu terlebih dahulu, hingga guru memanggilnya.
"Silakan masuk, Yunda!" perintah Ibu guru, yang bernama Bu Ningsih.
Yunda memasuki kelas dengan sedikit gugup.
Maklum saja, karena ini adalah hari pertama iya sekolah SMA.
"Silakan memperkenalkan diri!" titah Bu Mingsih.
"Halo, teman-teman. Perkenalkan, namaku Yunda Amerta. Biasa dipanggil Yunda. Terima kasih!" ucap Yunda memperkenalkan dirinya. Singkat saja memang.
"Baik, silakan mencari bangkumu." ucap Bu Guru Ningsih.
Yunda pun melihat sekeliling, bangku sudah penuh, dan hanya ada satu yang tersisa.
Yunda duduk sebangku bersama seorang siswi.
"Hai, Yunda. Aku Elina," sapa seorang gadis yang duduk sebangku dengan Yunda sembari mengulurkan tangannya.
"Iya, salam kenal ya." jawab Yunda sambil menerima uluran tangan Elita.
Setelahnya, tidak ada lagi percakapan diantara mereka, karena pelajaran juga telah dimulai.
Tring, tring, tring..
Suara bel sekolah telah berbunyi, jam istirahat pun tiba.
Siswa dan siswi berhamburan keluar kelas.
"Ke kantin yuk, Yun!" ajak Elina bersemangat.
Yunda menggeleng, lalu berkata.
"Kamu duluan deh, El. Aku mau ke toilet," jawab Yunda.
"Oh, ya udah deh. Nanti lo nyusul, ya," ucap Elina.
Yunda mengangguk, lalu pergi.
Yunda berjalan mencari toilet,.
Setelah ditemukan, Yunda segera masuk.
Seusai membuang hajat, Yunda keluar.
Biur.
Tiba-tiba saja, ada yang menyiram Yunda.
Alhasil, seragam yang iya kenakan basah kuyup.
"Eh, apa ini?" tanya Yunda terkejut.
"Hahaha, rasain tuh. Basah semua." ucap Sekelompok orang gadis, mereka berjumlah 5 orang.
"Kalian tidak bisa membuliku seperti ini!" ucap Yunda.
"Kau pantas dibuli, dasar lemah," ucap salah satu dari mereka.
Lalu, mereka pergi meninggalkan Yunda samnil tertawa-tawa.
"Kenapa hari pertama saja seperti ini? Huft, aku harus kuat." gumam Yunda.
Yunda keluar dari toilet dengan pakaian kotor dan basah.
Para siswa siswi yang melihat Yunda seperti itu, mereka tampak menahan tawa.
Yunda berjalan melewati kantin, hingga Elina melihatnya.
Elina buru-buru menghampiri Yunda.
"Yunda, lo kenapa? Kok sampai kayak gini?" tanya Elina.
"Nggak papa, tadi ada 5 gadis yang ngebuli gue," jawab Yunda sambil tertawa.
"Astaga, pasti gengnya Angel, nih. Ayo, kita ke UKS. Ganti seragam lo." ajak Elina.
Yunda mengiakan, lalu mengikuti Elina ke UKS.
Setelah berganti seragam, Yunda pun makan di kantin.
"Lo mau makan apa, Yun? Sekalian, gue juga belum pesan." tanya Elina.
"Mie ayam aja, deh. Kayaknya enak tuh," jawab Yunda.
"Oke, gue pesanin. Tunggu, ya." ucap Elina.
Yunda hanya mengangguk, lalu mengucapkan terima kasih.
Tak lama menunggu, akhirnya makanan yang ditunggu pun tiba.
"Silakan, Neng," ucap Ibu penjaga kantin sembari meletakan mangkuk mie ayam yang masih mengepul itu ke atas meja.
"Terima kasih, Bu," kata Elina dan Yunda berbarengan.
"Sama-sama," jawab Ibu penjaga kantin itu sambil tersenyum ramah.
Yunda dan Elina memakan mie ayam dengan lahap, sesekali diiringi canda tawa.
15 menit kemudian, Yunda dan Elina telah menyelesaikan makan mereka.
Tring, tring, tring.
Bel telah berbunyi, seluruh siswa siswi pun banyak yang berlarian ke kelas.
Begitupun Elina dan Yunda, mereka segera pergi ke kelas.
Pelajaran pun kembali berjalan.
Jam pelajaran pun berahir.
"Lo pulang naik apa, Yunda?" tanya Elina.
"Naik angkutan umum, El." jawab Yunda.
"Oh, gitu. Ya udah, gue duluan ya. Ayah gue udah jemput, tuh." ucap Elina.
"Iyaa, hati-hati," jawab Yunda.
Yunda menunggu angkot yang akan lewat di depan gerbang sekolah seorang diri.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya ada juga angkot yang lewat.
Keesokan harinya, Yunda kembali bersekolah dengan semangat.
Iya tidak terlalu menganggap serius kejadian kemarin.
Ketika sampai di sekolah, geng Angel yang kemarin membuli Yunda telah menunggu gadis itu.
"Aduh, mau ngapain lagi sih mereka itu? Padahal, kemarin habis buli gue." batin Yunda.
"Hey, Yundaaa. Sini!" seru seorang gadis dari geng Angel itu, sembari melambaikan tangannya ke arah Yunda.
Yunda menurut, iya menghampiri ke 5 gadis itu.
"Ada apa ya, Kak?" tanya Yunda.
"Nih, kita belum sempat ngerjain PR. Tolong lo kerjain ya, awas kalau nilai kita jelek." ucap salah 1 gadis itu, sembari menyerahkan 5 buku ke Yunda.
"Betul itu kata Angel. Awas kalau nilai kita jadi jelek, kita hajar lo!" ancam gadis lainya.
Ternyata, gadis yang menyerahkan buku tadi adalah Angel, ketua dari geng itu.
Karena sedang sangat malas berdebat, akhirnya Yunda mengangguk.
"Baik, Kak. Bakal gue kerjain pr-nya," jawab Yunda.
"Bagus," ucap Angel, lalu pergi bersama teman-temanya.
"Yunda memasuki kelasnya, belum terlalu ramai.
Yunda memilih mengerjakan PR yang disuruh Angel.
"Lo lagi ngapain, Yun?" tanya sebuah suara.
Yunda menoleh, ternyata itu adalah Elina.
"Ini, lagi ngerjain pr-nya geng Angel," jawab Yunda.
"Watt, kok lo mau aja sih?" tanya Elina heran.
"Ya nggak papa El, kita kan nggak perlu membalas orang yang udah jahat sama kita." jawab Yunda.
"Wow, lo baik banget sih," ucap Elina kagum atas kebaikan Yunda.
"Ah enggak, biasa saja," kata Yunda.
"Geng Angel itu kejam banget loh Yun, udah terkenal di seluruh antero sekolah." cerita Elina.
"Iya kah?" tanya Yunda memastikan.
Iya, nama anggotanya itu ada Angel, Diandra, Mela, Siti, sama Anita. Nggak semua murid mereka buli, sih. Cuman yang mereka nggak suka aja. Banyak murid yang udah kena buli mereka dan lapor ke guru. Tapi para Guru juga nggak bisa apa-apa, soalnya mereka orang kaya. Dan juga, orang tuanya Angel pemilik sekolah ini." jelas Elina.
"Lo tahu dari mana, El?!" tanya Yunda.
"Ada Kakak kelas yang cerita, Yun," jawab Elina.
"Oh," imbuh Yunda.
Jam pulang sekolah pun telah tiba.
Elina telah lebih dulu pulang, dan kini Yunda sedang menunggu angkot di depan sekolah.
Prak, biur!
Tiba-tiba saja, ada yang menyiram Yunda dengan telur busuk dan juga air comberan.
"Hahaha, hahaha. Bau ya?" ucap Diandra.
Ya, yang menyiram Yunda adalah gengnya Angel.
"Ke-kenapa, kenapa kalian giniin gue? Padahal, gue udah bantuin ngerjain PR kalian." kata Yunda.
"Lo pikir, setelah lo ngerjain PR kita, terus kita bakal berhenti ngerjain lo?" tanya Siti sambil tertawa jahat.
"Ayo guys, kita sered dia ke kamar mandi!" suruh Angel.
Kemudian, mereka menyered Yunda ke toilet sekolah.
"Lepasin gue!" teriak Yunda berusaha memberontak.
Namun, Yunda kalah dengan 5 gadis sekaligus.
Angel mendorong Yunda masuk ke dalam toilet.
Anita mengambil segayung air, lalu....
Byurr!
Air yang dingin itu kembali menyiram Yunda.
"Ayo guys, kita pergi aja, biarin dia terkunci di sini," ucap Angel.
"J-jangan, gue nggak mau kekunci di sini." ucap Yunda, iya benar-benar memohon kali ini.
Akan tetapi, mereka sama sekali tidak mendengarkan omongan Yunda.
Brakkk.
Siti menutup pintu toilet, lalu menguncinya dari luar.
Yunda menahan sekuat tenaga, agar air matanya tidak keluar.
"Hiks, hiks, hiks. Kenapa harus sampai seperti ini? Padahal, aku hanya ingin belajar dengan tenang," ucap Yunda.
"Tolong, toloooong!! Siapapun, tolong!" teriak Yunda.
1 jam kemudian, ada seseorang yang datang.
"Halo, ada siapa di dalam?" tanya orang tersebut.
"Tolong, saya terkunci di sini!" teriak Yunda.
"Astagfirullah. Tunggu ya. Ibu akan buka pintunya," ucap wanita itu, yang ternyata Bu Guru Ningsih.
Ceklek.
Pintu pun terbuka.
"Ya Allah, kamu kenapa Yunda?" tanya Bu Ningsih.
"Saya di-bully sama gengnya Angel, Bu." ucap Yunda.
"Astagfirullah haladzim. Ayo, ganti dulu bajumu," ucap Bu Ningsih.
"Baik, Bu," jawab Yunda.
Seusai mengganti bajunya di UKS, Yunda berpamitan pulang.
"Kalau begitu saya pamit pulang dulu, Bu. Terima kasih," pamit Yunda.
"Iya Yunda, semangat ya. Jangan menyerah, walaupun kamu di-bully!" ucap Bu Ningsih.
Yunda hanya mengangguk, dan tersenyum.
Karena hari beranjak semakin sore, angkot pun sudah tak ada lagi.
Karena jarak dari sekolah ke kosanya cukup dekat, Yunda pun memilih berjalan kaki.
Ketika sudah sampai ke kos-kosannya, Yunda segera mandi.
Iya merasa tak tahan dengan bau badanya sendiri.
Seminggu telah berlalu semenjak pembullyan yang terjadi kepada Yunda.
Selama itu juga, banyak juga pembulyan yang diterima gadis itu.
Namun, Yunda tetap berusaha kuat..
Tring, tring, tring.
Lonceng telah berbunyi, jam istirahat telah tiba.
"Ke kantin yuk, Yun." ajak Elina.
Sampai sekarang, hanya Elina yang mau berteman dengan Yunda.
Entah mengapa, Yunda pun tidak tahu. Apa alasan teman sekelasnya seperti tidak mau berteman dengan dirinya.
"Enggak deh, El. Gue mau ke taman aja," jawab Yunda.
"Oh gitu. Ya udah, gue ke kantin dulu ya," ucap Elina.
Yunda hanya mengacungkan jempolnya.
Yunda berjalan ke arah taman sekolah.
Yunda segera mendudukan dirinya di atas bangku yang tersedia.
Yunda menghela napas panjang, gadis itu sebenarnya merasa amat lelah dengan pembulyan yang terjadi kepadanya.
Mungkin sekarang iya masih diam, tapi kalau iya habis kesabaran. Entahlah.
Ketika masih melamun, Yunda melihat geng Angel mendatanginya.
"Mau apa lagi mereka?" tanya Yunda pada dirinya sendiri.
Belum sempat bertanya, tiba-tiba saja.
Brukkk.
Yunda terjatuh tak sadarkan diri.
Rupanya, salah satu dari geng Angel itu ada yang memukul tengkuk Yunda dengan balok kayu sampai pingsan.
Tak ada yang melihat kejadian itu, karena taman sekolah sedang sepi
"Ayo, kita langsung bawa ke mobil aja Ngel," ajak Mela, yang mendapat persetujuan dari teman-temanya.
Mereka menggotong Yunda bersama-sama ke dalam mobil.
Mobil itu pun melaju, meninggalkan sekolah.
Tak lama, mobil itu berhenti di sebuah jurang.
Ketika itu, Yunda pun membuka matanya.
"Ini dimana?" tanya Yunda.
"Di danau. Lo itu nggak pantes ada di sekolah Ayah gue. Lo harus Mati!" ucap Angel dengan marah.
"Kenapa, sih. Kalian gibiin gue? Gue salah apa?" tanya Yunda.
"Salah lo? Gue nggak suka sama lo. Lo tahu, sejak kedatangan lo. Semua siswa siswi ngomongin kecantikan lo. Bahkan pacar gue, dia ikut muji-muji Elo! Nggak ada yang boleh ngalahin kecantikan gue," ucap Angel.
Belum sempat menjawab, Angel dan teman-temannya sudah menggotong Yunda keluar mobil.
"Sekarang, mati lo!" teriak Angel.
Braaakkk.
Mereka semua melemparkan tubuh Yunda ke dalam danau.
"Hahahaha, pasti dia nggak akan selamat tuh. Ya udah, kita pergi aja yuk," ajak Angel.
"Ayo," sahut Diandra.
Yunda langsung pingsan setelah tubuhnya dilempar ke dalam danau, karena danau itu juga memiliki banyak air.
3 hari telah berlalu sejak jatuhnya Yunda.
Di rumahnya Yunda, ibunya Yunda yang bernama Yulia tiba-tiba saja mendapatkan telepon dari nomor yang tak dikenal.
"Wah, ini siapa ya? Aku angkat aja deh, siapa tahu penting." gumam Bu Yulia, lalu segera menggeser tombol hijau.
"Halo, ini siapa ya?" tanya Bu Yulia, ketika panggilan itu telah tersambung.
Halo, apakah ini dengan Ibu Yulia? Ibu dari Yunda Amerta?" tanya orang di seberang sana.
"Iya, ada apa dengan Yunda?" tanya Bu Yulia.
"Begini Bu, kami dari pihak rumah sakit. Ingin mengabarkan, bahwa anak Ibu ditemukan oleh warga dalam kondisi tenggelam di danau," ucap orang tersebut.
Bagai disambar petir, Bu Yulia langsung terduduk.
"A-apa? Sekarang, dia ada dimmana?" tanya Bu Yulia.
"Sekarang, anak Ibu ada di rumah sakit harapan kasih." jelas orang itu.
"Baik, saya kesana segera," imbuh Bu Yulia, lalu mematikan sambungan telepon.
"Ayaaaah, Yunda Yah. Hiks, hiks, hiks." ucap Bu Yulia pada Pak Yanto, suaminya sambil menangis.
"Kenapa sama Yunda, Bu?" tanya Pak Yanto.
"Barusan ada yang telepon Ibu Yah, katanya Yunda tenggelam, dan sekarang di rumah sakit harapan kasih." ucap Bu Yulia.
"Ibu tenang dulu. Ya sudah, sekarang ayo kita ke rumah sakit," ajak Pak Yanto.
Bu Yulia pun hanya mengangguk.
Akhirnya, Bu Yulia dan Pak Yanto pun bberangkat ke rumah sakit.
"Lebih cepat lagi, Pak," ucap Bu Yulia.
"Sabar, Bu. Justru kalau kita cepat, malah bahaya." ucap Pak Yanto, berusaha menenangkan sang istri.
Setelah menempuh kurang lebih 30 menit perjalanan, tibalah keduanya di rumah sakit.
Mereka bertanya pada Suster, ruangan tempat Yunda dirawat.
Setelah sampai, ada seorang bapak-bapak yang sedang duduk di depan ruangan Yunda.
"Maaf, apa ini betul ruangan IGD Putri kami?" tanya Pak Yanto kepada bapak-bapak tersebut.
"Iya, Pak, Bu. Sebelumnya, perkenalkan. Nama saya Agus." ucap Pak Agus.
"Iya Pak, perkenalkan juga, nama saya Yanto. Dan ini istri saya, namanya Yulia." ucap Pak Yanto. Dan merekapun berjabat tangan.
"Bagaimana kondisi anak saya, Pak?" tanya Bu Yulia pada Pak Yanto.
"Masih ditangani Dokter, Bu." jawab Pak Agus.
"Jadi, bagaimana ceritanya Bapak menemukan anak saya tenggelam?" tanya Pak Yanto.
"Jadi begini, tadi itu saya lagi mancing ikan. Terus saya lihat ada tubuh wanita tenggelam. Akhirnya, saya bawa si Eneng ke rumah sakit." cerita Pak Agus.
"Terima kasih sudah bawa anak saya ke rumah sakit ya Pak," ucap Pak Yanto dan Bu Yulia kompak.
"Sama-sama Pak, Bu. Karena Bapak dan Ibu sudah datang, kalau begitu saya pamit dulu." ucap Pak Agus.
"Iya Pak, sekali lagi terima kasih," ucap Pak Yanto.
Pak Agus pun pergi.
15 menit kemudian, Dokter keluar.
Pak Yanto dan Bu Yulia yang melihat Dokter sudah keluar, mereka segera berdiri.
"Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanya Bu Yulia.
"Syukurlah, pasien tidak mendapatkan luka serius. Sekarang, dia sudah sadar. Kalian bisa menemuinya." jawab pria berjas Dokter tersebut.
Alhamdulilah. Yah, anak kita nggak papa!" ucap Bu Yulia penuh syukur.
Pak Yanto dan Bu Yulia segera masuk untuk melihat keadaan Yunda.
Seorang wanita terbaring dengan banyak alat dan juga botol infus di tangan kirinya.
"Ibu, Ayah!" panggil Yunda.
Bu Yulia pun langsung memeluk sang anak dengan erat.
"Kamu tidak apa-apa kan, Nak?" tanya Bu Yulia.
"Yunda nggak papa kok, Ibu." jawab Yunda.
"Sebenarnya, kenapa kamu bisa sampai seperti ini Yunda? Cerita sama Ayah," ucap Pak Yanto.
Di sekolah aku dibully, Yah. Gengnya Angel sering bully aku. Puncaknya, ketika mereka menenggelamkan aku ke danau itu." cerita Yunda.
"Ini tidak bisa dibiarkan, mereka keterlaluan. Yunda sampai masuk rumah sakit!" ucap Bu Yulia penuh amarah.
"Iya Bu, iya. Nanti Ayah akan melaporkan mereka semua ke polisi." ucap Pak Yanto.
"Lihat saja kalian, aku tak akan membiarkan kalian membully para siswi lagi. Akan kupastikan, kalian mendekam di penjara!" jerit Yunda penuh amarah.
Awalnya iya berusaha sabar.
Namun, Yunda hampir saja kehilangan nyawa.
Kelima gadis pembully itu benar-benar dilaporkan ke polisi, dan Pak Agus juga menjadi saksi.
Orang tua mereka sangat terkejut, karena mereka tidak pernah tahu kalau anak mereka suka membully.
"Sebelumnya, saya meminta maaf atas perlakuan Angel kepada Yunda. Kami tidak pernah menyangka, bahwa Angel dan teman-temannya sering membully para siswi." ucap Pak Ari.
"Iya, kami maafkan. Dan kami harap, kedepannya tidak ada lagi kejadian seperti ini," kata Pak Yanto.
Begitupun dengan orang tua Siti, Diandra,, Mela, dan Anita. Mereka juga turut meminta maaf.
Dan sejak ditangkapnya para pembully itu, sudah tak ada lagi kejadian pembullyan yang terjadi di sekolah itu.
Tamat.
______________________________
Baca juga karya penadiksi lainnya:
- [Cerpen] Firasat Ibu - Hanifah Afnan
- [Cerpen] Suzan : Cinta Ayra - Yantea
- [Cerpen] Tidak Mengobati, Namun Menambah Luka Dihati
- [Cerpen] Salman - Rahmi Wahyuni
- [Cerpen] Broken Home - Ayu Fitriani