Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Maafkan Aku - Irmanika Kumalasari

Sumber gambar : https://pixabay.com/illustrations/board-flower-excuse-me-sorry-1500391/

Maafkan Aku

Oleh : Irmanika Kumalasari


Aku melihatmu tengah duduk di bangku syahdu tanpa aksara matamu yang indah bagai permata itu pun asyik menatap telaga bergemericik rindu. 


Sambil mengukir senyum getir kala mengingat akan cinta berdawai dusta hanyalah debu di mulut manis seorang pria. 


Ya, dia. Sudah membuatmu melayang akan rayuannya yang seperti Romeo pada Juliet tapi, dalam sedetik. Dia berhasil mencampakanmu tanpa tahu hatimu telah tercabik-cabik. 


Apalagi kini dia sudah berpaling pada bunga lain yang buatmu semakin trauma dengan yang namanya hubungan percintaan. 


Pengalaman cintamu yang buruk ternyata telah merubahmu menjadi acuh dan dingin pada sesuatu yang dinamakan cinta dan selalu menghindari pada semua pria yang ingin mendekatimu agar hatimu tidak terluka untuk kesekian kalinya. 


“Aku tak ingin menjadi wanita bodoh itu lagi, “desismu penuh keyakinan dan tekad yang kuat. 


Menurutmu percintaan adalah kata puitis yang awalnya melenakan berakhir menyakitkan.

Baca Juga : [Cerpen] Suatu Pertanda - Fukuda Maruyama


Lalu, beberapa menit kemudian.. 

Seseorang dari masa lalumu hadir di hadapanmu. 


“Hai, apa kabar? sudah lama kita tak bertemu, “sapanya tanpa rasa berdosa. 


Kau menatapnya sekilas dengan tatapan sinis. 


“Aku baik, “ jawab mu, ketus. 


“Bagaimana mungkin kau baik-baik saja sejak aku tinggalkan dirimu… “


“Mau bilang bersama yang lain kan? “Kau memotong kalimat mantanmu yang tak tahu diri itu. 


“Ya, begitulah, “sahut lelaki itu dengan nada mengejek. 


Namun, kau tak terpengaruh sama sekali. Justru kau menatapnya dengan tatapan hambar. 


“Terus, aku harus apa setelah kau bersama yang lain? bunuh diri kah? itu kan yang kau mau? “balasmu dengan ekspresi wajah mengejek pula. 


Lelaki itu tak menimpali bahkan dia kehilangan kata-katanya setelah itu dia menarik nafasnya, panjang. Untuk menahan gejolak emosi di dada.

Baca Juga : [Cerpen] Cincin Yang Berbicara - Lalitya Nandini


“Sialan! mengapa dia masih sekuat ini?! “rutuknya dalam hati, dongkol. 


“Ya, setidaknya. Kau menangis lah! setelah aku selingkuhi, “sanggah lelaki itu penuh percaya diri. 


“Hah? menangis? untuk lelaki murahan sepertimu. “Kau menunjuknya dengan telunjuk lentikmu lalu tertawa mengejek. 


“Kau… “

Lelaki tersebut akhirnya terbawa emosi wajahnya tegang rahangnya pun menegang. 


“Hi, come on! untuk apa aku capek-capek. Aku menangisi lelaki rendahan kayak kamu, “ lanjutmu dengan tatapan meremehkan. 


“Siapa yang rendahan, siapa yang murahan?! “ sentak lelaki itu mulai naik pitam. 


“Ya, kamu lah! siapa lagi, coba? “jawabmu dengan polos tanpa rasa bersalah. 


Karena dulu lelaki di sebelahnya ini juga meninggalkannya dengan yang lain tanpa rasa bersalah jadi, impas bukan? 


Sebenarnya, lelaki tampan tersebut menemuimu tujuannya hendak untuk membuatmu terpental. Karena dia tahu kau masih sendiri sejak dia tinggalkan bersama yang lain. 


Nyatanya dia yang terkena mental dengan ucapan manismu yang berbisa.

Baca Juga : [Cerpen] Gambar Diri Yang Merusak - Bundo Milanisto


Buktinya, kau berhasil membuatnya naik darah. Meski awalnya dia ingin membuatmu marah dan menangis lalu terpúruk oleh hinaannya yang tak berguna itu. 


“Ya, seenggaknya. Setelah putus dari kamu aku mendapat yang lebih cantik dan sempurna dari kamu, “ucapnya sambil tersenyum mengejek padamu. 


Lagi dan lagi kau tak terpengaruh dengan apapun yang lelaki itu lakukan padamu termasuk ingin membuatmu merasa rendah. 


Dia juga berharap kau marah dan mengamuk supaya dia mendapat penghargaan tropi kemenangan atas sakit hati yang dia ciptakan untuk menyakitimu dengan sengaja nyatanya, kau tak mudah ditaklukan. Oleh lisan yang datang dari mulut pedasnya. 


“Iya, dia. Memang lebih cantik, lebih sempurna dariku. Sayangnya, wanita yang kau sebut lebih sempurna itu. Tak lebih baik dari aku, “balasmu, mencibir. 


“ Maksudmu?! “

Lelaki itu mulai terpancing emosi. 

Baca Juga : [Cerpen] Jhon dan Sarah - Ihsan Ardianto

Sedang kau, tersenyum penuh kemenangan. 


“Kau tahu maksudku kan? atau kau pura-pura bodoh, Dan? “tukasmu, menekan. 


Setelah itu, kau menatapnya. Lekat-lekat. 


“Aku mengakui bahwa aku pernah terpuruk dan terluka saat kau tinggalkan aku bersama yang lain tapi, seiring. Berjalannya waktu aku mulai sadar kalau aku begitu bodoh telah menghabiskan energiku untuk menangisi pria penghianat sepertimu! “


Kau lampiaskan amarahmu pada lelaki kejam di sebelahmu sekejap kemudian kau tertawa canggung menertawakan kebodohanmu sendiri yang dulu masih mengharapkan lelaki yang dipanggil Dan olehmu tersebut. 

Baca Juga : [Cerpen] Yang Terbaik Untukku - Maya Nurida


Dia pun tersenyum menyeringai seakan Tuhan berpihak padanya. 


“Perlu kamu ketahui ya, Dan. Orang yang kau anggap cantik dan sempurna itu tak lebih dari wanita yang menjajakan dirinya sendiri lebih tepatnya menjual diri ya, termasuk dirimu juga. Ya kalian sama sih. Sama-sama nggak bermoral dan rendahan, “tudingmu, tajam. Tanpa belas kasihan. 


“Lalu, apa kau jauh lebih baik darinya, Ay? “balasnya dengan tatapan sengit padamu. 


“Setidaknya, seburuk-buruknya aku. Aku tidak pernah merebut lahan orang atau memberanikan diri jadi simpanan orang lain yang jelas telah ada pemiliknya. “Ucapanmu yang kejam itu menohok dirinya. 


Di suatu tempat.. 

Seorang wanita muda bergelayut manja pada lengan seorang pria matang. 


Mereka saling beromantis ria dan tertawa bersama dengan wajah bahagia. 


Rupanya mereka habis borong belanja bulanan si wanita pun tersenyum berseri setelah dia mendapatkan apa yang diinginkan. 


“Apa sudah puas? “ tanya si pria mengusap rambut sang wanita. 


Wanita muda berusia dua puluh lima itu mengangguk seraya tersenyum sumringah lalu menjawab. “Sudah.”


Pria matang berumur tiga puluh enam itu pun membalas senyuman manis kekasihnya. 


“Baiklah, kalau gitu. Ayo kita jalan-jalan, “ ajak si pria. 


“Aku mau jalan-jalan ke luar negeri, Mas! “rengek sang wanita dengan wajah memohon. “Mau kan? “ lanjutnya dengan suara yang mendesah manja. 


“Buat kamu, apa sih yang enggak? “ jawab sang pria menyentil gemas hidungnya yang mungil. 


Sehingga membuat si wanita tersenyum puas. 


“Kamu mau jalan-jalan ke mana ceritanya? “ tanya si pria minta pendapat sang pujaan hati sembari mengedip genit ke arahnya alhasil, wajah wanita tersebut bersemu merah. 


“Hmm, ke mana ya. Enaknya? “gumam si wanita sejenak berpikir. 


Setelah lama berpikir.. 

“Bagaimana kalau keliling Eropa saja? “usul si pria yang membuat mata indah wanita tersebut membulat sempurna. 


Dia hampir tak percaya apa yang dikatakan sang kekasih. “Apa dia mabuk? “ bisik si wanita dalam hati sekaligus keheranan. 


Padahal yang ada di pikirannya adalah dia ingin ke Venesia naik Gondola(termasuk Eropa juga sih). 


“Di suatu aplikasi tiket yang bernama xxx baru-baru ini lagi mengadakan promosi yaitu keliling Eropa dengan diskon besar-besaran dari bandara sampai menuju hotel, “lanjut pria itu dengan serius menatap wanitanya. 


“Ini beneran, Mas? “tanya si wanita antara percaya dan tidak percaya. 


Namun, di wajahnya. Memancarkan rasa bahagia yang teramat dalam. 


“Beneran dong, “jawab sang pria penuh keyakinan. “Kamu tahu kan aplikasi itu? “


“Tahu sih tapi, aku nggak tahu. Bila mereka mengadakan promo apa aku kurang up date ya? “Wanita tersebut mengerutkan keningnya. 


“Mungkin kau terlalu sibuk akhir-akhir ini, Sayang, “hibur si pria tersenyum hangat. 

Penadiksi Ads. | WA: 085718987483

Sementara itu… 

“Kamu jangan mungkir, Ay. Aku tahu kau masih menyimpan cinta untukku walau kamu berkata sudah tak lagi mencintaiku, “papar lelaki sebaya denganmu penuh percaya diri. 


“Hah! kamu bilang aku masih menyimpan cinta sama lelaki pendusta sepertimu? omong kosong apa yang kau ciptakan, Dan? “


Kau tertawa membalas perkataannya dengan tatapan meremehkan. 


“Ini tidak mungkin terjadi, “lanjutmu seraya menggeleng lalu mengibaskan tangan. 


Dia pun tersenyum dan menggeleng tak percaya. 


“Aku tak percaya,Ay. Dengan apa yang kau katakan aku tahu omongan yang keluar dari mulutmu tak selaras dengan hatimu, “sanggah lelaki itu tetap pada pendiriannya. 


“Kau cenayang ya? bisa membaca isi hati orang lain, “umpatmu merasa kesal. 


Lelaki itu pun tertawa agak keras mendengar nada bicaramu yang menurutnya polos dan lucu itu. 


“Aku memang bukan cenayang tapi, semua itu terbukti. Jika dilihat dari ekspresi wajahmu yang masih mengharapkan cinta dariku, “balas sang lelaki, gamang. 


Heh, apa? aku masih mencintaimu? kau jangan membuat lelucon, Dan. Ini semua tidak mungkin, tidak mungkin aku kembali. Pada masa laluku yang menyakitkan termasuk kembali padamu. Aku tak sebodoh dulu, Dan. Begitu dibutakan akan cinta yang persembahkan kepadaku lalu kau buang begitu saja! “bantahmu tak terima. 


Lelaki itu mencibir tak percaya setelah itu berkata. “Kalau begitu mengapa kau masih sendiri, Ay? “


Dia menoleh ke arahmu lantas mencoba menyelami kebenaran dari matamu yang sebening kaca. 


Kau pun menarik nafas mencoba untuk menahan rasa amarah di hatimu yang saat ini sedang menggumpal. 


“Itu semua bukan urusanmu, Dan. Lagipula kita sekarang adalah dua orang asing yang tidak sengaja bertemu di tempat ini, “ucapmu, menyela dengan tegas. 


Kau juga balas memandangnya dengan tatapan membunuh tapi, tidak membuatnya ciut. 


Justru dia nampak menggeleng dan tertawa sumbang masih saja tak percaya apa yang ungkapkan. 


“Terserah kamu deh mau percaya atau tidak, lagian juga bukan urusanku, “desismu,bergeming.


“Aku juga nggak ingin memaksamu untuk kembali padaku, “sahutnya menatapmu sekilas lalu mengalihkan pandangan pada yang lain. 


“Baguslah, kalau begitu, “pungkasmu, dingin. 


Kau dan dia pun saling terdiam mencoba mencerna perasaan dan emosi masing-masing. 


Suasana hening pun tercipta hanya ada suara batin yang menggugah di hati masing-masing. 


“Aku akui aku masih menyimpan cinta untukmu, Dan. Sayangnya, aku masih mengingat luka yang kau toreh kala itu. Kau telah membuatku tak percaya akan cinta yang akan datang setelahmu, “tuturmu dalam hati antara marah dan kecewa. 


“Seandainya kau tahu yang sebenarnya, Ay. Kau pasti tidak kuat menerima semua ini, “desis si lelaki,membatin. 


Lantas, beberapa menit kemudian


“Ay,” panggil si lelaki membuka keheningan. 


“Ya,ada apa? “ sahutnu,dingin dan ketus. Menoleh ke arahnya. 


Tak ada lagi cinta maka tak ada lagi kelembutan dan suaramu yang manja pada lelaki penghianat seperti dia. 


“Ay, “ panggilnya sekali lagi. 


“Kalau tidak ada kepentingan silahkan pergi dari sini! “sentakmu menatap tajam ke arahnya. 


Lelaki itu menghela nafas berat dia bingung mau mengatakan yang sebenarnya atau tidak pada wanita cantik di sebelahnya. 


“Sudah waktunya kamu mengetahui sesuatu, Ay. Sesuatu yang lama aku simpan kebenarannya, “ungkapnya dengan suara berat. 


“Kebenaran? “Kau mengerutkan dahi. 


Dia langsung merogoh kantong celana panjangnya setelah itu menyerahkan selembar kertas yang masih terlipat kepadamu. 


“Apa ini? “ tanyamu, bingung. 


“Buka saja kau akan tahu semuanya, “ titah sang lelaki, serius. 


Kau pun menurutinya lantas beberapa saat kemudian.. 


“Ja.. jadi, kau. Selama ini? “Kau menutup mulutmu dengan ekspresi terkejut matamu pun mulai berembun. 


“Iya, Ay. Selama ini aku memang terpaksa melakukan itu padamu maksudku menghianatimu. “


Plak.. 


Sebuah tamparan keras mendarat di pipi lelaki itu bersamaan dengan selembar kertas yang dilempar tepat ke arah wajah tampannya. 


“Mengapa kau sembunyikan ini semua dariku, Dan?! kau anggap apa aku ini?! hah! “pekikmu dengan suara bergetar. 


Air matamu pun mulai meluncur ke pipi putihmu. 


“Maafkan aku, Ay. Aku tak bermaksud menyembunyikan semua ini kepadamu, sungguh, “ucapnya, lirih. Seiring gelengan kepalamu. 


“Kau sangat kejam, Dan. Kau begitu tega melakukan ini kepadaku! “serangmu, sengit. 


Sekaligus mengungkapkan rasa kecewa dengan tatapanmu yang nanar kepadanya. 


“Mengapa…. mengapa kau tega melakukan semua ini padaku, Dan?! mengapa?! “Kau menjerit di antara tangismu. 


“karena aku sangat mencintaimu, Ay! aku tak ingin kau bersedih saat melepaskan kepergianku! “balasnya,keras.namun, menyayat. 


“Setidaknya,aku bisa. Menemani hari-hari kritismu, Dan, “tekanmu, serak. 


“Maafkan aku sekali lagi, Ay. Sebenarnya, aku tidak ingin menyakitimu. Aku terpaksa melakukan ini karena aku terlalu mencintaimu aku tak ingin kau rapuh waktu kau kutinggalkan. “


“Walau aku rapuh aku akan berusaha kuat untukmu, Dan. Aku akan menjadi penyangga mu di saat kau jatuh. “kau berkata dengan sungguh-sungguh. 


Beberapa detik kemudian.. 

Kau telah berada dalam pelukannya. “Aku hanya tak ingin menjadi bebanmu, Ay, “bisiknya,lirih. Kau pun melonggarkan pelukannya. 


“Dan aku juga tidak ingin menyimpan sendiri rasa sakitmu apa gunanya aku jadi bagian hidupmu bila aku membiarkanmu menyimpan sendiri deritamu, “balasmu, tulus. Dengan suara serak. “Maafkan aku sudah salah paham denganmu. “


Lelaki itu pun kembali menarik tubuhmu yang mungil ke dalam pelukannya. 


“Nggak, Sayang. Seharusnya akulah yang minta maaf padamu. Aku yang memulai semua ini dan aku harus tanggung sendiri akibatnya, “sanggahnya, cepat. “Namun, aku tak menyesal. Memiliki dirimu sebagai kekasihku. Ay. “


“Tolong, jangan bicara lagi, Dan. Aku tidak sanggup mendengarnya. “Kau menggelengkan kepalamu dengan kencang dalam pelukannya. 


“ Untungnya aku sudah. Melewati masa kritis itu, Ay. Aku dinyatakan telah pulih total, “lanjut nya, kemudian. 


“Benarkah? “Kau mencari kebenaran di matanya. 


“ Benar, Sayang. Sekali lagi maafkan aku ya, “ucapnya lirih. 


Kau pun hanya mengangguk ke dalam pelukannya dengan senyum bahagia yang terpancar dari bibir merahmu. 


Tamat. 

Diberdayakan oleh Blogger.