LELAKI YANG MENDERITA BILA DIPUJI
Di taman kata ia bunga yang tersipu,
Pujian bagai embun dingin menusuk kalbu,
Senyumnya fana bagai bulan di balik awan,
Tersembunyi di balik topeng kebimbangan.
Kata-kata manis madu yang pahit rasanya,
Beban berat dipikul bagai gunung menindih dada,
Ia merindukan kesunyian pelarian dari hiruk pikuk dunia,
Di mana pujian tak 'kan pernah menyapanya.
Pujian bagai pisau menusuk relung hati,
Menggores luka yang tak kunjung sembuh sampai mati,
Ia hanyalah debu tak layak dipuji setinggi langit,
Ingin tenggelam dalam kegelapan tanpa seberkas sinar sedikit.
Purwokerto, 8 September 2024.
U. Gunawan.