Ratapan Cangkir
Karya: Sang humoris
Membeku dan terus membisu,
Akhirnya dingin dalam pelukan halu,
Sejuknya cangkir yang merindukan kopi susu.
Saat ini bukan membahas tentang ratapan rembulan,
Bukan pula tangisan burung pipit yang kemalang,
Dan juga bukan pula sedih yang berjubahkan dengkuran.
Tapi, ini adalah sepotong kisah yang tercecer,
Meninggalkan jejak darah yang amis,
Setiap insan yang menatap akan sedih.
Layaknya cangkir merindukan kopi,
Tapi, bukan sebarang kopi,
Bukan kopi tubruk,
Bukan kopi susu,
Apalagi kopi dingin.
Tapi, kopi yang pernah menjamu kita berdua,
Kopi yang menemani kita dalam kehangatan asmara,
Untukmu, awali pagimu dengan kopi kepastian,
Bukan kopi dingin yang tak menentu kepastian.
Sabtu, 08/06/2024.