Cerpen tentang keluarga |
BAKSO CEMARA
Karya : Risma Nailul Muna
Rumah Cemara, rumah sederhana yang penuh cinta dan hangat di sebuah kampung yang tenang. Setiap hari, keluarga Pak Rahmat memulai aktivitasnya dengan penuh kesyukuran. Pak Rahmat adalah seorang PNS, yang mengabdi pada negeri dengan sepenuh hati. Dia memiliki istri bernama Bu Rani, seorang ibu rumah tangga yang sangat cerdas, dan dua anak: Nisa, yang baru saja mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S1 di universitas ternama, dan Fikri, adik kecil yang menggemaskan dan selalu membawa keceriaan di rumah.
Pagi itu, suasana rumah riuh dengan kegiatan Nisa yang sedang bersiap-siap untuk kuliah.
"Nisa, udah siap? Ayah antar ya!" Pak Rahmat memanggil sambil merapikan kemejanya.
"Udah, Yah! Makasih," jawab Nisa sambil tersenyum, membawa tasnya yang penuh buku.
Baca Juga : [Cerpen] Terhalang Restu - Aini Seskiya
---
Seiring waktu, Pak Rahmat akhirnya pensiun. Tidak ada lagi rutinitas kantor yang padat, dan di sinilah babak baru dimulai. Bu Rani menyarankan agar Pak Rahmat membuka usaha kecil-kecilan untuk tetap aktif dan produktif. Walaupun untuk finansial sudah ada dari jatah pensiunan, tapi tetap saja agar lebih produktif ya harus ada kegiatan. Hehehe
"Bagaimana kalau kita coba jualan bakso, Pak?" usul Bu Rani sambil menyiapkan sarapan.
"Hmm… ide yang bagus, Bu. Bakso home made, ya? Aku bisa coba resep dari Ibu dan tambah sedikit kreasi," jawab Pak Rahmat, wajahnya penuh semangat.
Maka mulailah mereka membuat bakso di rumah, dengan tangan dingin Bu Rani dan ketelitian Pak Rahmat. Setiap hari, mereka bekerja sama dengan sepenuh hati untuk memulai usaha baru ini.
Baca Juga : [Cerpen] Suzan : Cinta Ayra - Yantea
---
Nisa, yang sibuk di kampus, merasa bangga dengan usaha orang tuanya. Namun, ada perasaan iba melihat bapaknya, yang dulu seorang PNS, kini berjualan bakso di depan rumah.
Suatu hari, Nisa memutuskan membawa beberapa porsi bakso ke kampus untuk dibagikan ke teman-temannya.
"Eh, ini bakso buatan ayahku. Cobain, enak banget!" ujar Nisa sambil menyodorkan bakso kepada teman-temannya.
"Wah, serius, Nisa? Mantan PNS sekarang jualan bakso?" tanya seorang teman dengan nada mengejek, sambil tertawa kecil.
"Iya, kenapa? Kan itu usaha yang halal," jawab Nisa dengan tegas, meskipun ada perasaan tersinggung.
Sebagian temannya memuji, sebagian lainnya hanya menganggapnya sebagai lelucon.
Baca Juga : [Cerpen] Jejak - Jejak Razan (Devita Andriyani)
----
Suatu hari, dagangan Pak Rahmat tak laku seharian. Dari pagi hingga malam, tak ada satu pun yang membeli bakso.
"Yah, mungkin besok ada yang beli lagi," kata Bu Rani, berusaha menenangkan.
Namun Nisa merasa sedih melihat bapaknya seperti itu. Saat malam tiba, dia punya ide. Dia mengirim pesan kepada Nayla, tetangganya.
"Nay, bisa tolong bantu beli bakso ayahku malam ini? Nanti aku transfer uangnya, ya," pesan Nisa penuh harap.
"Ga usah lebay, TF tfan . Gue juga punya duit hehe santai aja, lagian gue juga pengen ngerasain baso ayahmu." Jawab Nayla
"Awwww, so sweet banget sih kamuu, thanks yaa."
Nayla langsung menyetujui dan datang membeli bakso di malam itu. Pak Rahmat tersenyum melihat ada pembeli, walaupun hanya satu porsi.
Baca Juga : [Cerpen] Suatu Pertanda - Fukuda Maruyama
---
Keesokan harinya, Nisa mendapatkan ide cemerlang. Dia memutuskan membuat konten ajakan membeli bakso ayahnya dan mengundang food vlogger terkenal yang bisa membantu memperkenalkan usaha kecil ayahnya.
Dengan penuh semangat, Nisa membuat video pendek, mengajak teman-temannya untuk mencoba bakso spesial yang dibuat dengan penuh cinta.
"Halo, semuanya! Hari ini aku mau cerita soal bakso buatan ayahku, enak banget dan beda dari bakso lainnya! Yuk, yang mau coba langsung aja datang ke rumahku!"
Tak lama setelah video Nisa viral, seorang food vlogger pun tertarik untuk mencoba bakso ayahnya dan mempromosikannya.
Baca Juga : [Cerpen] Tegar di Tengah Gurun - Mushpih Kawakibil Hijaj
---
Berkat kerja keras dan kreativitas Nisa, usaha bakso Pak Rahmat mulai dikenal banyak orang. Pembeli pun berdatangan, bahkan tak jarang antre untuk mencoba bakso legendaris itu.
Pak Rahmat dan Bu Rani merasa sangat bangga dan berterima kasih pada Nisa.
"Terima kasih, Nak. Ayah nggak pernah sangka bisa sejauh ini," ujar Pak Rahmat, mata berkaca-kaca.
"Aku bangga sama Ayah. Ayah kan tetap ayah terbaik buat kami, apapun pekerjaan Ayah," jawab Nisa sambil memeluk bapaknya.
Dan usaha bakso Pak Rahmat pun terus berjalan sukses, menjadi salah satu cerita indah yang tak akan terlupakan dalam keluarga Cemara.
Selesai.
Buku Cerpen yang Mungkin Kamu Suka :
Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Selepas Kau Pergi. |