Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Menjaga Hati Sebagai Bekal Akhirat - Mushpih Kawakibil Hijaj

Cerpen Menjaga Hati Sebagai Bekal Akhirat
Cerpen menjaga hati

Menjaga Hati Sebagai Bekal Akhirat

Matahari mulai terbenam, terlihat langit memancarkan warna jingga yang lembut. Di sudut masjid kecil desa, Dafa duduk termenung, memandangi hamparan sawah yang menguning. Hatinya resah, seperti ada beban berat yang ia pendam. Hari itu, ia teringat kembali pada ucapan Ustadz Fadhil dalam sebuah kajian beberapa minggu lalu:

"Pada hari kiamat, segala rahasia akan dibukakan. Tidak ada yang tersembunyi, baik niat maupun perbuatan. Allah berfirman dalam Surah At-Thariq:

يَوْمَ تُبْلَى السَّرَاۤىِٕرُۙ 

فَمَا لَهٗ مِنْ قُوَّةٍ وَّلَا نَاصِرٍۗ 

'Pada hari ditampakkan segala rahasia. Maka manusia tidak lagi memiliki kekuatan dan tidak pula penolong' (QS. At-Thariq: 9-10).'

Kalimat itu terngiang-ngiang dalam pikiran Dafa. Hatinya menyimpan banyak rahasia-rahasia yang bahkan ia sendiri takut untuk mengakuinya. Ia adalah seorang pemuda yang dikenal baik oleh orang-orang di sekitarnya. Ramah, santun, dan sering membantu siapa saja yang membutuhkan. Namun, jauh di dalam hatinya, ada sisi gelap yang selalu ia sembunyikan.

Sejak kecil, Dafa sering merasa iri. Ia iri pada teman-temannya yang tampak lebih sukses, lebih kaya, atau lebih dihargai. Ia menyembunyikan rasa itu dengan senyuman palsu dan kata-kata manis. Tak ada yang tahu bahwa dalam hatinya, ia sering merasa sakit melihat kebahagiaan orang lain.

Malam itu, Dafa kembali merenung di rumahnya yang sederhana. Ia membuka Al-Qur'an kecil miliknya dan membaca kembali Surah At-Thariq. Ayat-ayat itu terasa seperti cambuk yang menghantam hatinya. "Bagaimana jika semua ini terbuka di hadapan Allah? Bagaimana jika aku tak punya alasan untuk membela diri?" pikirnya dengan perasaan takut.

Baca Juga : [Cerpen] Kunci Keberuntungan dalam Hidup : Menyucikan Diri, Berdzikir dan Salat - Mushpih Kawakibil Hijaj

Rahasia Hati yang Berat

Dafa tumbuh sebagai anak yatim sejak usia sepuluh tahun. Ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan di tempat kerjanya, meninggalkan ibu Dafa dengan tiga anak yang harus ia besarkan seorang diri. Hidup dalam kesederhanaan membuat Dafa sering merasa kurang beruntung dibandingkan dengan teman-temannya. Ketika teman-temannya memakai sepatu baru atau membawa ponsel canggih, ia hanya bisa menahan rasa iri sambil berpura-pura tidak peduli.

Aku tidak perlu itu semua,” gumamnya sering kali, meski dalam hatinya ia sangat menginginkannya. Perasaan iri itu terus tumbuh hingga ia dewasa. Ketika teman-temannya mulai sukses dalam pekerjaan, menikah, atau memiliki rumah besar, ia merasa semakin tertinggal. Namun, ia tidak pernah menunjukkan rasa itu. Di depan orang-orang, Dafa selalu tampak ceria dan bersahabat.

Namun, ia tahu bahwa perasaan itu salah. Ia sering mengingatkan dirinya sendiri untuk bersyukur atas apa yang ia miliki. Tetapi, rasa itu tetap muncul, seperti api kecil yang sulit dipadamkan.

Baca Juga : [Cerpen] Tegar di Tengah Gurun - Mushpih Kawakibil Hijaj

Cahaya Kesadaran

Suatu malam, dalam perjalanan pulang dari masjid, Dafa bertemu dengan Ustadz Fadhil. Ustadz itu sedang duduk di teras rumahnya, ditemani secangkir teh.

"Dafa, singgah sebentar," panggil Ustadz Fadhil.

Dafa pun menghampiri dan duduk di sampingnya. Tanpa ia sadari, air matanya menetes. "Ustaz, kenapa rasanya sulit sekali menjaga hati ini? Saya tahu saya harus bersyukur, tapi sering kali saya iri pada orang lain. Saya takut Allah tidak ridha dengan perasaan ini."

Ustadz Fadhil mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia mengangguk dan berkata, "Dafa, tidak ada manusia yang sempurna. Allah menciptakan kita dengan kelemahan, tetapi Allah juga memberikan kita kekuatan untuk memperbaikinya. Ingatlah, rasa iri itu adalah ujian. Jika kau mampu mengatasinya, kau akan menjadi lebih dekat dengan Allah."

Dafa terdiam. Kata-kata itu terasa menenangkan, tetapi juga menggugah kesadarannya.

"Mulailah dengan langkah kecil," lanjut Ustadz Fadhil. "Setiap kali kau merasa iri, ucapkan doa kebaikan untuk orang itu. Katakan, 'Ya Allah, tambahkanlah nikmat-Mu untuknya, dan berikanlah keberkahan.' Dengan begitu, hatimu akan terbiasa untuk menerima dan mendoakan."

Baca Juga : [Cerpen] Perjuangan Seorang Ayah Pekerja Keras dan Penyesalan Anak yang Terlambat - Mushpih Kawakibil Hijaj

Langkah Kecil yang Berat

Keesokan harinya, Dafa mulai menerapkan nasihat itu. Ketika ia melihat temannya, Rendra, memposting foto mobil baru di media sosial, ia segera berdoa dalam hati, "Ya Allah, berkahilah rezekinya, dan tambahkan nikmat-Mu untuknya."

Awalnya, doa itu terasa sangat berat. Ada bagian dari hatinya yang masih bergolak. Namun, ia terus melakukannya setiap kali rasa iri itu muncul. Lambat laun, ia mulai merasakan perubahan. Doa itu tidak lagi terasa berat, dan ia mulai benar-benar merasakan kebahagiaan ketika melihat orang lain sukses.

Namun, ujian itu tidak berhenti di situ. Suatu hari, Rendra mengundangnya ke acara syukuran besar. Rendra baru saja membuka restoran baru di pusat kota, sesuatu yang menjadi impian Dafa. Di tengah acara, Dafa merasa hatinya kembali panas. “Mengapa bukan aku yang mendapat kesempatan seperti ini? Aku juga bekerja keras, bahkan lebih keras darinya,” pikirnya.

Saat itu, Dafa teringat pada mimpinya beberapa malam sebelumnya. Dalam mimpinya, ia berdiri di sebuah tempat luas, dikelilingi cahaya yang terang benderang. Di hadapannya, ditampilkan semua rahasia hatinya. Setiap rasa iri, setiap niat buruk, dan setiap keburukan yang ia sembunyikan terpampang jelas. Ia merasa kecil dan tak berdaya di hadapan Allah.

Mimpi itu menjadi peringatan baginya. Ia tidak ingin hidup dengan hati yang penuh keburukan. Dengan tekad yang kuat, ia berdoa dalam hati, "Ya Allah, bersihkanlah hatiku. Jadikan aku hamba-Mu yang ikhlas dan bersyukur."

Baca Juga : [Cerpen] Jejak Yang Tak Terlihat - Mushpih Kawakibil Hijaj

Kekuatan Doa dan Ikhlas

Hari-hari Dafa dipenuhi dengan perjuangan menjaga hati. Ia semakin rajin membaca Al-Qur'an, berzikir, dan memperbanyak amal kebaikan. Ia juga mulai menyibukkan diri dengan membantu orang lain. Ketika hatinya merasa panas melihat kesuksesan orang lain, ia segera mencari cara untuk membantu mereka.

Misalnya, ketika seorang tetangga membutuhkan bantuan untuk mengurus dokumen, Dafa dengan senang hati menawarkan diri. Ia menemukan bahwa dengan membantu orang lain, hatinya menjadi lebih ringan.

Suatu hari, cobaan besar kembali datang. Restoran Rendra mengalami kebakaran hebat, menghanguskan sebagian besar bangunannya. Rendra datang ke rumah Dafa dengan wajah murung.

"Dafa, aku tidak tahu harus bagaimana. Semua habis," kata Rendra dengan suara bergetar.

Dafa merasa iba. Ia menggenggam tangan Rendra dan berkata dengan tulus, "Ren, jangan khawatir. Aku akan membantumu. Kita bisa melewati ini bersama."

Dafa benar-benar membuktikan ucapannya. Ia mengajak beberapa teman untuk menggalang dana dan membantu Rendra membangun kembali restorannya. Dalam proses itu, Dafa merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

Baca Juga : [Cerpen] Jiwa yang Tenang Kunci Kebahagiaan dan Kedamaian - Mushpih Kawakibil Hijaj

Hati yang Bersih

Waktu berlalu, dan Dafa semakin merasakan kedamaian dalam hidupnya. Ia sadar, menjaga hati adalah perjuangan seumur hidup, tetapi hasilnya sangat indah. Ia tidak lagi merasa iri atau bersaing dengan orang lain. Yang ia rasakan hanyalah keikhlasan dan kebahagiaan karena bisa membantu sesama.

Suatu malam, Dafa kembali duduk di masjid, merenungi ayat-ayat Al-Qur'an. Ia teringat kembali firman Allah dalam Surah At-Thariq: "Pada hari ditampakkan segala rahasia. Maka manusia tidak lagi memiliki kekuatan dan tidak pula penolong." (QS. At-Thariq: 9-10).

Dafa tidak lagi khawatir menghadapi hari itu. Ia tahu, dengan hati yang bersih dan niat yang ikhlas, ia telah mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan hari perhitungan. Sebab, di akhirat nanti, hanya hati yang suci yang dapat menjadi saksi kebaikan di hadapan Allah.

Tamat. Cerpen ini ditulis oleh ChatGPT dengan ide, pengawasan dan revisi dari Mushpih Kawakibil Hijaj.

Kisah - kisah inspiratif dibulan ramadhan
Diberdayakan oleh Blogger.