[Cerpen] Penjaga Tak Terlihat : Cerpen Fiksi Inspiratif Tentang Perubahan Hidup - Mushpih Kawakibil Hijaj
Cerpen Fiksi Islami Inspiratif |
Penjaga Tak Terlihat : Cerpen Fiksi Inspiratif Tentang Perubahan Hidup
Semburat cahaya mentari yang akan tenggelam, terlihat menari di antara dedaunan pohon beringin tua di halaman belakang masjid. Rizal, seorang pemuda berusia dua puluh lima tahun, duduk termenung di tangga masjid. Dalam genggamannya, sebuah Al-Qur'an kecil yang selalu ia bawa ke mana pun.
Ia memandangi halaman yang terbuka, matanya tertuju pada satu ayat:
اِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَّمَّا عَلَيْهَاحَافِظٌۗ
“Tidak ada suatu jiwa pun melainkan ada penjaganya.” (Q.S. At - Thariq ayat 4)
Ayat itu terus terngiang-ngiang di kepala Rizal. Bagaimana mungkin ada penjaga yang mengawasi setiap langkahnya? Apakah benar ada yang mencatat setiap bisikan hati yang tak pernah ia ucapkan? Pertanyaan-pertanyaan itu menumpuk, membuat hatinya gelisah.
Rizal bukanlah pemuda yang sempurna. Ia sering kali merasa kalah dalam menghadapi godaan duniawi. Ada kalanya ia lupa pada shalatnya, tergoda dengan kesenangan sesaat. Tapi entah mengapa, ayat ini seperti mengetuk hatinya dengan lembut, mengingatkannya akan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.
“Mungkin aku harus mulai berubah,” gumamnya pelan.
Baca Juga : [Cerpen] Menjaga Hati Sebagai Bekal Akhirat - Mushpih Kawakibil Hijaj
---
Waktu berlalu, Rizal mulai mencoba menjalani hidupnya dengan lebih hati-hati. Ia mengingat bahwa setiap langkah dan perilakunya selalu diperhatikan, tidak ada yang luput dari catatan yang Maha Kuasa. Awalnya terasa berat, seperti menahan diri dari kebiasaan lama yang sudah menjadi bagian dirinya. Namun, perlahan-lahan, ia mulai merasakan ketenangan yang berbeda.
Suatu malam, ketika Rizal sedang berjalan pulang dari masjid, ia bertemu dengan seorang pria tua di pinggir jalan. Pria itu sedang duduk di kursi roda, memandangi jalan yang sepi dengan tatapan kosong. Rizal menghentikan langkahnya.
“Pak, sedang menunggu siapa?” tanyanya dengan sopan.
Pria itu tersenyum tipis. “Tidak ada. Hanya menikmati malam.”
Ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat Rizal merasa penasaran. Ia duduk di samping pria itu, mengajaknya berbicara. Dalam percakapan itu, Rizal mengetahui bahwa pria tersebut bernama Pak Hamid, seorang pensiunan guru yang tinggal sendirian di sebuah rumah kecil tak jauh dari situ. Anak-anaknya telah pergi ke kota lain, sibuk dengan kehidupan masing-masing.
“Kadang-kadang, saya merasa seperti dilupakan,” kata Pak Hamid, suaranya terdengar getir. “Tapi saya selalu percaya, Allah tidak pernah meninggalkan saya. Dia punya cara untuk mengingatkan saya bahwa saya tidak sendirian.”
Kata-kata itu menghentak hati Rizal. Ia merasa bahwa pertemuannya dengan Pak Hamid bukanlah kebetulan. Semesta seperti sedang berbicara padanya, mengajarkan bahwa perhatian Allah hadir dalam berbagai bentuk, bahkan melalui orang asing yang ditemui di jalan.
Baca Juga : [Cerpen] Kunci Keberuntungan dalam Hidup : Menyucikan Diri, Berdzikir dan Salat - Mushpih Kawakibil Hijaj
---
Sejak malam itu, Rizal merasa iba dan sering mengunjungi Pak Hamid. Ia membantu membersihkan rumah, membawakan makanan, atau sekadar menemani berbicara. Dalam setiap kunjungannya, Rizal selalu belajar sesuatu yang baru. Pak Hamid adalah sosok yang penuh hikmah, meskipun hidupnya sederhana.
“Zal,” kata Pak Hamid suatu hari, “Tahukah kamu, hidup ini seperti buku yang sedang ditulis. Setiap tindakan kita adalah kata-kata yang kita pilih untuk diletakkan di sana. Dan di akhirat nanti, kita akan membaca buku itu di hadapan Allah.”
Rizal mengangguk pelan, merenungkan kata-kata itu. Ia mulai berpikir tentang apa yang telah ia tulis dalam bukunya sendiri. Apakah ia sudah menulis cerita yang membanggakan, atau justru halaman-halamannya dipenuhi tinta hitam kesalahan?
Baca Juga : [Cerpen] Tegar di Tengah Gurun - Mushpih Kawakibil Hijaj
---
Suatu malam, ketika Rizal sedang tidur, ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia berada di sebuah ruangan yang sangat terang. Di hadapannya, ada dua sosok yang tidak ia kenali, tapi kehadirannya begitu kuat. Mereka memegang gulungan kertas yang panjang, seperti catatan tak berujung.
“Ini adalah catatan hidupmu,” kata salah satu dari mereka.
Rizal merasa tubuhnya gemetar. Ia melihat catatan itu terbuka, memperlihatkan setiap tindakan yang pernah ia lakukan. Ada hal-hal baik, seperti saat ia membantu Pak Hamid atau ketika ia mulai rutin shalat di masjid. Tapi ada juga noda hitam besar di beberapa bagian, mencerminkan kesalahan-kesalahannya.
“Masih ada waktu untuk memperbaikinya,” kata sosok yang lain dengan suara lembut.
Rizal terbangun dengan napas tersengal. Keringat dingin membasahi dahinya. Mimpi itu terasa begitu nyata, seperti sebuah peringatan. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, merenung dalam diam.
Baca Juga : [Cerpen] Perjuangan Seorang Ayah Pekerja Keras dan Penyesalan Anak yang Terlambat - Mushpih Kawakibil Hijaj
---
Sejak hari itu, Rizal berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi lebih baik. Ia tidak ingin catatan hidupnya dipenuhi dengan noda hitam. Ia mulai lebih rajin membaca Al-Qur'an, memperdalam pemahaman agamanya, dan menjaga setiap langkah yang ia ambil.
Namun, jalan menuju perubahan tidak selalu mudah. Ada saat-saat di mana godaan datang menghampiri dan menguji tekadnya. Tapi setiap kali ia merasa lemah, ia selalu mengingat ayat itu:
“Tidak ada suatu jiwa pun melainkan ada penjaganya.”
Ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Ada penjaga yang selalu mengawasinya, mencatat setiap langkahnya dengan cermat. Dan lebih dari itu, ada Allah yang tidak pernah meninggalkannya, selalu memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri.
Tamat. Cerpen ini ditulis oleh ChatGPT dengan ide, pengawasan dan revisi dari Mushpih Kawakibil Hijaj.
Buku Kisah - Kisah Inspiratif yang Mungkin Kamu Suka :
Buku Rona Ramadhan : Kisah - Kisah Inspiratif di Bulan Keberkahan. |