Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Pilihan Hidup di Tengah Lingkungan Buruk - Mushpih Kawakibil Hijaj

Sumber gambar: https://pixabay.com/vectors/doodle-street-cartoon-village-1792253/

Di sebuah perkampungan kecil yang terletak di pinggiran kota besar. Terdapat tempat dimana mencuri bukanlah sesuatu yang tabu, melainkan dianggap sebuah pekerjaan biasa. Orang-orang disana memandang aktivitas tersebut sebagai cara bertahan hidup yang sah. Namun berbeda dengan yang lainnya, Azis salah seorang pemuda yang hidup diantara mereka merasakan ada hal yang salah dan tidak bisa dibenarkan oleh hati mengenai aktivitas tersebut.

Azis tumbuh sebagai pribadi yang senang merenung. Dia sering duduk sendirian di tepi sungai dekat rumahnya, berpikir tentang hidup dan mencari makna yang lebih besar dari sekadar bertahan hidup. Dia membaca buku-buku tua yang ditemukan di pasar loak, mengenal berbagai cara pandang yang mengajarkan ketenangan batin dan pentingnya kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan.

Ketika usianya menginjak 20 tahun, Azis memutuskan untuk meninggalkan kebiasaan buruk lingkungannya. Dia bertekad mencari pekerjaan yang halal. Setelah berjuang keras, akhirnya dia diterima bekerja sebagai office boy di sebuah kantor kecil. Pekerjaannya sederhana: membersihkan ruangan, menyeduh kopi, dan membantu kebutuhan karyawan lain. Meski gajinya kecil, Azis merasa bahagia. Dia menjalani pekerjaannya dengan penuh dedikasi, dan percaya bahwa pekerjaan ini adalah langkah pertama menuju kehidupan yang lebih baik.

Namun, kebahagiaan Azis sering terganggu oleh teman-teman lamanya. Mereka mencemoohnya, menyebutnya bodoh karena memilih bekerja keras dengan gaji kecil, sementara mereka bisa mendapatkan uang lebih banyak hanya dalam semalam. Salah satu temannya, Riko, berkata dengan nada mengejek, “Azis, kamu buang-buang waktu. Lihat aku, semalam saja dapat dua juta! Kamu harus berkerja satu bulan untuk mendapatkan itu.

Azis hanya tersenyum. Dalam hatinya, dia mengingat salah satu prinsip yang dia pegang teguh: “Kita tidak bisa mengontrol apa yang orang lain katakan atau lakukan, tapi kita bisa mengontrol bagaimana kita meresponsnya.” Dia memilih diam, melanjutkan pekerjaannya dengan penuh syukur.

Setiap pagi, Azis bangun lebih awal daripada siapa pun di kampungnya. Dia membersihkan rumah, membaca Al-Quran, dan berdoa dengan khusyuk. Kebiasaan ini memberikan kekuatan batin bagi Azis, membuatnya mampu menghadapi cibiran dari lingkungan sekitarnya. “Hidupku bukan untuk menyenangkan mereka,” pikir Azis, “Tapi untuk berusaha mencari dan menjalani sesuatu yang baik dan benar.

Waktu berjalan, dan sebuah konflik besar terjadi di kantor tempat Azis bekerja. Salah satu supervisor tertangkap melakukan penggelapan dana. Situasi ini membuat manajemen panik, karena posisi tersebut adalah kunci operasional perusahaan. Saat itulah, dedikasi dan kejujuran Azis diperhatikan oleh para atasan. Dia dikenal sebagai orang yang rajin, jujur, dan selalu bersikap tenang dalam menghadapi masalah.

Azis, kami butuh seseorang yang bisa dipercaya untuk menggantikan posisi ini sementara waktu,” kata manajer perusahaan suatu hari. “Kami tahu ini mungkin bukan bidangmu, tapi kami percaya kamu bisa belajar.

Azis menerima tanggung jawab itu dengan rendah hati. Meski awalnya sulit, dia belajar dengan tekun. Dalam beberapa bulan, dia berhasil membuktikan kemampuannya. Posisinya pun diresmikan, dan dia mendapatkan kenaikan gaji yang signifikan. Kehidupan Azis perlahan berubah. Dia bisa membantu keluarganya, meski beberapa anggota keluarganya masih mencibir pilihannya.

Suatu malam, ketika sedang berjalan pulang, Azis kembali bertemu dengan teman-teman lamanya. Kali ini, mereka lebih agresif dalam mengejeknya. “Lihatlah si Azis! Jadi OB, sekarang jadi pegawai biasa. Tapi tetap saja nggak sekaya kita,” ujar salah satu dari mereka.

Azis berhenti sejenak, memandang mereka dengan tenang. “Kalian benar, aku tidak sekaya kalian dalam hal uang. Tapi aku punya sesuatu yang lebih berharga: hati yang tenang. Aku tidur setiap malam tanpa rasa takut atau cemas. Kalian?

Teman-temannya terdiam. Kata-kata Azis menusuk mereka lebih dalam dari yang mereka bayangkan.

Pada puncak kesuksesannya, ia menjadi seorang manajer di kantor yang awalnya kecil kini menjadi sangat besar. Hal tersebut salah satunya karena kerja keras dan kejujuran Azis dalam bekerja.  Ia sering merenung tentang perjalanan hidupnya. Dia selalu teringat pada Al-Quran, khususnya Surat Asy-Syams ayat 8-10:

فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ

8. Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ

9. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu),

وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ

10. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. 

Azis menyadari bahwa hidup adalah tentang pilihan. Lingkungan buruk atau baik hanyalah ujian dari Allah SWT untuk menguji kemurnian jiwa manusia. “Jiwa kita adalah amanah. Jika kita ingin bahagia, sukses, dan selamat, kita harus menyucikannya, apa pun kondisi lingkungan kita. Bahkan di lingkungan yang baik sekalipun, kita tetap harus menjaga hati dari kesombongan, riya, dan keserakahan,” ujarnya dalam hati.

Sebagai manajer, Azis mengubah cara kerja di kantornya yang semakin hari semakin sukses. Dia memperkenalkan nilai-nilai integritas dan empati. Para karyawan yang awalnya bekerja hanya demi uang, kini terinspirasi oleh keteladanan Azis. Mereka mulai menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada jumlah uang yang dimiliki, melainkan pada kedamaian hati.

Pada suatu hari, seorang karyawan muda mendatangi Azis di ruangannya. “Pak Azis, bolehkah saya bertanya?

Tentu, apa yang ingin kamu tanyakan?” jawab Azis ramah.

Bagaimana Bapak bisa tetap tenang menghadapi semua tantangan hidup? Saya ingin belajar dari Bapak.

Azis tersenyum. Dia meraih sebuah buku kecil dari raknya dan menyerahkannya kepada karyawan tersebut. “Ini adalah kumpulan kutipan filosofi yang sering saya baca. Tapi yang paling penting adalah hubunganmu dengan Allah. Ketika hati kita dekat dengan-Nya, tidak ada tantangan yang terlalu besar untuk dihadapi.

Kisah Azis menyebar di kampung halamannya. Orang-orang yang dulu mencibirnya kini mulai menghormatinya. Beberapa dari teman-teman lamanya bahkan datang untuk meminta nasihat. “Azis, kami ingin berubah. Hidup kami terasa hampa meski kami punya banyak uang. Apa yang harus kami lakukan?” tanya Riko dengan wajah penuh penyesalan.

Azis mengajak mereka duduk bersama. Dia berbicara dari hati ke hati, mengingatkan mereka tentang pentingnya menyucikan jiwa. “Uang itu penting, tapi dia hanya alat. Kebahagiaan sejati hanya bisa kita dapatkan jika hati kita bersih. Mulailah dengan meninggalkan kebiasaan buruk dan mendekatkan diri kepada Allah.

Hari-hari berlalu, dan Azis semakin dikenal sebagai sosok yang penuh inspirasi. Dia tidak hanya sukses secara materi, tapi juga menjadi contoh bagaimana seseorang bisa bangkit dari lingkungan yang buruk dan menjadi pribadi yang mulia. Bagi Azis, hidup adalah perjalanan untuk terus belajar dan menyucikan jiwa. Dan di akhir setiap harinya, dia selalu bersyukur kepada Allah atas setiap kesempatan yang diberikan untuk menjadi lebih baik.

Pada suatu sore, Azis diundang oleh salah satu sekolah di kampungnya untuk berbicara kepada para siswa. Di depan puluhan anak muda yang penuh harapan, Azis menceritakan kisah hidupnya. “Kalian mungkin berpikir bahwa lingkungan menentukan masa depan kalian. Tapi saya di sini untuk mengatakan bahwa itu tidak benar. Lingkungan hanya menawarkan pilihan. Keputusan ada di tangan kalian.

Salah satu siswa mengangkat tangan, bertanya, “Pak Azis, bagaimana jika kita gagal? Bagaimana jika kita sudah mencoba, tapi tetap jatuh?

Azis tersenyum, lalu menjawab, “Gagal adalah bagian dari perjalanan. Yang penting adalah bagaimana kalian bangkit setelah jatuh. Ingatlah, Allah selalu memberikan kesempatan kedua bagi mereka yang berusaha. Jangan pernah menyerah.

Kata-kata Azis menanamkan semangat baru dalam hati para siswa. Mereka mulai melihat bahwa perubahan adalah mungkin, tidak peduli seberapa sulit situasinya.

Ya Allah, jagalah hati ini agar tetap berserah diri padamu, meski dunia di sekitarku penuh dengan godaan.”

Tamat. Cerpen ini ditulis oleh ChatGPT dengan ide, pengawasan dan revisi dari Mushpih Kawakibil Hijaj.

---


Diberdayakan oleh Blogger.