Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Puisi] Untuk Negeriku - Senandung Rindu

Puisi untuk negeriku karya senandung rindu
Puisi untuk Indonesia

Negeriku yang Terluka

Karya : Senandung Rindu


Basah rimbun negeriku yang disiram rinai rintik gerimis syahdu,

Elok permai dalam pandangan mata yang menyegarkan qalbu,

Celoteh manja anak kecil yang berlarian riang gembira,

Diiringi kicauan burung mengisi pagi yang membakar semangat tuk semakin membara.


Rindu...

Rindu pemandangan itu dalam anganku,

Sesuatu yang pernah lumrah dan menjadi hiasan yang hadir disepanjang mata memandang,

Kini perlu lebih dari sekedar effort untuk bisa menikmatinya.


Tak sepenuhnya hilang memang,

Hanya menjadi barang langka yang terkadang butuh usaha lebih untuk menemukannya.


Satu persatu tradisi menjadi usang,

Satu persatu keakraban menjadi asing,

Tergerus badai teknologi yang katanya mempermudah,

Tapi ternyata terlalu lepas arah.


Negeriku yang ku cinta,

Adakah luka yang mendera sehingga Isak lirih menggaung dalam hening sunyi yang terdamba,

Negeriku dalam senyuman meski kepalsuan adalah sesuatu yang tak mungkin bisa tersembunyikan.

Baca Juga : [Puisi] Untuk Negeriku - Anisa Fadiah

Aku untuk Negeriku

Karya : Senandung Rindu


Kalau aku adalah sepotong lilin kecil,

Maka aku rela menjadikan diriku habis,

demi menjaga cahaya tetap terjaga meski hanya menghasilkan temaram.


Jika aku adalah koin logam,

Maka aku akan tetap berusaha menggenapkan nilai mata uang,

Meski kerap tertolak dan dipandang sebelah mata.


Jika aku adalah potongan puzzle, 

maka aku akan tetap melengkapi gambar yang tersusun agar menjadi utuh,

meski saat hanya menjadi potongan hadir ku tak berarti dengan segala keabstakan yang tergambar dalam diriku.


Begitupun gambaran rasaku untuk negeriku,

Meski rasa cinta hanya terlantun dalam bisik doa,

Dalam langkah yang tertatih satu persatu,

Dalam rangkaian kata tanpa suara karena lisan yang terbungkam.


Namun aku tetap berharap,

Sekecil apapun kontribusi yang aku berikan,

Tapi aku bisa menjadi salah satu pelengkap meski bukan penyempurna,

Sebagai bukti bakti yang melambangkan rasa cinta,

Pada negri tanah air tempat jiwa dan raga berkelana.

Baca Juga : [Puisi] Untuk Negeriku - Uli Nasifa

Kamuflase Generasi

Karya : Senandung Rindu


Bersatu padu,

Berseru dalam deru,

Merangkai kata menjadi lebih bermakna,

Mengubah peluh menjadi peluh karena aksi nyata.


Hai, aku sadar,

Negeriku kini senang tidak baik-baik saja,

Ada tangis yang terbungkam dalam kesenduan,

Ada gurat khawatir yang teredakan oleh butir penenang yang menjadi pelarian.


Hingar musik menggaung merayakan sebuah euforia,

Sembab mata terdempul oleh teknologi filter dan berbagai kosmetik yang katanya menambah cantik.


Dusta ...

Sampai kapan dusta dan kepura-puraan dijalankan?

Bukankan semua itu kan meledak menjadi bom waktu yang semakin lama semakin dahsyat ledakannya

Yang mungkin saja merenggut lebih dari separuh nalar yang merusak atau bahkan menghilangkan jiwa


Kembalilah..

Pada Dzat yang paling pantas menjadi tempat untuk pulang,

Akui saja segala lemah dan lelah,

Sambil meminta sepercik kekuatan untuk kembali pada dunia nyata,

Dengan lebih berdaya guna tanpa kepalsuan dan kepura-puraan yang menjadi topeng pembungkam lara.

Baca Juga : [Puisi] Untuk Negeriku - Ahmad Munawar Namma

Buku Puisi yang Mungkin Kamu Suka: 

Buku Antologi Puisi Sejuta Harap Baru.
Diberdayakan oleh Blogger.