Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Hari yang Dijanjikan - Mushpih Kawakibil Hijaj

Cerpen fiksi islami hari yang dijanjikan
Cerpen Fiksi Islami Hari yang Dijanjikan

Hari yang Dijanjikan

وَالْيَوْمِ الْمَوْعُوْدِۙ 

"Demi hari yang dijanjikan." (QS. Al-Buruj: 2)

Kalimat itu terpampang besar di dinding ruang tamu rumah Ali, seorang pemuda desa yang hidupnya penuh perjuangan. Ayat itu bukan sekadar hiasan, melainkan pengingat baginya bahwa hidup ini ada bukan tanpa tujuan.

Ali tumbuh di Desa Harapan, sebuah tempat terpencil di lereng bukit yang indah namun penuh keterbatasan. Sejak kecil, ia dikenal sebagai pemimpi besar. Meski keluarganya miskin, ia percaya bahwa kemiskinan hanyalah ujian sementara. Ibunya, seorang wanita bijaksana, sering mengajarkan Ali  tentang makna wal yaumil mau‘ûd, demi hari yang dijanjikan.

"Nak, jangan pernah menyerah. Tuhan sudah menjanjikan hari yang penuh kebahagiaan bagi mereka yang sabar dan terus berusaha," kata ibunya sambil menenun kain.

Baca Juga : [Cerpen] Kunci Keberuntungan dalam Hidup : Menyucikan Diri, Berdzikir dan Salat - Mushpih Kawakibil Hijaj

Impian di Tengah Keterbatasan

Ali tumbuh dengan tekad untuk mengubah nasib keluarganya. Ia bercita-cita menjadi seorang penulis, meski banyak yang meremehkan cita citanya tersebut. Karena di desa kecil itu, impian menjadi seorang penulis dianggap tidak menjanjikan.

Setiap malam, Ali duduk di bawah lampu minyak, menulis cerita di buku usang yang ia temukan di pasar loak. Tulisannya adalah cerminan dari harapan, perjuangan, dan keyakinan akan janji Tuhan.

Namun, jalan menuju mimpi itu tidak mudah. Suatu hari, ayahnya jatuh sakit. Beban hidup keluarga semakin berat, membuat Ali harus berhenti sekolah dan bekerja sebagai buruh di ladang orang lain. Setiap malam, ia tetap menyempatkan diri untuk menulis, meski hanya beberapa baris.

Ali sering berdialog dengan dirinya sendiri, mempertanyakan apakah mimpinya masih layak diperjuangkan. Namun, ayat "wal-yaumil mau‘ûd" selalu terngiang di benaknya, menguatkan tekadnya untuk bertahan.

Baca Juga : [Cerpen] Mimpiku Bersama Sahabat - Siti Khusnul Shoffiyah

Pertemuan dengan Pak Hasan

Saat bekerja di ladang, Ali bertemu dengan seorang pria tua bernama Pak Hasan. Pria itu dikenal sebagai orang yang bijaksana dan sering membantu penduduk desa dengan nasihat-nasihatnya.

"Ali, aku dengar kau suka menulis," kata Pak Hasan suatu sore sambil menyeruput teh hangat.

"Benar, Pak. Tapi aku rasa mimpiku hanya angan-angan. Hidup ini terlalu keras," jawab Ali sambil menunduk.

"Nak, mimpi itu seperti pohon. Kau perlu menyiraminya dengan usaha dan doa. Jangan biarkan badai sesaat mematahkan akarnya."

Kata-kata Pak Hasan membakar semangat Ali. Ia kembali menulis setiap malam, kali ini dengan tekad lebih kuat. Tulisan-tulisannya bercerita tentang perjuangan penduduk desa, keindahan alam, dan keyakinan akan hari yang dijanjikan.

Baca Juga : [Cerpen] Senandita - Amelia Sholehah

Menggapai Kesempatan

Ali mendengar kabar tentang lomba menulis nasional dari radio tua di rumahnya. Meski ia tahu peluangnya kecil, ia memutuskan untuk mencoba. Dengan uang tabungannya, ia membeli perangko dan mengirimkan naskahnya ke kota.

Bulan berganti bulan, hingga suatu hari surat dari panitia lomba tiba. Dengan tangan gemetar, Ali membuka surat itu. Tulisannya memenangkan juara pertama. Kabar itu menggemparkan seluruh desa.

Ali diundang ke kota untuk menerima penghargaan. Ia bertemu dengan banyak penulis terkenal yang menginspirasi dirinya.

Baca Juga : [Cerpen] Tragedi Cinta Di Bumi Prambanan - Yohana Restu Wilistya

Hari yang Dijanjikan

Kemenangan itu menjadi awal perubahan besar dalam hidup Ali. Ia mendapatkan tawaran untuk menerbitkan bukunya. Dengan uang hasil kemenangannya, ia membangun perpustakaan kecil di desanya, memberi akses bagi anak-anak untuk membaca dan bermimpi besar.

"Aku percaya bahwa harapan akan selalu menemukan jalannya," bisik Ali saat meresmikan perpustakaan itu.

Kesuksesan Ali tidak hanya menjadi kebanggaan keluarganya, tetapi juga seluruh desa.

Tamat. Cerpen ini ditulis oleh ChatGPT dengan ide, pengawasan dan revisi dari Mushpih Kawakibil Hijaj.

Buku Kisah - Kisah Inspiratif yang Mungkin Kamu Suka :

Kisah - kisah inspiratif dibulan ramadhan
Buku Rona Ramadhan : Kisah - Kisah Inspiratif di Bulan Keberkahan.
Jika Kamu Menyukai Cerpen Fiksi Inspiratif Islami ini, share ke media sosial kamu sebagai dukungan kepada kami agar website Penadiksi berkembang dan cerpen ini banyak dibaca dan bermanfaat untuk orang lain.
Diberdayakan oleh Blogger.