Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Langkah Yang Menyentuh Langit - Mushpih Kawakibil Hijaj

Cerpen langkah yang menyentuh langit
Cerpen langkah yang menyentuh langit.

Langkah Yang Menyentuh Langit

Di sebuah kota metropolitan yang penuh hiruk-pikuk kehidupan dunia, tinggal seorang laki - laki bernama Ammar. Di usianya yang masih muda ia termasuk sukses seperti kebanyakan pandangan orang. Bekerja di perusahaan ternama sebagai pekerja tetap, memiliki apartemen modern di pusat kota, mobil mewah yang terparkir rapi, dan kehidupan sosial yang aktif. Namun di balik segala pencapaian duniawinya, Ammar merasa ada kehampaan yang tak bisa diisi dengan materi apa pun.

Setiap pagi, ia bangun dengan perasaan berat. Rutinitasnya tak pernah berubah. Ia membuka mata, menatap langit-langit apartemennya, lalu mempersiapkan diri untuk menghadapi tumpukan laporan dan rapat hampir setiap hari. Wajahnya selalu terlihat tegas di kantor, namun ketika malam tiba, Ammar hanya duduk sendiri di sudut apartemennya yang megah, ditemani secangkir kopi yang dingin dan pikirannya yang penuh tanda tanya: "Apakah ini arti hidup? Apakah aku hanya dilahirkan untuk bekerja, mendapatkan gaji besar, lalu menghabiskan sisa hidup dengan cara yang sama?"

Di luar, dunia terus berputar dengan kegiatannya yang tak pernah berhenti. Di dalam, Ammar merasa kosong, terjebak dalam rutinitas yang tak memberinya kepuasan batin. Ia bertanya-tanya, mengapa walaupun hidupnya tampak lengkap, ia merasa ada yang hilang. Sejak lama, ia berusaha mencari kebahagiaan dengan cara duniawi. Dengan mencari uang, mencapai posisi tertinggi, dan memiliki segala yang bisa dilihat dan dinikmati oleh mata. Tetapi, ternyata itu semua tak pernah bisa memberikan kedamaian yang ia cari.

Suatu malam, setelah hari yang melelahkan, Ammar pulang lebih larut dari biasanya. Jalanan kota yang biasanya penuh cahaya kini tampak redup. Ia merasa lelah, bukan hanya secara fisik tetapi juga batin. Tanpa tujuan yang jelas, kakinya membawanya ke sebuah masjid kecil di dekat apartemennya. Masjid itu sederhana, berbeda jauh dari gemerlap dunia yang biasa ia jalani. Ia masuk, bukan untuk shalat, tetapi hanya ingin duduk dan mencari ketenangan.

Saat duduk di pojok masjid, suara lembut seorang ustadz yang sedang mengisi kajian menarik perhatiannya. Ustadz itu membacakan sebuah hadis yang kemudian menjadi titik balik dalam hidup Ammar:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.

"Sesungguhnya segala amal tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan. Maka, barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju." (Hadis Arbain Nawawi no 01)

Kata-kata itu menusuk hati Ammar. Ia merenung, "Selama ini, untuk apa aku bekerja keras? Apa niatku sebenarnya?" Ia menyadari bahwa semua yang ia lakukan hanyalah untuk mengejar dunia yang fana. Gaji besar, jabatan prestisius, dan pengakuan sosial. Tapi mengapa semua itu tidak pernah benar-benar membuatnya bahagia?

Baca Juga : [Cerpen] Kunci Keberuntungan dalam Hidup : Menyucikan Diri, Berdzikir dan Salat - Mushpih Kawakibil Hijaj

Malam itu, Ammar pulang ke apartemennya dengan pikiran yang penuh pertanyaan. Ia duduk di balkon, memandangi langit malam yang kelam tanpa bintang. Angin malam berhembus pelan, seolah membawa bisikan-bisikan hati yang selama ini ia abaikan. "Mungkin, aku telah menaruh niatku di tempat yang salah," gumamnya lirih.

Keesokan harinya, Ammar bangun dengan perasaan berbeda. Ia masih harus pergi bekerja, menghadapi laporan dan rapat yang sama, tapi ada satu hal kecil yang ia rubah yaitu niatnya. Sebelum melangkah keluar dari apartemen, ia berbisik dalam hati, "Ya Allah, aku bekerja hari ini untuk mencari rezeki halal, menafkahi diriku dan keluargaku, serta agar aku bisa berbagi dengan sesama."

Karena niat itu Ammar mulai merasa lebih tenang dan lebih ringan. Ia tak lagi mengeluh saat menghadapi tekanan kerja. Sebaliknya, setiap tantangan ia hadapi dengan penuh kesadaran bahwa semua usahanya bukan sekadar untuk dunia, tapi ada tujuan yang lebih tinggi yaitu mencari ridha Allah.

Ammar pun mulai aktif dalam kegiatan sosial. Ia menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk membantu anak-anak yatim dan menjadi sukarelawan di panti asuhan setiap akhir pekan. Teman-teman kantornya mulai memperhatikan perubahan itu.

"Bro, kenapa sih lo sekarang sibuk banget sama acara sosial? Bukannya mending fokus buat naik jabatan?" tanya Raka, rekan kerjanya yang ambisius.

Ammar hanya tersenyum, "Aku masih kerja keras kok, Rak. Tapi sekarang aku tahu kenapa aku melakukannya."

Raka menggeleng, menganggap Ammar telah kehilangan ambisi. Tapi Ammar tahu, ia tidak kehilangan apa pun. Justru, ia menemukan sesuatu yang lebih berharga yaitu makna.

Baca Juga : [Cerpen] Tegar di Tengah Gurun - Mushpih Kawakibil Hijaj

Suatu hari, saat menghadiri acara amal di sebuah komunitas, Ammar bertemu dengan seorang lelaki tua bernama Pak Syukur. Meski hidup sederhana, Pak Syukur memiliki aura ketenangan yang sulit dijelaskan. Mereka berbincang lama, dan Ammar menceritakan bagaimana hidupnya berubah setelah memahami makna niat.

Pak Syukur tersenyum bijak, "Nak, dunia ini hanyalah jembatan. Kita bisa melintasinya dengan cepat, tapi yang terpenting adalah apa yang kita bawa saat menyeberang. Niat adalah bekalmu. Bahkan hal kecil seperti menolong orang menyeberang jalan, jika diniatkan karena Allah, bisa menjadi ladang pahala yang tak terputus."

Kata-kata itu tertanam dalam hati Ammar. Ia mulai memandang setiap tindakan kecil sebagai kesempatan untuk berbuat baik. Bahkan saat membantu rekan kerja, menyapa petugas kebersihan, atau sekadar tersenyum kepada orang asing, ia melakukannya dengan niat yang tulus, bukan untuk pujian, tapi untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Namun, ujian terbesar datang ketika perusahaan tempat Ammar bekerja mengalami krisis finansial. Banyak karyawan, termasuk dirinya, terancam di-PHK. Teman-temannya panik, sibuk mencari pekerjaan baru, cemas memikirkan masa depan. Tapi Ammar tetap tenang. Ia berkata dalam hati, "Rezekiku bukan bergantung pada perusahaan ini. Rezekiku datang dari Allah. Aku hanya perlu terus berusaha dengan niat yang benar."

Pada akhirnya, Ammar benar-benar harus meninggalkan pekerjaannya. Tapi alih-alih merasa hancur, ia justru merasa bebas. Ia menggunakan tabungannya untuk membuka sebuah kafe sederhana yang tak hanya berfungsi sebagai tempat makan, tetapi juga ruang belajar gratis bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Baca Juga : [Cerpen] Penjaga Tak Terlihat : Cerpen Fiksi Inspiratif Tentang Perubahan Hidup - Mushpih Kawakibil Hijaj

Usahanya berkembang pesat, bukan hanya karena kualitas makanan yang ia sajikan, tetapi karena keberkahan dari niatnya yang lurus. Ammar tidak hanya mencari untung, tetapi juga ingin menjadi manfaat bagi orang lain. Ia mempekerjakan pemuda-pemuda yang sebelumnya menganggur, memberi mereka pelatihan dan kesempatan untuk tumbuh.

Di suatu senja yang tenang, Ammar duduk di teras kafenya, ditemani secangkir teh hangat. Ia membuka buku catatannya dan menulis:

"Pada akhirnya, dunia ini hanyalah titipan. Apa yang kita niatkan karena Allah akan abadi. Luruskan niatmu, bukan untuk menghindari dunia, tapi untuk menjadikan dunia sebagai ladang pahala. Sebab ketika niatmu benar, langkahmu tak hanya menggapai bumi, tapi juga menyentuh langit."

Dan di bawah tulisan itu, ia mengutip hadis yang telah mengubah hidupnya:

"Sesungguhnya semua amal tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan." (Hadis Arbain Nawawi no.1)

Ammar menutup bukunya dengan senyum penuh syukur. Ia tahu, mungkin ia bukan orang paling sukses di mata dunia, tapi ia yakin telah melangkah di jalan yang benar yaitu jalan yang niatnya tertuju kepada Sang Pencipta. Dan dalam perjalanan itu, ia menemukan kedamaian yang tak pernah ia temukan di balik tumpukan gaji besar atau jabatan tinggi. Niat karena-Nya, yang fana pun bisa menjadi ladang pahala.

Tamat. Cerpen ini ditulis oleh ChatGPT dengan ide, pengawasan dan revisi dari Mushpih Kawakibil Hijaj.

eBook Cerita Pendek Motivasi Gratis / Free to Read Yang Mungkin Kamu Minati :

Silakan dapatkan eBook diatas secara gratis. Mohon bantuan share website ini supaya berkembang dan insyaallah lebih banyak pembaca yang memperoleh manfaat✨.

Diberdayakan oleh Blogger.