![]() |
Cerpen melibatkan Allah Swt. dalam setiap urusan. |
Libatkanlah Allah dalam setiap urusan
Langit senja mulai meredup ketika aku memasuki halaman klinik itu. Antrian pasien yang mengular panjang, memenuhi kursi-kursi tunggu hingga ke luar pintu. Hatiku sedikit gusar. Anakku yang sedang demam tinggi harus segera diperiksa. Namun, saat melihat jam di pergelangan tangan, aku sadar bahwa adzan Maghrib baru saja berkumandang.
"Sholat dulu atau daftar dulu?" batinku bergulat.
Akhirnya, aku memilih untuk sholat terlebih dahulu. Ada mushola kecil di sudut klinik. Dengan langkah mantap, aku menuju ke sana. Saat aku masuk, seorang wanita paruh baya sedang merapikan sajadahnya. Aku pun berdiri di sampingnya, menunaikan sholat dengan khusyuk, menyerahkan segala urusan kepada Allah.
Begitu salam terakhir kuucapkan, tiba-tiba wanita di sebelahku bertanya.
"Siapa yang sakit?" tanyanya dengan lembut.
Aku menoleh, sedikit terkejut.
"Anak saya, Bu."
"Sudah daftar?"
Aku menggeleng. "Belum. Tadi saya lihat antriannya panjang, jadi saya sholat dulu biar hati saya lebih tenang."
Wanita itu tersenyum. "Kalau begitu, saya periksa sekarang saja. Tidak perlu daftar, langsung masuk ke ruang periksa."
Aku tertegun. "Lho, jadi Ibu, dokter yang di dalam?" tanyaku hampir tidak percaya.
Ia mengangguk sambil tersenyum. "Ayo, bawa anaknya sekarang."
Hatiku diliputi keharuan. Tadi aku sempat khawatir harus menunggu lama, mungkin sampai larut malam. Namun, karena memilih untuk sholat lebih dulu, Allah mempertemukan aku dengan dokter ini di mushola. Aku pun bisa segera membawa anakku masuk tanpa harus menunggu antrian panjang.
Malam itu, aku yang awalnya berpikir akan pulang sekitar jam sepuluh, ternyata sudah tiba di rumah tepat pukul delapan.
Baca Juga: [Cerpen] Kunci Keberuntungan dalam Hidup : Menyucikan Diri, Berdzikir dan Salat - Mushpih Kawakibil Hijaj
***
Kejadian seperti ini bukan pertama kalinya terjadi dalam hidupku.
Saat anakku berusia dua tahun, sebuah cobaan datang. Ia terjatuh saat bermain dan tulang tangannya patah. Aku langsung membawanya ke rumah sakit. Setelah melihat hasil rontgen, dokter berkata dengan tegas,
"Ini harus operasi, Bu. Hari Jumat datang ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut."
Aku terdiam. Hatiku terasa berat membayangkan anak sekecil itu harus dioperasi. Aku dan suamiku pulang dengan perasaan bercampur aduk.
Setibanya di rumah, aku berwudhu, lalu menunaikan sholat Dzuhur. Seusai sholat, aku lanjutkan dengan sholat hajat. Hatiku bergetar. "Ya Allah, berilah jalan terbaik untuk anakku. Jika memang ada cara lain selain operasi, tunjukkanlah padaku."
Tidak lama setelah itu, sebuah panggilan masuk ke ponselku. Salah satu sahabatku menelepon.
"Aku dengar anakmu patah tulang? Adikku dokter ortopedi. Coba kirim hasil rontgennya ke aku."
Aku segera mengirimkan hasil rontgen via WhatsApp. Tak lama kemudian, ia kembali menelepon.
"Menurut adikku, anakmu tidak perlu operasi. Tulangnya masih dalam masa pertumbuhan, bisa sembuh dengan terapi dan asupan kalsium yang cukup."
Aku masih ragu. Untuk meyakinkan diri, aku menghubungi beberapa dokter ortopedi lain. Dari delapan dokter yang kutanyai, tiga mengatakan harus operasi, tapi lima lainnya menyarankan metode penyembuhan alami.
Aku akhirnya memilih mengikuti saran mayoritas. Aku dan suami pun telaten merawat anakku dengan terapi yang dianjurkan. Alhamdulillah, setelah beberapa waktu, tanpa operasi, tulangnya benar-benar pulih seperti sediakala.
Saat itu aku bersujud syukur.
"Ya Allah, betapa Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu yang terjadi pada hambaMu."
Baca Juga: [Cerpen] Tegar di Tengah Gurun - Mushpih Kawakibil Hijaj
***
Suatu siang, di tengah cuaca yang terik, tiba-tiba aku sangat ingin minum es campur. Aku bukan tipe orang yang sering membeli minuman di luar, tapi entah kenapa, keinginan itu begitu kuat.
Aku pun keluar rumah dan menuju warung es campur favorit di seberang rumah Bu Imas. Namun, betapa terkejutnya aku saat melihat antrian yang luar biasa panjang.
"Padahal di sekitar sini banyak yang jual es campur, kenapa yang ini penuh sekali?" batinku bertanya-tanya.
Rupanya, si penjual belum melayani pelanggan karena sedang sholat Dzuhur.
Aku akhirnya memilih untuk pulang dulu. "Yaudah, aku sholat dulu saja. Mumpung anak masih tidur."
Setelah sholat, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu rumahku.
"Assalamu’alaikum."
Aku membuka pintu dan melihat seorang tetangga berdiri di depan rumah, membawa segelas es campur.
"Ini tadi aku beli di warung seberang, sekalian kubelikan buatmu. Aku ingat kamu pernah bilang suka es campur di sana."
Aku terperangah. Bagaimana bisa aku menginginkan sesuatu, menundanya karena sholat, lalu Allah justru mengirimkan es campur itu langsung ke rumahku?
Hatiku mendadak diliputi rasa malu. "Ya Allah, Engkau bahkan sangat peduli padaku dengan hal sekecil ini..."
Baca Juga: [Cerpen] Menjaga Hati Sebagai Bekal Akhirat - Mushpih Kawakibil Hijaj
***
Kejadian demi kejadian ini semakin membuatku yakin bahwa hidup kita benar-benar berbanding lurus dengan sholat kita.
Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Dia selalu hadir dalam setiap urusan kita, sekecil apapun itu.
Saat kita mendahulukan Allah, Allah pun akan mendahulukan kita.
Bukan hanya dalam hal besar seperti kesembuhan anak, tapi bahkan dalam perkara receh seperti segelas es campur.
Karena sejatinya, campur tangan Allah ada dalam setiap detik kehidupan kita.
Maka, siapa pun kita, apa pun profesi kita, libatkan Allah dalam segala hal.
Karena pertolongan-Nya akan selalu datang, tepat pada waktunya.
Ingat selalu, Perbaiki Sholatmu, maka Allah akan Perbaiki kehidupanmu.
Selesai.
Hallo orang hebat! Satu kebaikan kecilmu bisa membawa perubahan✨ Bantu Penadiksi Care, bersama kita tebarkan kebaikan, bantu mereka yang membutuhkan, dan jadilah cahaya untuk mewujudkan kebersamaan!💙Yuk, berpartisipasi dalam program kebaikan disini : https://www.penadiksi.com/p/program-penadiksi-care.html
Terimakasih💙