![]() |
Cerpen tentang ujian kesabaran. |
UJIAN KESABARAN
Karya: Risma Nailul Muna
Di sebuah kafe kecil di sudut kota, dua sahabat, Dinda dan Raka, tengah menikmati sore sambil menyeruput es kopi susu favorit mereka. Suasana kafe ramai, tapi Dinda tampak murung. Ia menatap kosong ke luar jendela, sementara jari-jarinya sibuk memainkan sedotan di dalam gelasnya.
Raka yang duduk di seberangnya, mengamati ekspresi Dinda lalu terkekeh pelan.
Raka: "Lo kenapa sih? Dari tadi diem aja, kayak abis diputusin pacar."
Dinda: "Duh, Ka, gue kesel banget hari ini. Rasanya mau nangis, tapi kok kayak gak worth it gitu nangis buat hal sepele."
Raka: "Sepele tapi bikin lo gondok? Pasti ada sesuatu yang gede, nih. Spill dong!"
Dinda menghela napas panjang sebelum akhirnya mulai bercerita.
Baca Juga: [Cerpen] Semesta Diciptakan untuk Menjadi Saksi Perjuanganmu - Mushpih Kawakibil Hijaj
Dinda: "Jadi gini, dua minggu lalu ATM B*A gue ilang. Gue udah siap mental bakal ribet ngurusnya, tapi ternyata Alhamdulillah gampang banget. Cuma bawa KTP, isi form dikit, antri sebentar, terus kartu baru langsung jadi. Gue sampe mikir, ‘Wah, enak juga ya ngurus kartu ATM kalau gini’."
Raka: "Wah, mantap sih. Gak pake drama seriusan?"
Dinda: "No drama at all! Tapi… nah, di sinilah awal penderitaan gue dimulai."
Raka: "Duh, mulai nih. Lanjut-lanjut ceritanya."
Dinda kembali mengaduk es kopinya dengan ekspresi kesal.
Dinda: "Kemarin ATM M*nd*ri sama BN* gue ikut ilang. Gue pikir bakal gampang kayak yang B*A, jadi gue santai aja. Eh, pas sampe bank, antriannya panjang banget. Gue udah capek nunggu, tapi pas giliran gue, mbak-mbak CS-nya bilang gue harus bawa surat kehilangan dari kep*lis*an dulu, mana judes banget njir mbak-mbak CS nya."
Raka: "Lah, kok gitu? Bukannya bisa langsung cetak kartu baru kayak di B*A itulohh?"
Dinda: "Ya gue juga mikirnya gitu, tapi ternyata beda bank beda kebijakan, bro. Jadi dengan langkah berat, pergilah gue ke kantor p*lis* buat bikin surat kehilangan."
Raka: "Nah, ini nih yang menarik. Gimana rasanya ngurus surat di kantor p*lis*?"
Dinda menatap Raka tajam.
Baca Juga : [Cerpen] Hari yang Dijanjikan - Mushpih Kawakibil Hijaj
Dinda: "Jangan ketawa, ya lu! Di sana, gue disuruh isi form panjang banget. Terus, pas udah selesai, bapak p*lis* yang jagain loketnya bilang kalau surat kehilangan gue bisa diproses... asal bayar 50 ribu dulu."
Raka: "Eh, seriusan? Bukannya gratis ya?"
Dinda: "Teorinya gitu, tapi praktiknya beda. Udah capek antri, yaudah lah gue bayar aja. Gue pikir, ‘Ya udah deh, yang penting cepet kelar’."
Raka: "Terus, happy ending?"
Dinda: "Happy ending dari Hongkong! Pas gue balik ke bank, ternyata udah tutup! Padahal itu masih jam kerja normal, lho. Gue kesel banget, berarti besok gue harus cuti kerja lagi buat ngurus ini semua."
Raka: "Waduh, kasian banget sih. Jadi moral of the story, kalau ilangin ATM jangan yang lebih dari satu, ya? Wkwk."
Dinda mendelik.
Baca Juga : [Cerpen] Janji Dan Takdir - Mushpih Kawakibil Hijaj
Dinda: "Bukan itu intinya, Ka! Intinya, beda bank beda nasib. Ada yang pelayanannya cepet, ada yang masih bikin ribet. Udah gitu, urusan birokrasi kita tuh masih banyak yang harus dibenahin. Kalau dari awal sistemnya lebih simpel, gue gak harus cuti dua hari cuma buat selembar kartu ATM!"
Raka: "Ya, bener juga sih. Jadi lo sekarang belajar apa dari kejadian ini?"
Dinda terdiam sebentar, lalu menghela napas.
Dinda: "Pertama, gue gak bakal remehin barang kecil lagi, apalagi yang berhubungan sama duit. Kedua, gue harus lebih prepare kalau urusan administrasi di Indonesia tuh masih banyak dramanya. Dan ketiga, kesabaran itu bener-bener diuji sama hal-hal kayak gini."
Raka tersenyum sambil mengangkat gelas kopinya.
Raka: "Hikmah yang bagus, Din. Anggap aja lo baru naik level dalam menghadapi kehidupan birokrasi. Next time, dompet lo harus lebih aman dan hati lo harus lebih kuat!"
Baca Juga : [Cerpen] Menjaga Hati Sebagai Bekal Akhirat - Mushpih Kawakibil Hijaj
Dinda tersenyum tipis, akhirnya bisa menerima kejadian hari itu dengan lebih santai. Di luar jendela, matahari mulai tenggelam, sementara di dalam kafe, dua sahabat itu masih tertawa, menyadari bahwa hidup memang penuh dengan ujian kecil yang bisa jadi pelajaran besar.
Selesai.
eBook Cerita Pendek Motivasi Gratis / Free to Read Yang Mungkin Kamu Minati :
Silakan dapatkan eBook diatas secara gratis. Mohon bantuan share website ini supaya berkembang dan insyaallah lebih banyak pembaca yang memperoleh manfaat✨.